tag:blogger.com,1999:blog-11619913044610946412024-02-21T10:35:08.507-08:00Catatan JurnalisMenulis tentang reliji, sejarah, sejarah betawi, sejarah indonesia, sejarah dunia, kebudayaan, budaya betawi, budaya indonesia dan sosial.Ibnu Umar Juniorhttp://www.blogger.com/profile/04942908109301520011noreply@blogger.comBlogger28125tag:blogger.com,1999:blog-1161991304461094641.post-62297748412225566582021-08-26T01:25:00.002-07:002021-08-26T01:25:23.726-07:00Taliban Didandani, Mungkinkah Taliban Gabung Jadi Penguasa Tatanan Dunia Baru ?<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgt1f6vdC2YlFDfmNndGFumCIyIK2b5RvxyNway7kfNO-v5dxR4gTcG3A6NwyTUkrYwFU6ThRvqg5OTBzwSS6nFnm1hRwm1dCZmmhp2I2gvByP11N-hEL3vk-J8gT2OIOepv7oBvM9U540/s2048/new+taliban.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="New World Order Taliban" border="0" data-original-height="1152" data-original-width="2048" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgt1f6vdC2YlFDfmNndGFumCIyIK2b5RvxyNway7kfNO-v5dxR4gTcG3A6NwyTUkrYwFU6ThRvqg5OTBzwSS6nFnm1hRwm1dCZmmhp2I2gvByP11N-hEL3vk-J8gT2OIOepv7oBvM9U540/w640-h360/new+taliban.jpg" title="Taliban Gabung Jadi Calon Kekuatan Baru Dunia" width="640" /></a></div><p></p><p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br /></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Afghanistan, negeri yang banyak
diramaikan oleh gerakan militan ini sekali lagi telah menghebohkan dunia.
Taliban, kelompok militan oposisi secara tiba-tiba berhasil melumpuhkan pemerintahan
Ashraf Gani sebagai rezim berkuasa di Afghanistan.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Geografis Afghanistan terletak di
Asia Selatan dan Asia Tengah, berbatasan dengan Iran, Tajikistan, Turkmnistan,
Uzbekistan, Pakistan, dan Cina. Merupakan negara berpenduduk sekitar 32 juta
jiwa dengan mayoritas penduduknya pemeluk Muslim Ahlussunnah Wal Jama'ah. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Afghanistan bukan bagian negara
Timur Tengah. Penduduknya terdiri dari berbagai etnis, yaitu Pashtun, Tajik,
Uzbek, dan Hazara. Sementara bahasa sehari-hari yang digunakan penduduknya juga
bukan bahasa Arab, tapi bahasa Pashtun.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Kemunculan kelompok Taliban dimulai
sekitar tahun 1994. Mereka datang sebagian dari kalangan santri. Kemunculannya
lebih diartikan sebagai gerakan protes kepada para Mujahid Afghanistan yang kebanyakan
tidak peduli pada rakyat dan sibuk saling bentrok berebut kekuasaan. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Gerakan kelompok Taliban pun mulai
membesar dan semakin meluas ke seluruh Afghanistan. Hingga pada tahun 1996, di
luar dugaan, kelompok Taliban berhasil memegang tampuk pemerintahan di
Afghanistan hingga tahun 2001. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Sebenarnya Taliban sendiri
berasal dari kelompok induk Mujahidin yang turut serta melakukan perlawanan
kepada pasukan Uni Soviet atau yang sekarang dikenal dengan Rusia. Sejak tahun
1979 hingga tahun 1989 Uni Soviet melakukan invasi militer besar-besaran ke
Afghanistan.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Invasi tersebut terjadi atas
permintaan rezim komunis Afghanistan sendiri untuk memerangi Mujahidin di
negaranya. Perlawanan Mujahidin pada rezim Komunis Afghanistan dan Uni Soviet berlangsung
selama 10 tahun dengan taktik serangan bergerilya.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Setelah 10 tahun, peperangan
tersebut dimenangkan telak oleh kelompok Mujahidin. Ini menjadi sebuah
kekalahan memalukan bagi Uni Soviet. Dengan terpaksa seluruh pasukan beserta
armada artileri Uni Soviet atau Rusia harus angkat kaki meninggalkan bumi Afghanistan.
</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Tapi sebenarnya kemenangan
Mujahidin atas Rusia tidak sendirian. Di belakang kelompok Mujahidin ada
Amerika, Inggris, Pakistan, dan bahkan Cina yang turut membantu Mujahidin mengusir
Uni Soviet dari tanah Afghanistan. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Mujahidin merupakan kelompok
besar yang semula berasal dari gabungan kelompok-kelompok kecil di Afghanistan.
Setelah Uni Soviet mundur dari Afghanistan, Mujahidin terpecah dan mulai
terlibat aksi kontak senjata diantara mereka.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Mujahidin sukses gemilang
mengalahkan Rusia, tapi itu belum termasuk kekalahan Muhammad Najibullah,
Presiden rezim komunis yang masih berkuasa di Afghanistan. Najibullah masih
sanggup bertahan karena memanfaatkan perpecahan di tubuh Mujahidin.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Meski terpecah tapi Mujahidin masih
terus melakukan perlawanan hingga berhasil membuat rezim Najibullah jatuh dan menyerahkan
kekuasaannya pada Mujahidin di tahun 1992. Lalu Mujahidin mendirikan
pemerintahan baru di bawah pimpinan Sibghatullah Mojaddedi, tak lama, kepemimpinan
Sibghatullah tergantikan oleh Burhanuddin Rabbani. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Di tahun 1996, kelompok Taliban berhasil
menggulingkan pemerintahan Burhanuddin Rabbani, lalu merubah nama sistem
pemerintahannya, dari <b>Daulat Islami Afghanistan</b> menjadi <b>Emirat Islam
Afghanistan</b>. Taliban juga mengejar dan menghukum mati mantan Presiden Najibullah
dengan menggantungnya di tiang lalu lintas. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Taliban memang berbeda, saat
memegang kendali pemerintahan, Afghanistan menjadi satu-satunya negara di dunia
yang berpenduduk mayoritas Muslim Ahlussunnah Wal Jama'ah yang menerapkan
syariat Islam. Namun saat menjadi penguasa, Taliban nyata masih sangat kaku. Dalam
penerapan syariahnya juga tidak elastis. Kondisi tersebut pun membuat tidak
nyaman masyarakat dan menimbulkan banyak kontra. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Sejak berkuasa, warga Afghanistan
yang meninggalkan negaranya tidak berhenti, bahkan jumlahnya semakin meningkat.
Permasalahannya tidak hanya faktor ekonomi. Tapi diketahui Taliban juga tidak
memperlakukan rakyat Afghanistan secara humanis. Ekonomi semakin tidak stabil.
Selain itu, Taliban terindikasi banyak melakukan serangkaian aksi tangan besi
dan pelanggaran HAM pada warga Afghanistan sendiri. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Peristiwa serangan World Trade
Center (WTC) di New York pada 11 September 2001 menjadi tahun akhir masa kekuasaan
Taliban. Amerika menuding Al-Qaeda yang dipimpin Osama bin Laden sebagai dalang
utama serangan World Trade Center. Amerika juga menuding pemerintah Taliban
melindungi Osama dan kelompoknya Al-Qaeda yang diyakini bermarkas di
Afghanistan.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Sekira satu bulan setelah
serangan World Trade Center, militer Amerika, Inggris, dan Jerman sebagai
negara sekutu segera menginvasi Afghanistan. Tepatnya di bulan Oktober 2001. Disebut
sebagai invasi militer yang tidak berlangsung lama. Hanya butuh waktu dua bulan
bagi Amerika dan sekutunya untuk menggulingkan pemerintah berkuasa Taliban.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Dan yang di luar dugaan, di
barisan negara sekutu yang menggempur Taliban, ternyata ada Iran yang berkontribusi
besar atas kejatuhan Taliban. Iran ungkapkan fakta bahwa telah terjalin sebuah kerjasama
terselubung antara Amerika dan Iran untuk menumbangkan Taliban. Iran menyebut,
tanpa Iran, Amerika tidak akan berhasil menumbangkan Taliban.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Ini menjadi semakin
membingungkan. Iran yang digembar gembor bermusuhan abadi dengan Amerika, justru
menjalin ikatan kerjasama dengan Amerika, untuk kelompok yang mereka jadikan musuh
bersama. Puluhan ribu jiwa muslim Afghanistan dan Taliban tewas dalam aksi gempuran
tersebut.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Terlepas dari apa yang
melatarbelakangi Iran memusuhi Taliban, Afghanistan pun kembali berubah nama,
dari <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><b>Emirat Islam Afghanistan</b> menjadi
<b>Republik Islam Afghanistan</b>,<b> </b>sementara Hamid Karzai dipilih
sementara sebagai Presiden transisi. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Pada Pemilu bulan Oktober 2014, Hamid
Karzai terpilih kembali menjadi Presiden Republik Islam Afghanistan pertama
yang dipilih secara demokratis.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Di bawah kepemimpinan Karzai,
hubungan diplomatik antara <b>Republik Islam Afghanistan</b> dan <b>Republik
Islam Iran</b> pun semakin erat. Sementara penganut Syiah di Afghanistan lebih
leluasa beraktivitas dan populasinya juga semakin meningkat. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Meski demikian, usai kalah dari
Amerika, gerakan pemberontakan Taliban terus berlanjut di berbagai wilayah dan
kota, meski dalam skala kecil. Kontak senjata dan aksi bom bunuh diri masih
mewarnai hari-hari di Afghanistan. Sejauh itu, militer pemerintah Afghanistan
masih dapat mengatasinya.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Pada tahun 2014, Ashraf Gani
memenangkan Pemilihan Presiden di Afghanistan menggantikan Hamid Karzai. Tapi memasuki
pertengahan tahun 2021 menjadi tahun terakhir bagi kekuasaan Ashraf Gani. Amerika
yang telah beroperasi di Afghanistan selama 20 tahun memutuskan untuk mundur
dari gelanggang kekisruhan di Afganistan dan mulai menarik mundur pasukan militernya
secara bertahap. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Kerugian mooril dan materiil sangat
banyak yang membuat Amerika tak lagi melanjutkan operasi keamanan di
Afghanistan. Dalam sehari, tidak kurang 4 triliun rupiah yang harus dikeluarkan
Amerika untuk menunjang biaya operasional militernya. Harapan Amerika, rakyat
Afghanistan harus mampu menjaga keamanannya secara mandiri. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Di bulai Mei, Amerika dan sekutu mulai
menarik pasukan. Namun belum lagi tuntas penarikan pasukan militer, kelompok
Taliban tiba-tiba melakukan serangkaian aksinya kembali dengan mulai mencaplok
beberapa kota di Afghanistan. Aksi invasi Taliban kali ini begitu sangat cepat.
Dalam hitungan hari, Taliban telah menguasai sebagian besar wilayah
Afghanistan, bahkan pada 14 Agustus 2021, Taliban sudah berada di gerbang
ibukota Kabul.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Pada 15 Agustus 2021, Presiden Ashraf
Gani secara mengejutkan ucapkan permintaan maaf pada rakyatnya karena akan
menyerah pada Taliban. Ia ingin lagi melanjutkan peperangan yang mengakibatkan
pertumpahan darah lebih fatal. Ashraf Gani pun segera pergi meninggalkan
Afghanistan menuju Tajikistan dengan tumpukan uang. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Di hari yang sama tanpa
perlawanan berarti dari militer Afghanistan, kelompok Taliban mulai menembus
kota Kabul. Hari itu, pemerintahan Ashraf Gani yang sah pun runtuh. Lalu
Taliban mendeklarasikan <b>Emirat Islam Afghanistan </b>sebagai nama dan sistem
negara Afghanistan yang baru. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Afghanistan memang punya cerita
panjang perjalanan negerinya. Sampai di penghujungnya, Taliban yang kini telah menguasai
Afghanistan telah melakukan sejumlah manuver politik baru di negerinya. Tapi
manuver politiknya malah menyisakan kebingungan dan sejumlah tanda tanya.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Mengapa aksi pemberontakan massif
ini secara kebetulan bersamaan dengan penarikan pasukan Amerika dari
Afghanistan. Fakta ini menimbulkan banyak pertanyaan, terutama dari rakyat
Afghanistan. Menyiratkan adanya negosiasi terselubung antara Amerika,
pemerintah Afghanistan, dan Taliban.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Kecurigaan ini didukung pula oleh
proses penggulingan pemerintah sah Afghanistan yang dilakukan Taliban yang kali
ini dilakukan nyaris tanpa pertumpahan darah. Di semua kota yang dicaplok
Taliban, tentara pemerintah Afghanistan dengan mudahnya menyerah kepada
Taliban, bahkan sebelum terjadinya kontak senjata.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Meski demikian, pada dunia, Taliban
telah mengumumkan secara resmi, bahwa Taliban jilid II saat ini sudah
bertransformasi. Mereka berjanji akan menjadi pemerintahan yang lebih terbuka
dan longgar mengenai banyak hal, terutama dalam penerapan hukum syariat.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Manuver politik terbaru Taliban yang
paling mencengangkan adalah pernyataan akan merangkul negara Cina. Suhail
Shahen, Juru Bicara Taliban mengatakan, setelah menguasai Afghanistan, negara
pertama yang akan dirangkul Taliban adalah Cina.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Selama ini tak terhitung biaya,
tenaga dan waktu yang dikorbankan Taliban untuk memperjuangkan kelompoknya.
Perjuangan ini juga mengakibatkan begitu banyak darah yang tertumpah, baik dari
kalangan Taliban sendiri, maupun dari kalangan non Taliban. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Bukan sekedar Taliban bersinergi
dengan negara beridelogi partai komunis saja yang membuat dunia Islam terkejut,
tapi Cina punya skandal kekejaman atas umat Islam di Uyghur yang masih terus
berlanjut. Lalu sebagai kelompok yang mengatasnamakan Islam dan dikenal dengan Islam
garis keras, Taliban justru bermesraan dengan Cina. Ini menjadi lebih buruk
dibanding kemesraan antara United Arab Emirates dengan Israel. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Taliban beralasan, Cina
dibutuhkan untuk proyek investasi. Saat ini Afganistan butuh pembangunan
infrastruktural negerinya akibat perang saudara berkepanjangan. Tetapi bukankah
selama ini Cina diketahui tidak mudah melakukan investasi di negara lain tanpa memperoleh
keuntungan yang berlipat. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Cina memiliki agenda cloning
negara. Semua negara yang terafiliasi dengan Cina harus menerima resiko
dikirimnya ribuan Tenaga Kerja Cina ke negeri tersebut. Selain itu, Cina juga
akan mengirimkan tentara dan warganya ke negara cloningannya untuk mulai
berdomisili seperti di Angola, Uganda, Nigeria, Kenya, Ethopia, Sudan, Zambia,
Madagaskar, Afrika Selatan, Ghana, Senegal, Tibet, Sri Lanka, atau bahkan Indonesia.
</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Sepertinya memang sulit jika
warga Cina yang berideologi komunis akan hidup bersama-sama warga berpopulasi
99% Muslim di sebuah negara Islam seperti Afghanistan Taliban yang menerapkan
undang-undang dan hukum syariah ketat. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Di negeri asalnya, warga Cina
hidup dengan cara kebebasan yang banyak berbeda dengan kebanyakan negara lain
di dunia. Tentu nantinya Hukum syariah akan menjadi hal yang memberatkan bagi
warga Cina. Tentu mereka berkeberatan menutup aurat, apalagi mengenakan hijab. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Namun sejauh ini diprediksi tidak
akan ada permasalahan syariah di sana. Pemerintah komunis Cina sudah lebih dulu
menekan Taliban agar tidak lagi menggunakan sistem syariah ketat seperti
sebelumnya. Taliban ke depan harus lebih humanis dan moderat. Dan luar
biasanya, semua syarat Cina itu untuk sementara telah disetujui oleh Taliban. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Namun terlepas dari itu semua
Taliban diharapkan mengerti konsekwensi dan resiko apapun yang akan
dilakukannya. Kiranya Taliban juga tidak melakukan kebijakan dan hal-hal yang
dapat merugikan umat Islam, baik di Afghanistan, maupun di seluruh dunia. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Pernyataan bahwa Taliban jilid II
berbeda dengan sebelumnya menjadi angin segar bagi dunia. Ada banyak harapan
dari Umat Islam di seluruh dunia agar Taliban tidak lagi seperti dulu. Bersikap
bijak. Hindari pertumpahan darah manusia dan melangkah lebih lunak dan humanis.
</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Selain itu, ada pula harapan dari
kaum Muslim bahwa sinergi antara Taliban dengan pemerintah Komunis Cina sudah
sepatutnya tidak terlaksana. Ada darah dan air mata kaum Muslim Uyghur yang
masih mengalir di sana. Sesungguhnya mudhorot yang diperoleh jauh lebih banyak
dari pada manfaatnya. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Jika memang Afganistan
membutuhkan investor infrastruktural dan pengelolaan ekonomi negara, rasanya Taliban
bisa menemukan banyak negara lain yang sanggup melakukannya, terutama negara
berpopulasi Muslim.</span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-spacerun: yes;"><span style="font-family: helvetica;"> </span></span></p><br /><p></p>Ibnu Umar Juniorhttp://www.blogger.com/profile/04942908109301520011noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1161991304461094641.post-65586143270307810052021-08-01T01:17:00.003-07:002021-08-01T01:19:32.726-07:00Kronologi Perubahan Nama Jakarta Sejak Abad 14<p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjV2MPatJrEM-TsXn0R2hvuHdfGH4KfqZ2OZqPo25b9hI7UWcLUWM3m6gRUKwpsL9qRnnPMt7ucYf5hDE3iJMNmUOP3qsavKZmVnTl7_78dsylzpuyLb2EfYEXh9rtSx_t722oS2tsn6EA/s500/Pusat+kota+Batavia+kuno.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="VOC pusat kota batavia jaman dulu" border="0" data-original-height="339" data-original-width="500" height="434" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjV2MPatJrEM-TsXn0R2hvuHdfGH4KfqZ2OZqPo25b9hI7UWcLUWM3m6gRUKwpsL9qRnnPMt7ucYf5hDE3iJMNmUOP3qsavKZmVnTl7_78dsylzpuyLb2EfYEXh9rtSx_t722oS2tsn6EA/w640-h434/Pusat+kota+Batavia+kuno.jpg" title="batavia kuno abad 17" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: helvetica; font-size: x-small;">Foto : Wikipedia</span></td></tr></tbody></table> <br /><p></p><p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Jakarta juga dikenal bernama Batavia. Tapi Sunda Kelapa juga
diketahui sebagai nama lain dari Jakarta. Kira-kira mana nama yang lebih keren? Rasanya
semua nama itu keren. Tapi sepertinya juga sulit dibandingkan, karena sejatinya
di antara kota-kota lain di Indonesia, Jakarta merupakan kota yang paling
banyak memiliki nama. Kerajaan Sunda, Fatahillah, VOC (Vereenigde Oostindische
Compagnie), pemerintah Hindia Belanda, dan Jepang turut andil memberikan nama atas
bumi orang-orang Betawi. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Kronologi perubahan namanya dilakukan berkali-kali oleh
setiap pemerintah yang berkuasa. Dan perjalanan untuk menjadi sebuah nama
Jakarta sesungguhnya telah memakan waktu berabad-abad. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Berikut ini kronologi singkat pergantian dan perubahan nama
Jakarta dari waktu ke waktu selama berabad-abad.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Tahun 1400 : Kerajaan Padjajaran memberinya nama Pelabuhan Sunda
Kelapa.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>22 Juni 1527 :
Pangeran Fatahilah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">4 Maret 1621 : Penjajah VOC Belanda merubahnya menjadi Stad Batavia.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">1 April 1905 : Pemerintah Belanda menggantinya lagi menjadi Gemeente
Batavia.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">8 Januari 1935 : Pemerintah Belanda merubahnya
menjadi Stad Gemeente Batavia.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">8 Agustus 1942 : Penjajah Jepang mengganti namanya
menjadi Jakarta Toko Betsu Shi</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">7 September 1945 : Pemerintah Pusat memberikan nama Pemerintah
Nasional Kota Jakarta</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">20 Februari 1950 : Pemerintah Pusat merubahnya menjadi Stad
Gemeente Batavia</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">24 Maret 1950 : Pemerintah Pusat menggantinya lagi
menjadi Kota Praj'a Jakarta</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">18 Januari 1958 : Pemerintah Pusat merubah menjadi Kota
Praja Djakarta Raya</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">28 Agustus 1961 : Pemerintah Pusat merubah lagi menjadi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta Raya</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">31 Agustus 1964 : Pemerintah Pusat menetapkan nama Daerah
Khusus Ibukota Jakarta Raya dan tetap menjadikannya sebagai Ibukota Negara
Republik Indonesia bernama Jakarta hingga saat ini.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Nama kota Jakarta yang telah
ditetapkan hanya sebatas di atas kertas dan umumnya digunakan pada
urusan-urusan resmi. Sementara secara tidak resmi bebas boleh menyebut namanya
yang mana saja. Dengan demikian untuk sebutan atau istilah, Jakarta saat ini juga
masih relevan dikenal sebagai Sunda Kalapa, Batavia, ataupun Jayakarta.</span></p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p></p>Ibnu Umar Juniorhttp://www.blogger.com/profile/04942908109301520011noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1161991304461094641.post-91195629907376044992021-07-31T22:45:00.002-07:002021-07-31T22:46:49.636-07:00Selamatkan Jakarta Agar Tidak Tenggelam<p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6b_UsAKMOlkZh6G04JkwjHwOIxo9TVmRcPD-pxU2YFfFJMdw0dBcaf9GGj58ySPnjZxq3Ho6bFyRV7Nkcleo9osvYCbnqi63B7uoEH5X1N4W9RpNjM0YeAruBpOVske9IZfwmDiTAxCA/s620/reklamasi.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Jakarta Diprediksi Tenggelam" border="0" data-original-height="413" data-original-width="620" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6b_UsAKMOlkZh6G04JkwjHwOIxo9TVmRcPD-pxU2YFfFJMdw0dBcaf9GGj58ySPnjZxq3Ho6bFyRV7Nkcleo9osvYCbnqi63B7uoEH5X1N4W9RpNjM0YeAruBpOVske9IZfwmDiTAxCA/w640-h426/reklamasi.jpg" title="Ibukota tenggelam 10 tahun lagi" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: helvetica; font-size: x-small;">Foto : Metro Sindo</span></td></tr></tbody></table> <br /><p></p><p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Kondisi wilayah daratan Jakarta
yang semakin rendah rupanya sudah dipantau negeri adidaya Amerika Serikat. Pada
27 Juli 2021, melalui Presidennya, Joe Biden sempat menyinggung kondisi
pertanahan ibukota Indonesia yang semakin lama semakin rendah secara bertahap.
Bahkan Biden memprediksikan Jakarta akan tenggelam dalam waktu 10 tahun ke
depan. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Bicara soal daratan Jakarta yang
berpotensi tenggelam, Singapura justru berkondisikan sebaliknya. Wilayah
daratan negeri yang berukuran sangat kecil itu tidak pernah terancam tenggelam dan kehilangan luas
daratannya. Justru area daratannya menjadi semakin semakin
bertambah. Pada tahun 1965 luas daratan negerinya hanya 581 km<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">², tapi
lihat di tahun 2015, wilayah daratannya sudah bertambah 138 km². Dengan
demikian luas daratan Singapura menjadi </span>719 km<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">²</span>. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Singapura tak hanya mampu menjaga
kestabilan luas daratannya, tapi juga mampu menambahnya. Lautan dirubahnya menjadi
daratan dengan sistem reklamasi besar-besaran. Upaya reklamasi ini mulai dilakukan
Singapura sejak permulaan abad 19 dan terus menerus dilakukan hingga saat ini. Rencananya
pada tahun 2030 luas daratannya akan terus ditambah hingga 57 km<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">²</span>
lagi.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Proyek tersebut disebut sebagai
proyek berkebutuhan material pasir terbanyak di dunia. Singapura rogoh banyak
sekali kocek kas negaranya untuk membeli pasir dari negara-negara tetangga
seperti Malaysia, Vietnam, dan Kamboja. Sementara Indonesia sendiri mengeruk
habis-habisan pasirnya untuk dijual ke Singapura hingga mendudukkan Indonesia menjadi
negara sebagai pemasok pasir terbesar bagi Singapura. Hal ini membuat Indonesia
mengalami kekurangan cadangan pasir yang akhirnya membuat harga pasir dalam
negeri mengalami kenaikan. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Kekurangan cadangan pasir juga
dialami Malaysia. Pada tahun 1997 pemerintah Malaysia menyetop ekspor pasir ke
Singapura. Indonesia baru mengikuti langkah Malaysia 10 tahun kemudian, yaitu
pada tahun 2007. Itu pun disebabkan sengketa pulau. Selanjutnya Vietnam dan
Kamboja menyusul pelarangan ekspor pasir ke Singapura beberapa tahun kemudian. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Apapun kendala dan resiko yang
ditemui Singapura tidak ambil peduli. Demi kesejahteraan negerinya apapun
dilakukan dan berapa pun biayanya pasti dicairkan. Proyek reklamasinya terus berlanjut.
Dan ternyata Singapura masih menerima kiriman pasir hasil penyelundupan dari negara-negara
tetangga, termasuk Indonesia. Hingga pada tahun 2010 Singapura sudah mengimpor
15 juta ton pasir hasil selundupan dari berbagai negara.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Belajar dari Singapura, Beberapa
wilayah di Jakarta Utara mulai dipersolek dengan reklamasi sejak jaman Presiden
Soeharto melalui Keppres Nomor 52 tahun 1995. Setelah itu proyek reklamasi sempat
lama tidak direalisasikan dan baru mulai dilaksanakan pada tahun 2012 hingga
tahun 2017. Namun sayangnya, fungsi reklamasi yang dikerjakan tidak seperti yang
diharapkan. Reklamasi dibangun hanya untuk kepentingan bisnis tertentu.
sementara wilayah-wilayah di pesisir Jakarta yang terancam tenggelam justru tidak
tersentuh proyek. <br /><br />Utamanya reklamasi itu difungsikan untuk kepentingan
pemukiman masyarakat Jakarta. Setidaknya Pemprov DKI Jakarta dapat mengupayakan pembuatan tanggul beton di sepanjang pemukiman penduduk berdataran rendah yang terancam tenggelam.</span></p><br /><p></p>Ibnu Umar Juniorhttp://www.blogger.com/profile/04942908109301520011noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1161991304461094641.post-57287190322052612992021-07-31T09:13:00.007-07:002021-07-31T11:27:29.443-07:00Petaka Jatuhnya Hercules Berpenumpang Ratusan TNI AU Di Condet<p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4BukpUGoX9k42czh5QvQ3VaRW0Y9MjwTaDdkAKgD8f4h3dDr5PYTXIzpAkJn9o6z2Cq17FZckThOjQSmyWFoPLcM-tKl2HX-VD6VDc6vavbfMnKFTgwyRig9tDvwZNs4H4qgZPBuTEE8/s819/hercules+condet.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Hercules C 130 TNI AU Menghantam Condet" border="0" data-original-height="648" data-original-width="819" height="506" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4BukpUGoX9k42czh5QvQ3VaRW0Y9MjwTaDdkAKgD8f4h3dDr5PYTXIzpAkJn9o6z2Cq17FZckThOjQSmyWFoPLcM-tKl2HX-VD6VDc6vavbfMnKFTgwyRig9tDvwZNs4H4qgZPBuTEE8/w640-h506/hercules+condet.jpg" title="Ratusan Paskhas TNI AU Gugur di Condet" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: helvetica; font-size: x-small;">Foto : Kliping Koran Kompas</span></td></tr></tbody></table> <br /><p></p><p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Jakarta pada 5 Oktober 1991. Cuaca ibukota siang itu tak
begitu terik. Usai menghadiri HUT TNI ke 46 yang di selenggarakan di Parkir
Timur Senayan, Jakarta, sebanyak empat peleton Pasukan Khas (Paskhas) TNI-AU bertolak
menuju Landasan Udara (Lanud) Halim Perdanakusumah. Rencananya hari itu juga
mereka akan berangkat menuju Bandung dengan menggunakan pesawat Hercules C 130
dengan nomor ekor A 1324. Pesawat ini pula yang sebelumnya mengantar keberangkatan
mereka dari Bandung menuju Jakarta. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Sejak awal kondisi pesawat dinyatakan layak terbang. Sekitar
pukul 14.00 WIB, rombongan yang berjumlah 123 personel Pasukan Khas (Paskhas)
TNI-AU berikut 12 awak pun sudah berada di dalam pesawat. Di dalam kabin, obrolan
ringan dan sedikit senda gurau menghiasi komunikasi sesama TNI. Mereka semua dalam
posisi siap take off. Tepat pada pukul 15.00 WIB, dari landasan pacu Bandara
Halim Perdanakusumah pesawat buatan Amerika itu pun lepas landas ke udara. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Beberapa detik usai take off pesawat berbobot 35 ribu ton
itu terus bergerak mendaki untuk mencapai stabilitas ketinggiannya. Landasan
pacu bandara perlahan terlihat semakin menjauh. Menit pertama berlalu dengan
aman. Memasuki menit kedua, titik posisi sudah berada di atas pemukiman
penduduk wilayah Cililitan dan segera memasuki kawasan Condet. Namun mendadak
mesin pesawat tidak berfungsi, sementara ketinggian pesawat masih belum
maksimal. Kondisi ini segera disadari semua penumpang. Meski para penumpangnya
adalah jagoan kawasan udara, namun menghadapi kondisi jatuh saat berada dalam
pesawat tanpa adanya persiapan membuat kepanikan tetap saja melanda. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Bertepatan kordinat pesawat memasuki wilayah Batu Ampar perlahan
moncong pesawat mulai menukik ke bawah. Beberapa detik kemudian kondisi di
dalam kabin kacau balau. Para penumpang jatuh saling tindih dan bertumpukan. Saat
itu hanya teriakan takbir yang terdengar riuh membahana. Tak ada lagi yang bisa
dilakukan dan tidak ada juga persiapan. Daratan teramat dekat. Semua pasrah
menerima takdir. Pesawat jatuh keras menghantam gedung Balai Latihan Kerja
(BLK) Depnaker di wilayah Batu Ampar. Sedikitnya 4 ledakan dahsyat terdengar
beruntun. Lidah api berkobar-kobar membungkus badan pesawat yang hancur bertebaran.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Serempak berbagai instansi terkait diterjunkan untuk
mengevakuasi jenazah seluruh korban, tidak terkecuali satuan dari Angkatan
Udara. Lebih dari 30 petugas TNI AU diterjunkan untuk mengurusnya. Tak ada yang
tersisa dari peristiwa tersebut kecuali mesin pesawat. Pihak TNI-AU secara
resmi menyatakan bahwa seluruh penumpang pesawat dinyatakan gugur. Bahkan dua
orang petugas Satpam yang tengah bekerja di BLK Depnaker turut menjadi korban
tewas. Keesokan harinya seluruh korban kecelakaan pesawat Hercules C 130
dimakamkan di Pemakaman Taman Bahagia, Pondok Aren, Tangerang. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Dampak atas peristiwa tersebut pemerintah menggelontorkan
uang sebesar 1,5 milyar untuk biaya perbaikan BLK yang sempat luluh lantak. Lalu
Presiden Soeharto melalui dua yayasan yang dipimpinnya memberikan bea siswa
penuh kepada anak-anak yang ditinggalkan para korban. Yang mengejutkan,
belakangan diketahui ada seorang prajurit bernama Pratu Bambang Subandi yang
ternyata lolos dari maut saat peristiwa jatuhnya pesawat Hercules C 130
tersebut. Ini bukan konspirasi. Hanya agar kehidupannya tenang, prajurit
tersebut yang meminta sendiri agar saat itu informasi terkait dirinya untuk
sementara dirahasiakan hingga ia siap muncul ke publik.</span></p><br /><p></p>Ibnu Umar Juniorhttp://www.blogger.com/profile/04942908109301520011noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1161991304461094641.post-12379984431825087352021-07-30T10:10:00.004-07:002021-07-30T10:16:28.918-07:00Tragedi Tewasnya Buaya Siluman Di Condet (Part 2- Tamat)<p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBl2rY3fOu0SVGksr26Rj7PkzUeTuqi0uSvE8xH5IwvuUmCRsCOXPKiwBfbHpM0aZlUkbp8tbrc8BNGVdaKlArv4iNgkpIwVinKV0hqpyKc6Jt50TzsvgwIQsyQsfranJK8hhq6xyuHYE/s1000/Makam+Buaya+Siluman.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Makam buaya siluman di condet" border="0" data-original-height="650" data-original-width="1000" height="416" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBl2rY3fOu0SVGksr26Rj7PkzUeTuqi0uSvE8xH5IwvuUmCRsCOXPKiwBfbHpM0aZlUkbp8tbrc8BNGVdaKlArv4iNgkpIwVinKV0hqpyKc6Jt50TzsvgwIQsyQsfranJK8hhq6xyuHYE/w640-h416/Makam+Buaya+Siluman.jpg" title="kuburan buaya jejadian di pinggir sungai balekambang" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Makam Buaya Siluman di Pinggir Sungai Balekambang</td></tr></tbody></table> <br /><p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Nenek itu akhirnya berangkat
bersama-sama utusan Ki Nyamuk ke lokasi kejadian. Di perjalanan nenek itu terus
menutupi kedua tangannya dengan kain semacam selendang. Sementara utusan Ki
Nyamuk sempat bergidik berkali-kali karena tadi mereka sempat menyaksikan
sendiri bagaimana kedua tangan nenek tersebut memiliki selaput di setiap ruas
jarinya. Jelas sudah, kedua tangan nenek itu lebih mirip tangan buaya dari pada
tangan manusia. Jika tidak melihat dengan mata kepala sendiri niscaya mereka
tidak akan pernah percaya. Sesampainya di lokasi, suasana haru terjadi. Disaksikan
tatapan mata banyak manusia, saat nenek dan buaya tersebut bertemu, keduanya sama-sama
menangis. Mereka berdua juga sempat berbicara singkat. </span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Setelah dua batang tombak di
tubuh buaya tersebut dicabuti. Buaya dibawa pulang ke wilayah Balekambang. Salah
seorang dari rombongan Ki Nyamuk membawa pulang buaya dengan cara menggendongnya
di punggung dengan ekor panjangnya yang terseret-seret. Di kediaman Ki Nyamuk, buaya
itu dirawat. Luka-lukanya langsung diobati. Lalu diletakkan di dalam sebuah bak
berukuran besar yang dibuat mendadak. Karena tak memiliki nama, Ki Nyamuk
memberinya nama Tukijem. Niatnya, jika besok Tukijem masih sanggup bertahan
hidup ia akan melepaskannya di sungai Balekambang.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Semalaman suntuk sejumlah warga
setempat ikut begadang menunggui dan menjaga Tukijem. Keesokan pagi ternyata
Tukijem masih hidup. Ki Nyamuk langsung mengatur pelepasannya ke sungai
Balekambang. Lokasinya di kawasan Pangkalan Buaya. Warga setempat kembali penuh
berkumpul di bantaran sungai untuk menyaksikan proses pelepasannya. Saat Ki
Nyamuk melepasnya ke sungai, buaya Tukijem melakukan hal aneh yang membuat
warga terperanjat. Tak berapa lama di lepas ke sungai Tukijem terlihat bisa menoleh
cukup lama ke arah belakang hingga dua kali. Nampaknya ia baru saja
berkomunikasi dengan Ki Nyamuk. Benar saja, akhirnya Ki Nyamuk memberitahu
bahwa buaya Tukijem tidak mau berada di situ karena baru saja Tukijem dijahati
oleh buaya putih dan buaya buntung penghuni Pangkalan Buaya. Tukijem nampak ketakutan.
Lalu ia bergerak memutar kembali menghampiri Ki Nyamuk dan kembali di letakkan
di bak buatan.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Itu menjadi moment terakhir
Tukijem, karena tak berselang lama setelah itu ia tak mampu lagi bertahan hidup.
Tukijem mati di Balekambang. Ki Nyamuk pula yang mengurus jenazahnya hingga
menguburkannya di bantaran sungai Balekambang, berdekatan dengan Pangkalan
Buaya dengan batu nisan tak bernama. Lokasi makam buaya tepat berada di
belakang DKM (Dapur Kayu Manis). Berjarak sekitar 3 meter dari dinding belakang
DKM. Tak jauh dari pohon kapuk. Beberapa kali banjir datang menerjang membuat
makam terus tergerus hingga membuat gundukan makam jadi rata.</span></p><p>
</p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Terlepas percaya atau tidak pada kisah ini namun bagaimanapun juga makam buaya siluman
di bekas Pangakalan Buaya adalah situs sejarah yang perlu dilestarikan. Dengan
situs para regenerasi bisa belajar sejarah para pendahulunya dan bisa
mengetahui apa saja yang pernah terjadi di wilayahnya. <br /></span><br /><br /></p><p><br /></p>Ibnu Umar Juniorhttp://www.blogger.com/profile/04942908109301520011noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1161991304461094641.post-48884730472685918052021-07-30T08:12:00.007-07:002021-08-01T01:47:06.362-07:00Tragedi Tewasnya Buaya Siluman Di Condet (Part 1)<p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7tbGMEj1EoCdP9bPLHMiIB8z5UZCdzn-XUaw42-RCMEsxYDB1lGzv1dketpjN4HIC2shBnvCtr_2MjBNUR_zG4Ka07nNxO6oXYA_jl8HjIfgZM-zEI1TFZB66_7k2gT5S3ydy93n5_rM/s1000/Crocodile+Buaya.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Buaya Siluman Tewas di Condet" border="0" data-original-height="650" data-original-width="1000" height="416" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7tbGMEj1EoCdP9bPLHMiIB8z5UZCdzn-XUaw42-RCMEsxYDB1lGzv1dketpjN4HIC2shBnvCtr_2MjBNUR_zG4Ka07nNxO6oXYA_jl8HjIfgZM-zEI1TFZB66_7k2gT5S3ydy93n5_rM/w640-h416/Crocodile+Buaya.jpg" title="Buaya Jejadian Terbunuh di Condet" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gambar Ilustrasi</td></tr></tbody></table> <p></p><p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Buaya korban pembunuhan itu
berjenis kelamin perempuan, usianya sudah dewasa, berkisar 25 tahun. Sejak awal
ditemukan, kondisinya sangat mengenaskan, keluarga Ki Nyamuk langsung turun
tangan membantu pengurusan jenazahnya, memandikan dan membersihkan luka-luka di
sekujur tubuhnya. Setelah itu dikafani lalu dikuburkan dengan prosesi layaknya
manusia biasa. Oleh Ki Nyamuk buaya perempuan tersebut diberinama Tukijem. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Kisah ini akan memundurkan waktu
hingga tahun 1980-an. Siang hari itu nampak manusia memadati di sepanjang
bantaran Kali Baru yang berada di depan Pasar Induk, Kramat Jati, Jakarta
Timur. Mereka menonton aksi sejumlah massa yang tengah mengepung seekor buaya
yang katanya tiba-tiba muncul di kali tersebut. Ukuran panjang tubuhnya sekitar
2,5 meter. Sepertinya buaya yang baru beranjak dewasa. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Massa merangsek turun menyerang
buaya dari segala arah dengan tombak kayu, batu, atau parang. Yang cukup mengejutkan,
meski tergolong hewan buas namun saat diserang membabi buta buaya itu sama
sekali tidak menunjukkan sikap agresif. Ia malah memilih menghindar dan
bersembunyi di dalam air. Sayangnya, kali tersebut dangkal hingga ia dengan
mudah kembali diserang. Keberadaan buaya di kali tersebut telah memancing orang-orang
semakin banyak yang datang.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Di awal, serangan tombak
berkali-kali meleset. Buaya menghindari serangan dengan lincah. Namun tak
berapa lama kemudian sebuah tombak kayu berhasil menghujam tepat di bagian
bawah punggung buaya. Sementara bebatuan sebesar kepalan tangan yang dilempari
massa terus menerus menghujani tubuhnya. Gerakan buaya tersebut mulai melamban.
Kedua matanya terlihat sayu, tapi aneh kedua matanya bisa berkedip-kedip lalu
menyapu ke arah massa. Jelas menyiratkan sebuah makna dan arti. Tapi mana hal
itu diketahui massa. Intinya buaya itu harus mati. Sebuah tombak melesat lagi lalu
berhasil menusuk bagian tengah punggung buaya. Tepuk tangan dan sorak sorai
massa seketika membahana. Buaya menggelepar kesakitan. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Sejumlah remaja berpakaian
seragam SMA ikut juga dalam aksi tersebut. Sedikitnya ada dua batang tombak
menancap di tubuh buaya. Darah segar perlahan mulai mengalir. Gerakan buaya semakin
lemah. Massa tak peduli, mereka masih terus melemparinya dengan batu. Di tengah
riuhnya massa, dari kerumunan nampak beberapa orang muncul sambil meminta massa
untuk menghentikan serangan terhadap buaya. Beberapa orang mengenalinya. Ia rombongan
Ki Nyamuk, warga asli Balekambang, Condet. Mengetahui itu massa langsung menurut
untuk hentikan serangan. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Ki Nyamuk dikenal sebagai pawang
buaya. Di sungai Ciliwung, Balekambang ia juga diketahui sebagai penguasa Pangkalan
Buaya. Warga asli Balekambang yang lama tahu kalau dulu ada Buaya Putih dan Buaya
Buntung yang mendiami Pangkalan Buaya. Dua jenis buaya tersebut bukan dari
jenis hewan buaya asli, melainkan jejadian, alias siluman. Setengah hewan,
setengahnya lagi manusia. Dulu masih ada orang-orang yang mengetahui ilmu
terkait buaya siluman. Terutama para datuk dan tetua Condet. Orang sekarang pasti
merasa aneh mendengar cerita ini. Orang dulu pun merasa aneh melihat kelakuan
orang jaman sekarang. Impas! </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Dulu di lokasi tersebut memang terdapat
lubang cukup besar. Bentuk lubang akan terlihat jelas jika air sungai surut. Masih
banyak warga asli setempat yang mengetahui perihal lubang besar dan Pangkalan
Buaya. Setengah percaya, setengah tidak, disaksikan semua orang yang berada di
sana, Ki Nyamuk mendekati buaya lalu unjuk kemampuan berbicara pada buaya yang
tengah terluka parah tersebut. Kata Ki Nyamuk, ini bukan buaya biasa. Meski
kalimatnya singkat namun kata-kata Ki Nyamuk cukup membuat semua orang di sana jadi
terkesiap. Sekarang buaya tersebut tengah kesakitan luar biasa karena luka-luka
di sekujur tubuhnya. Sebenarnya sejak tadi buaya itu tak berhenti menangis
karena sudah dijahati. Ki Nyamuk buktikan omongannya dengan menunjukkan air
mata yang nampak menetes dari kedua kelopak mata buaya. Semua yang di sana
hanya bisa melongo. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Belum habis rasa heran
orang-orang menyaksikan peristiwa tersebut, Ki Nyamuk kembali memberitahukan bahwa
sekarang buaya merasa usianya tak akan lama lagi akibat lukanya yang parah. Oleh
sebab itu, buaya meminta tolong pada Ki Nyamuk untuk memberitahukan keadaan
dirinya pada seorang kerabatnya yang masih hidup di wilayah Ciracas, Jakarta
Timur. Bermodalkan nama, ciri-ciri, dan alamat yang disebutkan buaya tadi, Ki
Nyamuk segera mengutus beberapa orang untuk menemui dan menjemputnya. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Ternyata, apa yang diberitahukan
buaya benar adanya. Seorang nenek di sebuah daerah di Ciracas diketahui warga
setempat sebagai nenek yang hidup sendirian dan nyaris tak pernah ke luar rumah.
Ciri, nama, dan alamatnya sudah sesuai dengan yang disebutkan oleh buaya. Pintu
pun diketuk. Beberapa lama sempat tak ada reaksi. Akhirnya pintu rumah terbuka,
tapi hanya dibuka sedikit. Dari celah pintu yang terbuka seorang nenek unjukkan
hanya sebagian wajahnya. Tatapan matanya tak bersahabat. Tanpa banyak basa basi
utusan Ki Nyamuk menyampaikan amanat sesuai yang diperintahkan. Seketika, berubahlah
paras nenek. Kedua matanya jadi berkaca-kaca. Lebih terkejut lagi utusan Ki
Nyamuk saat pandangan mata mereka menyaksikan kedua tangan nenek itu.
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;"><i><a href="https://ibnu-umar-junior.blogspot.com/2021/07/tragedi-tewasnya-buaya-siluman-di_30.html">Bersambung Part 2</a></i></span></p><br /><p></p>Ibnu Umar Juniorhttp://www.blogger.com/profile/04942908109301520011noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1161991304461094641.post-83862365997736346562021-07-29T08:54:00.005-07:002021-07-29T20:29:48.973-07:00Lokasi Harta Karun Sejarah dan Budaya Itu Bernama Condet<p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdsDItYaTX_JxNodpdqGDzaYlkYTuAlG_PZxAwk3iyJopLcxlhbjNA_VWJYt1HzFBCFrfoZcru3Kd_vKApawIjoWm9ZBlg13gbxMSrFrZ0s4skaIXU4U5LEpEwZjtf-8nleobBumZ1AsQ/s1000/Condet+Rest+of+View+Village+in+Jakarta.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Condet, Harta Karun Sejarah dan Budaya" border="0" data-original-height="650" data-original-width="1000" height="416" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdsDItYaTX_JxNodpdqGDzaYlkYTuAlG_PZxAwk3iyJopLcxlhbjNA_VWJYt1HzFBCFrfoZcru3Kd_vKApawIjoWm9ZBlg13gbxMSrFrZ0s4skaIXU4U5LEpEwZjtf-8nleobBumZ1AsQ/w640-h416/Condet+Rest+of+View+Village+in+Jakarta.jpg" title="Condet Cagar Alam dan Cagar Budaya" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sisa-sisa Pemandangan Desa Di Condet (Foto diambil pada Januari 2021)<br /><br /></td></tr></tbody></table><p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Banyak lokasi bersejarah yang
tersebar di Jakarta. Wilayah Condet yang berlokasi di Jakarta Timur adalah salah
satunya. Nama wilayah ini sudah tidak asing lagi di telinga warga Jakarta. Di
tengah hiruk pikuknya aktivitas ibukota, rupanya Condet menyimpan segudang harta
karun cerita masa lalu beserta lokasi sejarahnya yang masih diingat oleh pelaku
sejarah itu sendiri dan para regenerasi keturunannya. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Tidak hanya memiliki seabreg
kisah, Condet juga sempat menjadi wilayah anak emas. Di tahun 1974, Ali Sadikin,
Gubernur DKI Jakarta telah menetapkan Condet sebagai Daerah Khusus di ibukota. Jadi,
di dalam Daerah Khusus Ibukota terdapat Daerah Khusus lagi. Pengkhususan itu
disebabkan karena Condet merupakan kawasan Cagar Budaya sekaligus Cagar Alam. Untuk
Cagar Budaya, penetapan ini tertuang resmi dalam Surat Keputusan Gubernur
bernomor :</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><b>D.IV-1511/e/3/74 </b></span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">tentang</span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> :<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><b>PENETAPAN KAMPUNG
YANG DIPERKEMBANGKAN/DIPERLUAS DAN YANG TETAP DIPERTAHANKAN SEBAGAI DAERAH
TEMPAT TINGGAL BARU DI DAERAH WILAYAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA</b></span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><b>.</b><o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Untuk mempertahankan agar sejarah
itu tetap eksis dan tidak pudar digerus globalisasi jaman, dibutuhkan para
pemerhati budaya dan sejarah untuk mengarsipkan kisah-kisah sejarah tersebut termasuk
situs pentingnya melalui serangkaian riset yang nantinya bisa dibukukan dan
diduniamayakan hingga bisa diketahui khalayak luas. Dan sudah seharusnya Pemprov
DKI Jakarta tidak hanya berpangku tangan, tapi turut terjun aktif dalam
mendukung kegiatan tersebut.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Condet beserta sejarah dan budayanya
itu punya 1001 cerita. Bagaimana dengan cerita Gomo (Goa Monyet) ? Lalu ada
cerita Pangkalan Buaya, Emping Condet, Kramat Deroak, Dodol Condet, Buaya
Siluman, Gedong Tinggi, Entong Gendut, Makam Al-Hawi, Jalan Raya Condet, Makam
Buaya, Kandang Monyet, Salak Condet, Macan Siluman, Jawara Condet, Turunan
Kayu, Perbedaan Dialek Warga Betawi Condet, Manusia Lahirkan Buaya, Pangeran
Astawana, Jembatan Gantung, Monyet Liar, Datuk Ibrahim, Lokasi Strategis, Gerabah
Lokan berusia ribuan tahun, dan masih banyak lagi. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Semua harta karun kisah sejarah di
Condet sangat layak diarsipkan untuk berbagai kebutuhan semua pihak hingga
kapanpun. Jika berkesempatan satu persatu kisah sejarah
Condet akan dirilis di sini. Paling tidak tindakan ini akan menjadi catatan
sedikit upaya penyelamatan sejarah dan budaya yang pernah berlangsung di tanah
Condet. Di mana d</span><span style="font-family: helvetica;">alam prosesnya penggalian dan pelusuran sejarah tersebut telah mengikuti prosedur riset umum yang berlaku.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;"><br /></span></p><p></p>Ibnu Umar Juniorhttp://www.blogger.com/profile/04942908109301520011noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1161991304461094641.post-63086446267495473582021-07-28T04:54:00.010-07:002021-07-28T09:52:04.529-07:00Jaman Dukun Beranak Merajai Dunia Persalinan Tanpa Caesar<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinZD1MaNp0g6x6ODLY8r01Me5ad3AVDZt7q04gqDOY5A2WfCblZjW9DBR6g-l3uS91cYhgNbR3pR5Olh9TVpPioZWTW6u7ZaeK32nBihWolNdgBuhCqInGbcCd9dW9zJ6oljHtPM5qiAA/s1000/Dukun+Beranak.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="dukun beranak pandai tanpa caesar" border="0" data-original-height="650" data-original-width="1000" height="416" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinZD1MaNp0g6x6ODLY8r01Me5ad3AVDZt7q04gqDOY5A2WfCblZjW9DBR6g-l3uS91cYhgNbR3pR5Olh9TVpPioZWTW6u7ZaeK32nBihWolNdgBuhCqInGbcCd9dW9zJ6oljHtPM5qiAA/w640-h416/Dukun+Beranak.jpg" title="jaman dulu tidak kenal operasi caesar" width="640" /></a></div><br /><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Setelah berkumandangnya
Proklamasi kemerdekaan pada Agustus tahun 1945, para pemuda pro
perjuangan dari berbagai lapisan terus melakukan perlawanan terhadap Belanda
untuk mempertahankan kemerdekaan. Aksi bentrok senjata antara militer Belanda
dan rakyat telah berkali-kali meletus. Suasana genting tak berhenti mewarnai
hari-hari di Batavia. </span><span style="font-family: helvetica;">Siang hari di jalan-jalan banyak
dijumpai tentara Belanda berkendaraan militer
hilir mudik melakukan patroli. Malam harinya juga begitu, bahkan jumlah
personelnya lebih banyak. Belanda tidak ingin kecolongan diserang mendadak. Semakin larut Batavia semakin lengang. Tapi masa bodoh dengan semuanya.
Malam itu Abdul Gani harus keluar rumah. Tujuannya ke rumah Nyak Mamah, seorang
Dukun Beranak yang tinggal di daerah Kramat Sentiong. Abdul Ghani sendiri
tinggal di derah Kramat Lontar. Perjalanan menuju rumah Nyak Mamah ditempuh sekira 30 menit dengan berjalan kaki</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Jarak ke rumah Nyak Mamah memang
tidak seberapa jauh. Untuk rute terdekatnya Abdul Gani harus melalui area
pepohonan lebat dan semak belukar yang lumayan gelap. Tapi bukan itu yang
membuatnya gentar. Ia kuatir pada Nur, istrinya yang tengah hamil tua. Memang
ada ibu kandung Abdul Gani yang ikut menjaga menantunya. Namun belum cukup
membuatnya tenang. Sewaktu ia tinggal kondisi Nur kelihatan payah sekali. Wajahnya
sudah pucat. Abdul Gani tak ingin terjadi sesuatu pada istri dan bayinya. Ini anak
pertamanya. Sudah sejak Subuh tadi Nur merasakan mulas, tapi hingga tengah
malam belum juga melahirkan. Ibu Kandung Abdul Gani sendiri biasanya mampu
membantu kelahiran bayi. Beberapa bayi tetangga, termasuk dua bayi dari anak
kakak perempuan Abdul Gani, sempat dibantu ibunya sewaktu melahirkan. Tapi
untuk proses melahirkan Nur, ibunya nampak menyerah. Ia cuma membantu
sebisanya. Sejatinya ia bukan Dukun Beranak. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Abdul Gani berjalan sendirian. Di
langit, tidak terlihat lagi bintang-bintang. Awan mendung mendadak menghitam,
membuat kondisi jalan semakin gulita. Sambil membawa lampu minyak langkah Abdul
Gani sedikit terseret, karena jalan yang dilaluinya berubah becek akibat
gerimis. Dengan pakaiannya yang mulai basah akhirnya sampai juga ia di rumah Nyak
Mamah. Seorang ibu berusia sekitar 60 tahun. Baru saja Abdul Gani mengutarakan
tujuannya pada Nyak Mamah, sekelebatan area sekitar rumah Nyak Mamah jadi terang
benderang, disusul suara petir yang menggelegar hebat beberapa kali, lalu air hujan
jatuh mengguyur teramat deras.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Tanpa ada basa basi. Tidak ada
juga kata menunda. Nyawa dua manusia sedang dipertaruhkan. Dengan menenteng
buntalan kain kecil berisi sejumlah keperluan persalinan, Nyak Mamah raih sebuah
lampu minyak dari bufet. Nyak Mamah juga mengambil dua lembar daun pisang. Satu
lembar ia berikan pada Abdul Gani. Lalu sambil menutupi kepalanya masing-masing
dengan daun pisang keduanya berjalan ke luar rumah menerobos gulitanya malam
dan lebatnya hujan. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Setibanya di rumah Abdul Gani, dengan
bajunya yang masih basah kuyup Nyak Mamah segera menghampiri Nur, lalu meminta
satu baskom air hangat beserta kain lapnya. "Bismillah", ucap Nyak
Mamah. Dirabanya perut Nur dengan hanya dua kali usapan, lalu Nyak Mamah
berkata perlahan pada Nur, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>"Ini
sungsang". Mendengar itu Nur hanya kernyitkan dahi tapi tak bereaksi. Ini
kali pertama seumur hidupnya pengalaman Nur melahirkan. Ia sendiri bingung
harus bersikap bagaimana. "Ya udeh, insya Allah selamet ni anak",
lanjut Nyak Mamah santai. Lalu ia permisi untuk menyalin pakaiannya yang basah
kuyup. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Usai menyalin pakaian, Nyak Mamah
kembali menghampiri Nur. Di situ sudah berkumpul Abdul Gani dan ibunya.
Menyusul hadir beberapa wanita dari keluarga Abdul Gani yang baru tiba. Meski
sudah berusaha tenang namun guratan risau masih menggaris di wajah mereka.
"Iye ni anak sungsang. Tapi tenang, jangan kawatir, banyak kok nyang
beginian, tapian lahir selamet. anaknye selamet, ibunye juga selamet." Nyak
Mamah mengawali pembicaraan. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Omongan Nyak Mamah sepertinya
mampu membuat Nur dan semua yang berada di situ terasa lebih tenang. "Lakinye
mau liat bole, kagak juga gak pape", lanjut Nyak Mamah lagi sambil
tersenyum.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Abdul Gani tidak keluar
kamar, ia hanya sedikit menjauh dan duduk bersila di sudut kamar. Lalu Nyak
Mamah kembali melanjutkan pekerjaannya. Ia keluarkan perlengkapan dari buntelan
yang dibawanya tadi. Setelah mengelap bagian perut Nur selanjutnya Nyak Mamah
mengolesinya dengan minyak kelapa sambil tak berhenti melafalkan doa-doa. Meski
mimik wajahnya terlihat serius namun Nyak Mamah sama sekali tidak tegang. Malah
sesekali ia bergurau. "Ne ame lakinye diseruduk kali ne ye, bukan
ditindiin. Jadi anaknye sungsang begito". kontan saja semua yang berada di
sana jadi terbahak. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Lalu Nyak Mamah masih dengan
santainya mengurut perut Nur dengan gerakan kedua tangan menekan dan memutari
perut beberapa kali. "Alhamdulillah," kata Nyak Mamah. "Anaknya
udah kagak sungsang lagi" lanjut Nyak Mamah dengan wajah berseri. Sontak semua
yang berada di sana tersenyum lega. Sukar dipercaya, Nyak Mamah melakukan itu
semua secara manual dan sama sekali tidak menggunakan peralatan medis dengan
waktu yang begitu cepat."Nah sekarang tinggal dikeluarin anaknye," sambungnya.
</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Selanjutnya sambil bersikap
khusyu Nyak Mamah lafalkan doa-doa. Ia meminta Nur untuk mengejan. Bersamaan
dengan itu kedua tangannya mengurut perut Nur dengan gerakan tangan mengarah
dari perut bagian atas ke perut bagian bawah. "Nah, Terus..,
terus...," kata Nyak mamah menyemangati Nur. Luar biasa, kepala bayi sudah
nampak, padahal Nyak Mamah baru dua kali mengarahkan urutannya ke bagian bawah
perut. Pada urutan ketiga, seluruh tubuh bayi sudah keluar sempurna. "
Alhamdulillah, Alhamdulillah...lancar beranakinnye," Nyak Mamah berucap
sambil mengangkat tubuh bayi dan memperlihatkannya pada semua yang berada di
situ. Serentak mereka semua bergembira seraya ucapkan kalimat tahmid,
menyatakan puji syukur kepada Sang Pencipta.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Proses melahirkan yang ditangani
Dukun Beranak di masa lalu menjadi kenangan persalinan terbaik
yang pernah ada. Berlangsungnya secara sederhana. Sebuah proses yang
tidak merumitkan para istri, serta tidak juga membelitkan para suami. Jaman di
mana para ibu belum mengenal istilah bidan, apalagi operasi Caesar. Lalu transformasi
Caesar yang menjadi tren masa kini. Ada banyak biaya yang harus digelontorkan. Melahirkan
tapi tidak dengan nuansa kekeluargaan, tapi bersama rasa canggung dan keterasingan.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Sekarang Dukun beranak sudah
tidak diperbolehkan lagi oleh pemerintah. Tugasnya kini juga sudah diambil alih
oleh bidan. Aksi para Dukun beranak gadungan menjadi penyebabnya. Mereka seringkali menodai profesi Dukun beranak asli yang pada akhirnya
menimbulkan korban jiwa akibat kesalahan penanganan proses kelahiran. Mereka melakukan
serangkaian aksi penipuan dengan praktek ilegal. </span></p><br /><p></p><p><br /></p>Ibnu Umar Juniorhttp://www.blogger.com/profile/04942908109301520011noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1161991304461094641.post-87511362385785627652021-07-26T22:39:00.005-07:002021-07-27T09:11:42.423-07:00Dulu, Ngomong Elo-Gue Bisa Ditampar Orang Tua<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTvysyowQh3HliDWNanXcExd0gcpRhHPOM8JqLywpeRmvRvNt-Z6gXEKyyFGiOWp_wJN2OV3xsTjQaBcp0X_qDvjf8TApJfsDYkGasBOu5WMHmq6wATzOWA4SpYKUSeCApsRtyPzBwvhM/s1000/Foto+Anak+kecil+dulu.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Panggilan elo gue itu kasar" border="0" data-original-height="650" data-original-width="1000" height="416" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTvysyowQh3HliDWNanXcExd0gcpRhHPOM8JqLywpeRmvRvNt-Z6gXEKyyFGiOWp_wJN2OV3xsTjQaBcp0X_qDvjf8TApJfsDYkGasBOu5WMHmq6wATzOWA4SpYKUSeCApsRtyPzBwvhM/w640-h416/Foto+Anak+kecil+dulu.jpg" title="mulut bisa ditampar orang tua jika sebut elo gue" width="640" /></a></div> <br /><p></p><p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Masyarakat Nusantara mengenal sebuah prinsip pepatah, 'Tong
Kosong Nyaring Bunyinya'. Sebuah prinsip yang mengajarkan lebih baik memilih
tidak angkat suara dari pada salah dalam bertutur kata. Pandai memilih kalimat saat
berbicara merupakan salah satu kecerdasan intelektual. Karena itu tidak setiap
orang bisa melakukannya, tapi semua orang bisa melakukannya jika diajari dan
mempelajarinya.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Di era millenial soal tata krama bahasa sepertinya bukan
lagi urusan prioritas. Tidak terkecuali di masyarakat Betawi. Walaupun belum
tergolong parah tapi kesantunan budaya dalam etika bicaranya secara perlahan
terus tergerus arus globalisasi. Padahal dahulu, para orang tua di Betawi cukup ketat mengawal tumbuh kembang putra-putrinya. Nyaris tidak pernah luput mereka
perhatikan dengan seksama apa saja kalimat yang meluncur dari mulut
anak-anaknya. Jika ada kalimat salah saat bertutur kata maka mereka akan
langsung bertindak. Bisa jadi memarahi atau bahkan memukulnya anaknya. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Masih pada tahun 1970, di Betawi, panggilan Elo-Gue belum
seberapa merata digunakan masyarakat. Bahkan kalimat Elo-Gue itu hampir haram
disebut di dalam rumah, karena sebutan itu sangat teramat kasar. Terutama bagi
anak-anak atau mereka yang belum dewasa. Pemberlakukan ini lebih dikhususkan bagi para adik dan kakaknya. Apabila tetap menggunakan kalimat Elo-Gue ataupun istilah sejenis itu di dalam rumah sengaja ataupun tidak, mulut akan segera merasakan panasnya tamparan
tangan orang tua. Nampak terlihat ekstrim, tapi sebenarnya itu hakikat sebuah pendidikan berbudi bahasa santun yang berlaku di Betawi.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Dalam kesehariannya bersosialisasi, masyarakat Betawi membahasakan
dirinya Aye atau aya, yang artinya saya. Jika lawan bicaranya sebaya, biasanya mereka
memanggil nama saja. Tapi jika berbeda usia, mereka yang lebih muda mengawali
panggilan dengan; Bang, Babe, Baba buat lelaki, atau Mpok dan Nyak buat
perempuan. Meski warga Betawi sesekali terkesan serampangan saat berbicara
namun sesungguhnya mereka memiliki budaya berbudi bahasa yang tertanam begitu
kuat semenjak kanak-kanak.</span></p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p></p>Ibnu Umar Juniorhttp://www.blogger.com/profile/04942908109301520011noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1161991304461094641.post-83265113842022320312021-07-26T09:52:00.004-07:002021-07-26T09:53:14.250-07:00Warga Betawi Punya Dua Bahasa Induk Asli<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLpImvHXwDjT4Nq097OmO879fe2kcEyGNQk_Xh2_muPbUgsKZRyNqPjgNw422rymOnmGrN3x5nd2btLDcqFG1nq7p1ad4owGPAm2WUTp0UMHTR28b_hFd0CBRLBqcRzJ5LWYVLdT-9YYw/s1000/peta+jakarta.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Peta bahasa betawi melayu dan betawi ora" border="0" data-original-height="650" data-original-width="1000" height="416" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLpImvHXwDjT4Nq097OmO879fe2kcEyGNQk_Xh2_muPbUgsKZRyNqPjgNw422rymOnmGrN3x5nd2btLDcqFG1nq7p1ad4owGPAm2WUTp0UMHTR28b_hFd0CBRLBqcRzJ5LWYVLdT-9YYw/w640-h416/peta+jakarta.jpg" title="wilayah betawi pinggiran dan betawi kota" width="640" /></a></div><br /><p></p><p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Selama ini banyak orang tahu
bahasa Betawi tidak seragam. Ada Bahasa Betawi Melayu Tinggi dan ada pula Bahasa
Betawi Ora. Menjadikan Betawi berbasiskan dua bahasa induk. Tinggal di kota yang
sama namun saling bersosialisasi dengan bahasa berbeda. Meski masing-masing
penutur saling mengerti bahasa lainnya namun kedua bahasa Betawi itu sangat
kontras perbedaannya dalam dialek. Contoh penuturannya dapat dilihat dari
banyak film bernuansa Betawi, terutama film jaman dulu. Mudahnya, kalau bahasa
Betawi Melayu tinggi itu seperti yang digunakan artis Benyamin Sueb atau Opie Kumis,
sementara bahasa Betawi Ora digunakan oleh Malih atau Mandra. </span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Oleh orang Betawi sendiri penyebutan
bahasa Betawi Melayu tinggi dan bahasa Betawi Ora juga sebenarnya belum terlalu
tepat, mengingat istilah tersebut muncul tidak resmi. Malah ada sebagian orang
Betawi menyebutnya bahasa Betawi akhiran E dan bahasa Betawi akhiran A. Ada
pula yang mengistilahkan bahasa Betawi Kota dan bahasa Betawi pinggiran. Memang
penyebutan istilahnya tidak seragam tapi yang penting maksud dan tujuannya dapat
dipahami. </span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Meski berbeda namun bahasa ini sudah
menjadi bahasa asli nenek moyang orang Betawi. Pengaruh geografis yang membuat
bahasa mereka berbeda sejak dahulu. Terkadang perbedaan bahasa ini wilayahnya hanya
terpisah kali (sungai), bahkan di kawasan Condet, Jakarta Timur perbedaan bahasa
hanya terpisah dinding. </span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Untuk bahasa Betawi akhiran E
maupun A, wilayah teritorinya sama-sama berada di Jakarta Barat, Jakarta Pusat,
Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta Utara. Seringkali satu daerah terdapat dua bahasa.
Daerah yang satu ikut bahasa Betawi E, satu lagi ikut Betawi A. Berikut ini
sedikit garis besar pemetaan lokasi penutur bahasa Betawi akhiran A dan E.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: helvetica;">Bahasa Betawi Akhiran E :<o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Jakarta Timur : Senen, Salemba,
Matraman, Kampung Melayu, Cawang, Cililitan, dan sebagian lainnya.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Jakarta Selatan : Pasar Minggu, Kalibata,
Duren Tiga, Tebet, Manggarai, Menteng, dan sebagian lainnya.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Jakarta Barat : Rawa Belong,
Palmerah, Kebon Jeruk, Kemanggisan, Pekojan, Kebayoran, dan sebagian lainnya. </span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Jakarta Pusat : Senen, Kwitang, Tanah
Abang, Gunung Sahari, Kemayoran, Johar Baru, dan sebagian lainnya. </span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Jakarta Utara : Pademangan Timur,
dan sebagian lainnya.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: helvetica;">Bahasa Betawi Akhiran A :<o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Jakarta Timur : Pondok Bambu,
Klender, Bambu Apus, Condet, Lubang Buaya, Cakung, dan sebagian lainnya. </span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Jakarta Selatan : Srengseng
Sawah, Ciganjur, Cinere, Lebak Bulus, Ciputat, Pondok Pinang, dan sebagian
lainnya. </span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Jakarta Barat : Cengkareng, Kamal,
Meruya, Kembangan, Joglo, Petukangan, Duri Kepa, dan sebagian lainnya. </span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Jakarta Pusat : Utan Panjang dan
sebagian lainnya. </span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Jakarta Utara : Pulo Gebang, Sunter,
Kelapa Gading, Tanjung Priok, Warakas, Cilincing, Koja, Marunda, dan sebagian
lainnya. </span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Kemudian dari dua bahasa induk
Betawi tersebut, masing-masing memiliki perbedaan lagi, Contohnya warga Betawi yang
berada di Jakarta Pusat berbeda bahasa Betawinya dengan warga Betawi yang ada
di wilayah pesisir Jakarta Barat. Meski sama-sama berbasis bahasa Betawi E tapi
karena berada di wilayah pesisir, warga asli lokalnya berbicara dengan
intonansi suara lebih ditekan dan lebih tinggi. Selain itu masih banyak lagi fakta-fakta
lain yang ditemukan terkait beragamnya bahasa Betawi. Hal itu membuat
kebudayaan Betawi semakin kaya akan kultur budaya terutama terkait ragam bahasanya.<br /><br /><br /></span></p><p></p>Ibnu Umar Juniorhttp://www.blogger.com/profile/04942908109301520011noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1161991304461094641.post-44519877318248035652021-07-25T10:31:00.006-07:002021-07-25T21:43:49.036-07:00Pandemi Ganas, Ribuan Bule Tewas Di Batavia<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmOJ_FmGovaXFC20ozrT54NfTkHb_W_XO41b-0jrqL0GdEIavfVQSFaEf2CIA-TXtIy0QiTs3XfWRdk5JgoqFVSVIJXV_DjoKCeAe3nducpqJDxIRiJH_mRZgxEjaQIClohQJPSJp710c/s1000/VOC.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="ribuan bule tewas akibat pandemi di Jakarta" border="0" data-original-height="650" data-original-width="1000" height="416" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmOJ_FmGovaXFC20ozrT54NfTkHb_W_XO41b-0jrqL0GdEIavfVQSFaEf2CIA-TXtIy0QiTs3XfWRdk5JgoqFVSVIJXV_DjoKCeAe3nducpqJDxIRiJH_mRZgxEjaQIClohQJPSJp710c/w640-h416/VOC.jpg" title="ribuan orang eropa tewas karena pandemi" width="640" /></a></div> <p></p><p></p><p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Batavia, Januari 1733. Di pagi hari, ruas jalanan di pusat Batavia
terlihat cukup ramai. Orang-orang memulai paginya dengan aktivitas hari-hari. Para pedagang pikulan tanpa alas kaki santai berjalan kaki hilir
mudik menjajakan dagangan di antara lalu lalang orang-orang berambut pirang.
Tak ada yang aneh berlaku di Batavia. Semua terlihat normal seperti biasanya. Namun
di kantor Gubernemen, kerisauan tengah terjadi. <i>Dirk van Cloon</i>, Gubernur
Jenderal Hindia Belanda<i> </i>(<i>Gouverneur-Generaal van Nederlands Indië</i>)
dirundung resah. Batavia baru setahun di bawah kuasanya tapi kini sedang didera
pandemi Malaria. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Malaria merupakan penyakit menular yang mematikan yang
disebabkan gigitan nyamuk. Ini bukan penyakit bawaan dari negara lain, tapi
muncul dari Batavia. Selama setahun saja di Batavia, sedikitnya terdapat 500
orang Belanda masuk liang kubur akibat Malaria, dan semakin hari jumlahnya semakin
bertambah. Belanda masuk ke Batavia lebih banyak berbekal ilmu
perdagangan dan militer. Mereka sangat tidak siap dijegal pendemi dadakan oleh
penyakit yang tidak pernah ada di negara mereka. Kapasitas bekal medis mereka disiagakan
hanya untuk pasien perorangan, bukan wabah massal bersamaan. Itu yang membuat
rombongan VOC jadi kebingungan. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Kala itu banyak orang berpendapat, munculnya pandemi Malaria
disebabkan tercemarnya sungai Ciliwung oleh berbagai limbah, terutama limbah
kotoran manusia dan limbah dari pabrik gula. Pendapat boleh saja berkembang,
tapi nyamuk dan jentiknya sepertinya sulit berkembang-biak di air yang
mengalir. Apalagi sungai Ciliwung sehari-harinya dipadatkan oleh aktivitas
warga untuk melintas dengan getek, sampan, berdagang, bahkan mandi dan mencuci
pakaian. Hingga tahun 1990, sungai Ciliwung masih digunakan masyarakat untuk
mencuci pakaian dan mandi. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Batavia di abad 17, masih tergolong wilayah antah berantah. Rawa
bertebaran di mana-mana. Rawa-rawa yang dikelilingi rapat oleh hutan dan semak
belukar. Ini menjadi hunian nyaman para nyamuk Malaria. Kondisi ini semakin
diperparah dengan geografi wilayah Batavia yang berada di dataran rendah karena
memang letaknya berada di pesisir. Air dari curahan hujan atau air kiriman dari
Buitenzorg (Bogor) membuat rawa-rawa selalu dipenuhi air. Kawasan rawa-rawa
tersebut menjadi sarang jutaan nyamuk. Menjadi alasan kuat merebaknya pandemi
Malaria di Batavia. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">VOC dengan divisi medisnya berusaha mengatasi pandemi dengan
keterbatasan sains dan teknologi yang mereka miliki. Banyak para ahli medis sengaja
didatangkan dari Netherland untuk mengatasi kondisi tersebut, namun hingga masa
jabatan Gubernur Jenderal Dirk van Cloon berakhir pada Maret 1735, pandemi tak
tuntas tertanggulangi. Para bule itu fisiknya rentan terdampak pandemi. Belasan
ribu orang Eropa dan Belanda positif terinfeksi. Ribuan lainnya sudah kehilangan
nyawa. Oleh kebijakan VOC beberapa titik wilayah dijadikan area kuburan massal
bagi orang-orang Belanda yang tewas karena pandemi. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Beberapa tahun orang-orang Belanda hidup dalam ketakutan. Mereka
lapisi jendela rumahnya dengan kain agar tidak diterobos nyamuk. Setiap hari
mereka lebih sering menutup jendela dari pada membukanya. Bahkan ranjang tidur
mereka dipasang kelambu hingga dua lapis. Sementara menghadapi kondisi
demikian, masyarakat pribuminya malah terkesan acuh tak acuh. Mereka jalani
hidupnya tetap santai dengan senyumnya yang selalu terkembang. Pemukim Belanda
menjadi bertambah bingung. Pandeminya menyebar luas tapi nyaris tidak ada
pribumi yang terjangkit. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Selama 5 tahun sedikitnya 2000-3000 jiwa orang Eropa yang
didominasi pegawai VOC telah melayang. Baru pada masa kepemimpinan Gubernur
Jenderal<i> Adriaan Valckenier</i>, pandemi di Batavia tahun 1738 sudah mulai
terkendali. Meski demikian pada faktanya pandemi Malaria tak bisa benar-benar
dituntaskan. Ribuan jiwa masih terus melayang setiap tahunnya. Dampak buruknya
yang lain, VOC tak pernah berhenti merogoh kocek untuk mengatasi pandemi. Tak
terkira besarnya kerugian yang diderita. Masa itu diketahui menjadi masa
terburuk kesehatan sekaligus ekonomi bagi VOC. Selain pandemi Malaria, VOC juga
digerogoti oleh <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>berbagai kasus korupsi,
hingga pada tahun 1799 VOC terpaksa harus bubar dan mengakhiri masa kejayaannya.
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p></p>Ibnu Umar Juniorhttp://www.blogger.com/profile/04942908109301520011noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1161991304461094641.post-7669285032691397502021-07-24T06:32:00.001-07:002021-07-25T21:31:36.254-07:00Rombongan Emak Di Senja Duka<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUArPvtJreqz0ZG0-nFCDmheE20p367QNscgyuX4GuoAKpUE166fvmXIEMTQQbudf9NPuFlK1iN0GO_vrN-nQ-NAmlO55daVrQJgU6Jw3yYtG462OV4nN6arWXsxbQnDQxz2LIvJ4BH4c/s1440/Kiamat+Cerpen+copy.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cerpen emak-emak" border="0" data-original-height="900" data-original-width="1440" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUArPvtJreqz0ZG0-nFCDmheE20p367QNscgyuX4GuoAKpUE166fvmXIEMTQQbudf9NPuFlK1iN0GO_vrN-nQ-NAmlO55daVrQJgU6Jw3yYtG462OV4nN6arWXsxbQnDQxz2LIvJ4BH4c/w640-h400/Kiamat+Cerpen+copy.jpg" title="cerita pendek kiamat" width="640" /></a></div><br /><p></p><p class="MsoBodyText" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;"><span style="text-transform: none;">Seu</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;">las senyum tersungging di
bibirnya manakala pandangan mata Farida tertumbuk pada sekumpulan wanita paruh
baya yang tengah duduk-duduk di teras rumah bu Halimah, teras di mana para ibu-ibu
rumah tangga biasa berkumpul jelang senja, </span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-size: 36pt; text-transform: none;"><o:p></o:p></span></b></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">“Assalamu’alaikum”, sapa Farida, <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">Sebagian ibu-ibu menjawabi salam Farida, yang lain nampak
masih serius mendengarkan gosip sambil sesekali tertawa cekikikan. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">“Gue pikir lo pada nggak ada” ujar Farida mengawali
pembicaraan. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">“Adnan mana da?“ tanya Siska wanita paling cantik di
antara mereka. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">“Lagi disuapin pembantu, abis susah banget disuruh
makannya” Farida menjelaskan sambil menyelipkan tubuhnya di antara mereka <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">“Capek gue dirongrong anak, buat apa gue bayar
pembantu segala kalo akhirnya gue juga yang kerja, itu namanya gue yang bantuin
pembantu bukannya pembantu yang bantuin gue. Iya nggak?” Ujar Farida bersungut.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">Sore yang indah, angin yang berhembus perlahan ditemani mega merah menggantung di ujung langit membuat para wanita bersuami itu betah berlama-lama
duduk di halaman rumah Ibu Halimah. Yah, itung-itung buat ngilangin bete di
rumah, begitu kata bu Kiki, istri seorang tenaga pemasaran perusahaan swasta. Selain tempatnya berada persis di sisi jalan,
suasananya pun sangat sejuk, karena rumah Ibu Halimah dikelilingi banyak
pepohonan rindang, hingga bila duduk-duduk dihalaman pada siang hari mata menjadi berat sekali serasa ingin tidur. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">“Eh, ngomong-ngomong tetangga lo ada yang meninggal
ya da ?” tanya Ibu Rodiah pada Farida. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">“Iya”, jawab Farida singkat. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">“Sakit apaan sih ?!” tanya yang lain. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">“Nggak sakit kok, emangnya lo pada nggak tau, si
Arif meninggalnya kan bunuh diri” jawab Farida setengah berbisik. Kepalanya
menoleh ke kanan ke kiri takut pembicarannya didengar orang. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">”Ah, masa iya sih” timpal yang lain. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">“Rumah gue kan satu tembok sama rumahnya Arif”. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">“Iya sih, tapi lo tau pasti<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>nggak kalo si Arif matinya karena bunuh
diri?” Ibu Rodiah menyela pembicaraan. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">“Tau pasti sih nggak, tapi saudaranya pernah ngomong
sama gue kalo Arif bunuh diri, terus gue tanya, emangnya kenapa sampai bunuh
diri?, “katanya banyak masalah” kata Farida menceritakan pertemuaannya dengan
saudara Arif tiga jam sebelum Arif Arif dimakamkan. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">“Kasiaan deh Arif, matinya kok begitu amat ya” kata
Ibu Halimah. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">“Emang kapan meninggalnya da?” tanya Ibu Rodiah
lagi. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">“Dua hari yang lalu” jawab Farida. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">“Hiiy..”, Entah kenapa Siska mendadak bergidik
sambil mengusap-usap tangannya karena merinding.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">Tak lama berselang, suara adzan mendayu sendu mengingatkan kaum muslimin
masuknya waktu shalat. Suasana itu mulai sunyi, awan jingga laksana bara
menyelimuti jagad. Angin seakan berhenti berhembus, memanggil ibu-ibu
tongkrongan itu kembali kerumah masing-masing. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 24pt;"><span style="font-family: helvetica;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;">“Gue duluan ya, jangan-jangan laki gue udah balik
nih !” ujar Siska</span><span style="text-transform: none;">.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 24pt;"><span style="font-family: helvetica;"><span style="text-transform: none;">Ada rasa takut menggelayuti Siska. M</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;">embayangkan suaminya pulang
kerja dan mendapatinya sedang berada diluar rumah waktu maghrib. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 24pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">“Oke deh, ketemu besok ya?” sahut bu Halimah melepas
kepergian mereka kemudian langsung masuk kedalam rumahnya. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 24pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">Farida bergegas pulang, langkahnya tiba-tiba jadi gontai.
Pikirannya mendadak teringat pada Abdul Haris, suaminya yang sedang berada di luar
kota untuk urusan dinas dan kembali pulang tiga hari lagi. Perasannya menjadi
tak karuan, kepalanya pun mendadak menjadi berat. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 24pt;"><span style="font-family: helvetica;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;">“Yatii.., Yatiii..” Farida memangil-manggil
pembantunya setibanya di rumah. </span><span style="text-transform: none;">L</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;">angkahnya dipaksakan
menuju kamar. Dilihatnya Adnan bocah berusia 2 tahun putra satu-satunya yang
tengah tergolek pulas diatas ranjang. Tubuhnya dihempaskan disamping Adnan.
Dari arah dapur muncul Yati yang terheran-heran melihat majikannya memegangi
kepala sambil merintih kesakitan. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 24pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">“Tolong beliin saya obat sakit kepala di warung yat,
cepet ya kepala saya sakit banget nih! Uangnya ambil di laci rias saya!” <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 24pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">“Iya bu” jawab Yati lekas-lekas menuruti perintah
majikannya itu.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 24pt;"><span style="font-family: helvetica;"><span style="text-transform: none;">Selang beberapa saat Yati keluar kamar untuk membeli obat</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"> tiba-tiba Farida
mencium aroma bangkai. </span><span style="text-transform: none;">Semakin lama aroma</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"> bangkai tersebut
semakin menyengat hidung dan menyita perhatian Farida yang sedang kesakitan
untuk mencari sumber bau. Ia berusaha untuk bangun, namun untuk mengangkat
kepalanya saja ia tak sanggup, sekujur tubuhnya terasa lemas. Dicobanya berteriak
memanggil Yati yang mungkin sudah sampai di rumah, namun tengorokannya bagai
tersumbat. Meski kepalanya masih tetap diatas bantal, tetapi pandangannya masih
bisa menyapu ke seluruh sudut kamar. Mengira-ngira mungkin ada bangkai binatang
di dalam kamarnya. Belum lagi ia habis berpikir dari mana datangnya aroma busuk,
mendadak muncul asap putih bagai kabut menyelimuti penjuru kamar. Farida bertambah
bingung, alisnya berkerut. Ia ketakutan.</span><span lang="IN" style="text-transform: none;"> </span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Keringat mulai bercucuran membasahi tubuhnya. Tiba-tiba
asap putih yang dilihat samar-samar perlahan-lahan berubah menjadi sebuah
bayangan berjubah putih dan berjanggut panjang. </span><span style="text-transform: none;">L</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;">ampu
penerangan kamarnya yang berkekuatan 15 watt tidak mampu membantu Farida melihat
bayangan lebih jelas. Bayangan</span><span lang="IN" style="text-transform: none;">
</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;">tersebut
menatap tajam pada</span><span style="text-transform: none;">nya. Farida paksakan
menatap lebih tajam tapi </span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;">raut </span><span style="text-transform: none;">wajah
bayangan itu semakin tidak jelas</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;">. Ketegangan yang dialami Farida memuncak ketika
bayangan tersebut berbicara padanya.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 24pt;"><span style="font-family: helvetica;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;">“Sudah siapkah ditentukan ajal Anda sekarang ?!! </span><span style="text-transform: none;">suaranya begitu keras dan memekakkan telinga</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"> hingga Farida menyangka
ada guntur menggelegar</span><span style="text-transform: none;">. J</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;">antungnya seakan </span><span style="text-transform: none;">berhenti berdetak.</span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: center;"><span lang="IN" style="font-size: 18pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-weight: bold; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">***<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 24pt;"><span style="font-family: helvetica;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;">Perlahan-lahan </span><span style="text-transform: none;">Farida membuka kedua kelopak matanya.</span><span style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"> </span><span style="text-transform: none;">D</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;">ilihatnya mobil, batu,
binatang, pepohonan, dan ribuan bahkan jutaan macam benda lainnya termasuk
manusia berterbangan bagai kapas di udara dengan arah yang tidak beraturan. Ada
yang berterbangan dari arah barat ke arah timur</span><span style="text-transform: none;">.</span><span style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"> </span><span style="text-transform: none;">A</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;">da yang </span><span style="text-transform: none;">datang </span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;">dari arah utara </span><span style="text-transform: none;">lalu beterbangan </span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;">ke arah selatan. Suara jeritan
manusia, suara guntur, letusan gunung, suara benturan benda dengan benda
lainnya bercampur menjadi satu. Angin topan, puting beliung, dan badai,
memporak porandakan rumah dan gedung-gedung. Disana sini terlihat ceceran
ribuan liter darah</span><span style="text-transform: none;">.</span><span style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"> </span><span style="text-transform: none;">B</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;">anyak sekali mayat bergelimpangan,</span><span style="text-transform: none;">. Lalu terlihat jelas sekumpulan manusia </span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;">tertindih gedung atau
batu gunung</span><span style="text-transform: none;">.</span><span style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"> </span><span style="text-transform: none;">Lidah petir menyambar-nyambar terang lalu berkiblat
menggosongkan sekumpulan manusia lainnya. Di sudut lainnya terdapat banyak
manusia</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;">
terjerumus kedalam badan bumi</span><span style="text-transform: none;"> yang
sudah</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;">
terbelah-belah. Langit berwarna hitam pekat, matahari dan bulan menjadi satu</span><span style="text-transform: none;">.</span><span style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"> </span><span style="text-transform: none;">Kobaran raksasa
api</span><span style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"> </span><span style="text-transform: none;">menghanguskan apa saja</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;">. Dari dalam tanah mengucur air
hingga dalam waktu sesaat menimbulkan banjir bandang </span><span style="text-transform: none;">sejauh mata memandang</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;">. Tidak ada lubang dan celah
sedikitpun bagi manusia untuk menyelamatkan diri, dan tidak ada satupun dari
manusia, benda, serta binatang yang selamat. Seluruhnya binasa.!</span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: center; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN" style="font-size: 18pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-weight: bold; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">***<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 24pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">Tak lama, seluruh manusia dikejutkan oleh suara
terompet yang kerasnya seribu kali dari suara guntur didunia, seluruh manusia
terbangun mendengar suara keras tersebut, tubuh mereka tidak mengenakan pakaian
sama sekali, matahari berada satu jengkal diatas kepala, raut wajah mereka
beraneka ragam, ada yang ketakutan, ada yang menangis tersedu-sedu dan
histeris, ada yang tersenyum, ada pula yang tertawa, mereka berkerumun begitu
banyaknya, tak lama, terlihat sebuah areal dikelilingi api yang sangat begitu
luas, didalamnya terdapat banyak sekali para wanita, sebagian tubuh para wanita
diareal tersebut ada yang tengah disetrika, ada yang dipotong kedua “susunya“,
ada yang ditusuk kemaluannya, belum lagi panasnya api, berkekuatan tak
terhingga memanggang mereka semua. Tiba-tiba dari kobaran api muncul sesosok
makhluk yang sangat menakutkan berbicara lantang ; <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 24pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">“Inilah ganjaran bagi perempuan yang suka memamerkan
auratnya selain pada mahromnya, inilah balasan Allah Swt bagi para wanita yang
suka menjual dirinya, yang senang membicarakan aib orang, yang melawan pada
suami”. Setelah berkata demikian, makhluk api tersebut menghilang ditelan api
yang terus berkobar dan menyala-nyala.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 24pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">“Buu…buu, ini obatnya diminum dulu “ Farida membuka
matanya, dilihatnya Yati sudah berada disampingnya. Tangannya memegang obat dan
segelas air putih, <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">“Ya Allah ! baju ibu basah seperti orang habis mandi” ujar Yati melihat
pakaian Farida basah kuyup. Farida tidak mengindahkan perkataan Yati, ia tampak
celingukan mencari bayangan yang tadi ditemuinya. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 24pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">“Udah ngak usah Yat, kepala saya sudah nggak sakit kok”
katanya sambil ngeloyor meninggalkan Yati yang kebingungan menyaksikan majikannya.
Diam-diam Yati memperhatikan gerak-gerik majikannya, dilihat majikannya
berwudhu kemudian sholat berjam-jam sambil menangis, <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 24pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">“Ya Allah, ya Tuhanku, ampunilah segala kesalahanku
yang sering membicarakan orang lain, ampunilah dosa-dosaku yang suka membuka
aurat di hadapan yang bukan mahromku, terimalah taubatku…..” terdengar doa
Farida samar-samar setelah selesai sholat yang entah terdengar oleh Yati atau
tidak. Karena nampaknya Yati beranjak pergi kekamarnya di belakang sambil
geleng-geleng kepala karena heran melihat majikannya tumben melakukan sholat
yang sangat lama, soalnya jangankan sholat sunnah, sholat wajib pun jarang
sekali dilakukan majikannya.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 24pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">Rupanya Farida jatuh pingsan setelah mendengar suara
bayangan orang tua berjanggut putih yang begitu keras, dan dibawa menyaksikan
kejadian qiamat, serta pembalasan alam barzakh.<span style="mso-spacerun: yes;">
</span><o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-indent: 24pt;"><span style="font-family: helvetica;"><br /></span></p>
<p align="center" class="MsoBodyText" style="text-align: center; text-indent: 24pt;"><span lang="IN" style="font-size: 18pt; mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="font-family: helvetica;">***</span><o:p></o:p></span></p>
<p align="left" class="MsoBodyText" style="text-align: left;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; text-transform: none;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p><br /><p></p>Ibnu Umar Juniorhttp://www.blogger.com/profile/04942908109301520011noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1161991304461094641.post-79462985906746837692021-07-23T09:01:00.009-07:002021-07-25T21:32:24.733-07:00Rindu Jaman Uang Seribu Rupiah Bisa Belanja Banyak Di Warung<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTaD_6INbhDoj0_yxmnXwACKUHfyzSlEy-9JtyAOtslTILlETzFa2XAq792rH5axK1XWhx2wOtYTXASaMBJObsiSt5DY-o8oJuHe_bY5C4cpH9_MpXDj0C_-iHCWPaIW66pNHmkqWkz-s/s1000/Kenangan+uang+1000.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Tahun 90-an seribu rupiah bisa belanja banyak di warung" border="0" data-original-height="650" data-original-width="1000" height="416" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTaD_6INbhDoj0_yxmnXwACKUHfyzSlEy-9JtyAOtslTILlETzFa2XAq792rH5axK1XWhx2wOtYTXASaMBJObsiSt5DY-o8oJuHe_bY5C4cpH9_MpXDj0C_-iHCWPaIW66pNHmkqWkz-s/w640-h416/Kenangan+uang+1000.jpg" title="Harga kebutuhan murah tahun 1990" width="640" /></a></div><br /><p></p><p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Menyorot sebuah daerah di kawasan ibukota. Di sudut beranda
rumah sepasang suami istri yang saling mencinta tengah duduk berdua dan
berbincang-bincang di suatu senja. Dua cangkir teh dan kopi tersedia ditemani
sepiring cemilan pisang goreng dan singkong rebus. Usia sang istri sudah
memasuki kepala empat, sementara sang suami hampir kepala lima. Keduanya
banyak bercerita, lalu memutar memori kisah hingga ke tahun 90-an. Tatapan
mata keduanya menerawang mengingat saat di mana film Warkop Dono Kasino Indro
masih berjaya. Saat siaran RCTI hanya masih berbayar bulanan dengan menggunakan
decoder. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Di samping suaminya yang tengah menghisap sebatang rokok sang
istri jadi tersenyum getir sendiri saat mengingat bagaimana kehidupan
masyarakat Indonesia saat itu masih terasa damai dan tentram. Nuansa teduh dan
harmonis masuk hingga ke dalam rumah tangga. Antar tetangga juga saling ramah
menyapa. Kondisi kejiwaan warga masih tenang, nyaman dan tak bergejolak. Egoisme
belum menjadi prioritas dan tingkat kesabaran masih tergolong cukup tinggi. Dalam
bersosialisasi kesantunan masih didahulukan banyak orang. Sulit sekali
menjumpai peristiwa kriminal di area publik terkecuali aksi copet amatiran yang
sesekali beroperasi di angkutan umum. Bisa dibilang ibukota di waktu itu
benar-benar berada dalam kondisi sangat kondusif. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Setelah kepulkan asap rokok, lalu giliran suaminya gantian
mengenang. Teringat lagi apa yang pernah berlalu di awal tahun 90-an, kendaraan
jumlahnya masih sedikit. Ruas jalan-jalan Jakarta juga nampak lengang. Jaman di
mana kendaraan bermotor masih bukan prioritas, hingga jarang sekali ditemui
orang-orang yang memiliki kendaraan roda dua, apalagi roda empat. Untuk sehari-hari
masyarakat mengandalkan angkutan umum jika hendak bepergian. Yang membuat
kenangan itu menjadi semakin tak terlupakan manakala ongkos angkutan umum begitu
sangat terjangkau meski itu bagi kalangan menengah ke bawah sekalipun. Untuk rute
terjauh saja, baik itu Mikrolet, Kopaja, Metro Mini, atau Bus PPD, penumpang
hanya dikenakan biaya Rp. 50. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Di tahun 1995, penghasilan rata-rata para pekerja dan
karyawan berkisar Rp. 500.000 - 1.000.000 perbulan namun mereka tidak dibebani
oleh berbagai kebutuhan hidup, karena harganya yang sangat terjangkau.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Harga BBM mulai dari tahun 1980 dipatok Rp. 150
per liter, lalu 11 tahun kemudian baru naik menjadi Rp. 550. Dua tahun kemudian
naik lagi Rp 150, menjadi Rp. 700 perliter. Sementara nilai tukar rupiah pada
dollar di awal tahun 1998 pun hanya Rp. 2.000. Dengan demikian sudah pasti
seluruh kebutuhan hari-hari dapat diperoleh dengan harga terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat. </span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Di tahun 1997-1998 para ibu-ibu yang di genggaman tangannya membawa
uang Rp. 1.000 untuk berbelanja ke warung masih bisa membawa pulang 1 liter
beras, gula pasir 1Kg , telur ayam 1/4 kg, sekaligus garam 1 bungkus. Jadi mungkin jaman itu serasa
orang kaya hanya membawa uang Rp. 100.000. Namun angin yang semula berhembus
sejuk itu mendadak berubah tatkala Asia Timur, Asia Selatan, dan Asia Tenggara
diterjang Krisis Moneter. Indonesia berguncang hebat. H.M. Soeharto sebagai nahkoda
negeri berusaha menahan kenaikan seluruh kebutuhan pokok dengan devisa yang
ada. Namun upaya itu tidak membuahkan hasil. Justru cadangan devisa yang
semakin terus merosot. Jika subsidi terus dilanjutkan, negeri ini dipastikan rontok.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Untuk mendongkrak cadangan devisa sepertinya saat itu tidak
ada lagi hal yang bisa dilakukan kecuali menaikkan harga BBM. Hingga pada Senin,
4 Mei 1998, Presiden Soeharto memutuskan menaikan harga BBM. Tidak
tanggung-tanggung. BBM dinaikkan hingga dua kali lipat, sementara untuk Tarif
Dasar Listrik dinaikkan menjadi 60%. Kenaikan harga BBM dari yang semula Rp.
700/liter menjadi Rp. 1.200/liter. Kebijakan menaikkan BBM dan Tarif Dasar
Listrik membuat rakyat terkejut bukan kepalang. Berpuluh tahun mereka terbiasa
dimanja dengan subsidi dan harga kebutuhan pokok yang murah. Saat
itu belum pernah pemerintah menaikkan harga BBM dan TDL dengan tingkat
persentase sedemikian rupa. Karena biasanya jika ada kenaikan harga BBM,
pemerintah hanya menaikkan harga Rp. 400/liter, itu pun baru<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dilakukan selama 11 tahun.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Kenaikan BBM memang mampu menggemukkan devisa negara
sekaligus menahan lonjakan kenaikan kebutuhan hidup masyarakat, tapi berbuntut pada
penyesuaian tarif lainnya, utamanya berefek domino pada naiknya ongkos
transportasi angkutan umum yang juga dibidani pemerintah. Begitu juga pada
kebutuhan pokok lainnya. Beras mengalami kenaikan sebanyak Rp. 100-200 per liter.
Sementara gula pasir, terigu, dan telur rata-rata mengalami kenaikan hingga masing-masing
Rp. 100-150 per kg. Meski demikian stabilitas kehidupan ekonomi masyarakat masih
berjalan normal seperti biasa. Namun bagaimanapun dampaknya, rakyat sudah
terlanjur kecewa. Melalui serangkaian aksi demo para Mahasiswa yang
menggugurkan 4 jiwa, H.M. Soeharto akhirnya berbesar hati untuk mengundurkan
diri dari jabatan Presiden hanya selang 16 hari setelah mengeluarkan kebijakan
kenaikan harga BBM dan Tarif Dasar Listrik.</span></p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p></p>Ibnu Umar Juniorhttp://www.blogger.com/profile/04942908109301520011noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1161991304461094641.post-48254626976729696392021-07-19T06:33:00.006-07:002021-07-25T21:32:55.956-07:00Bang Pi'i, Jawara Beken Betawi Yang Jadi Menteri (7-Tamat)<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlP7VVxT46EBYsfWgS7miIHUZafFn4pKcHNJ-TAZ-wcSUOsSY1_0Lz13K74woxe4svTG1y4thR8cqQfLne5utLMIBymTTrMDq70kY0Jq5MgebYxZgHZIJS7NHdA5sZqqswEKE_Bj-deN0/s600/Bang+Pi%2527i+jawara.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Letkol Pi'i sempat dituduh PKI" border="0" data-original-height="400" data-original-width="600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlP7VVxT46EBYsfWgS7miIHUZafFn4pKcHNJ-TAZ-wcSUOsSY1_0Lz13K74woxe4svTG1y4thR8cqQfLne5utLMIBymTTrMDq70kY0Jq5MgebYxZgHZIJS7NHdA5sZqqswEKE_Bj-deN0/w640-h426/Bang+Pi%2527i+jawara.jpg" title="jawara Letkol Pi'i wafat" width="640" /></a></div><br /><p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Di awal
Oktober 1945, tentara sekutu merangsek ke pusat kota lalu menduduki kawasan
Senen. Mengetahui hal itu, meski ia tengah menderita sakit Bang Pi'i spontan
langsung bisa bergerak. Di bawah bendera OKI, Bang Pi'i bersama ribuan anak
buahnya yang tersebar di seantero Batavia, melawan agresi kumpeni dengan gagah
berani. Mereka membagi lokasi penyerangan. Sebagian mengepung stasiun Senen, yang
saat itu telah menjadi pusat konsentrasi tentara sekutu. Bang Pi'i dan anak
buahnya tidak memiliki senjata kecuali golok dan bambu runcing, tapi mereka
tidak sedikitpun gentar. Dalam setiap aksi penyerbuan Bang Pi'i memang selalu berada
di garis paling depan. Muntahan pelor berhamburan ke arah Bang Pi'i, tapi ia
tidak peduli dan terus merangsek maju. Tentara sekutu kebingungan. Hanya dalam
hitungan jam Stasiun Senen berhasil direbut kembali oleh Bang Pi'i dan anak
buahnya. <o:p></o:p></span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Aksi
penyerbuan Bang Pi'i dan anak buahnya merebut Stasiun Senen sukses gemilang.
Namun keberhasilan itu membuat tentara sekutu murka. Berkekuatan penuh, tentara
sekutu membalas lancarkan serangan balik membabibuta ke kawasan Senen. Bang
Pi'i yang kondisi sakitnya semakin parah akhirnya kembali memimpin pertempuran.
Selama dua hari pertempuran sengit berlangsung. Karena sakit, Bang Pi'i terkepung
dan tersudut lalu akhirnya berhasil ditawan. Tubuh dan kedua tangannya diikat tali oleh tentara sekutu lalu dibawa menggunakan mobil. Setelah sampai
di lokasi tujuan, tentara sekutu terkejut bukan main. Bang Pi'i ternyata telah melarikan
diri. Bang Pi'i berhasil kembali ke kelompoknya untuk menyusun kekuatan guna membalas
serangan tentara sekutu. Namun belum lagi penyerangan dilakukan pemerintah
Indonesia memerintahkan konsentrasi perjuangan rakyat termasuk kelompok Bang
Pi'i untuk dipindahkan sementara ke Karawang. <o:p></o:p></span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Bang Pi'i
berkesempatan bersekolah di SSKAD (Sekolah Staf Komando Angkatan Darat), dan
lulus pada tahun 1958 dengan pangkat Letnan Kolonel. Sebagai militer, Bang Pi'i
tidak banyak ikut campur tentang kondisi politik. Tujuannya satu, yaitu hanya
mengabdi pada pemimpin sebagai refleksi mengabdi pada bangsa dan negara.
Soekarno banyak mendengar sepak terjang Bang Pi'i dalam mengamankan wilayah Djakarta.
Nampaknya Sokarnoe tertarik, lalu memerintahkan bang Pi'i agar sering mengawalnya
jika sedang bepergian. Hal itu diamini Bang Pi'i. Selanjutnya dalam kesempatan
lain, Soekarne juga sempat mengutarakan akan merekrut Bang Pi'i sebagai Tjakrabirawa
dan mengangkatnya sebagai Komandan. Tapi Bang Pi'i menolaknya.<o:p></o:p></span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Pada tanggal
10 hingga 13 Januari 1966, Mahasiswa turun melakukan unjuk rasa setelah
berkali-kali tuntutannya terkait Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura) tidak digubris
pemerintahan Soekarno. Selama hampir 4 hari unjuk rasa mahasiswa secara besar-besaran
terus dilakukan. Situasi aksi mahasiswa semakin memanas. Kondisi ketegangan
semakin memuncak, namun Bang Pi'i yang bertugas mengamankan ibukota berhasil
memadamkan ketegangan sekaligus membubarkan mahasiswa.<o:p></o:p></span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Jasa bang
Pi'i terhadap agama dan bangsa banyak mendapat apresiasi. Untuk sebuah negara
yang baru lahir, dibutuhkan cukup banyak sosok atau tokoh untuk mengisi
berbagai jabatan. Sementara kemerdekaan yang diperoleh dari perjuangan berbagai
elemen anak bangsa membuat mereka yang gelap mata terobsesi jabatan harus menyingkirkan
teman seperjuangan untuk mencapai tujuan. <o:p></o:p></span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Pada 21
Februari 1966, setelah peristiwa Gerakan 30 September PKI, Soekarno yang saat
itu masih menjabat sebagai Presiden RI mengumumkan pembentukan mendadak Kabinet
Dwikora II 100 Menteri. Bang Pi'i yang meski saat itu baru berpangkat Letnan
Kolonel ikut terpilih menjadi Menteri Negara DPPUPK (Diperbantukan Pada
Presiden Urusan Pengamanan Khusus). Namun belum lama menjabat, pada tanggal 27
Maret 1966 Soekarno mereshuffle kabinetnya kembali menjadi kabinet Dwikora III.
Bang Pi'i adalah salah satu nama yang terkena reshuffle. Selanjutnya Kabinet Dwikora III dibubarkan lagi karena
roda pemerintahan sudah berganti, dari Orde Lama, ke Orde Baru. Setelah itu Bang Pi'i dituduh terafiliasi komunisme hingga membuatnya ditahan, tapi tak
beberapa lama ia dibebaskan, karena tidak ditemukannya bukti. <o:p></o:p></span></span></p><p>
</p><p class="MsoNormal"></p><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica; font-size: 12pt;">Beberapa
tahun setelah peristiwa penahanannya, Bang Pi'i sempat ditawari oleh pemerintah untuk kembali meneruskan
karirnya sebagai Angkatan Darat. Namun tawaran itu ditolaknya secara halus. Ia
beralasan akan menghabiskan masa tuanya di rumah bersama keluarga. Bang Pi'i wafat
karena sakit pada 9 September 1982 di rumahnya.</span></div><span style="line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;"><br /></span></div><span style="font-family: helvetica;"><div style="font-size: 12pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Jawara Betawi Letnal Kolonel Imam Syafi'i bin Mughni dimakamkan secara terhormat di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan dengan serangkaian upacara
militer.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div></span><o:p style="font-size: 12pt;"></o:p></span><p></p><p style="text-align: justify;"><br /></p>Ibnu Umar Juniorhttp://www.blogger.com/profile/04942908109301520011noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1161991304461094641.post-84160563180257667182021-07-18T23:29:00.003-07:002021-07-25T21:33:19.249-07:00Bang Pi'i, Jawara Beken Betawi Yang Jadi Menteri (Part 6)<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6pXOFnF1xSvP5EPgyRv-yRtaLlxOQHKNNnjSQgTrT1mnfkU5wZVynCvRmifETMDEQUutvgo2PtOvEp_8zZTtSuVksPV53mgH7BArtAQEIOVSVfY-weZukHCs3mKR1aoIM1MHLAbhFlzk/s600/Bang+Pi%2527i+jawara.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kelompok Jawara dan preman batavia berjuang melawan Belanda" border="0" data-original-height="400" data-original-width="600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6pXOFnF1xSvP5EPgyRv-yRtaLlxOQHKNNnjSQgTrT1mnfkU5wZVynCvRmifETMDEQUutvgo2PtOvEp_8zZTtSuVksPV53mgH7BArtAQEIOVSVfY-weZukHCs3mKR1aoIM1MHLAbhFlzk/w640-h426/Bang+Pi%2527i+jawara.jpg" title="Bang Imam Syafi'i bentuk kelompok besar perjuangan rakyat" width="640" /></a></div><br /><p></p><p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Sejak kecil Bang
Pi'i sudah tertarik dengan ilmu bela diri. Perawakannya tidak tinggi besar,
tapi susunan tulangnya kuat dengan persendiannya yang kokoh. Hatinya baik dan jiwanya
bersih. Ia terlahir dari keluarga baik-baik. Itu sebabnya mengapa Wan Kadir mau
mengangkatnya menjadi murid. Tidak pernah sekalipun ia mencuri, mencopet,
apalagi menjambret. Meski ia dan keluarganya hidup dalam kondisi kekurangan
ekonomi tapi ia pantang mengambil sesuatu yang bukan haknya. Haram baginya
melakukan perbuatan itu. Tidak ada kaitan pula antara Bang Pi'i dengan seluruh aksi
kriminal yang terjadi di wilayah Senen, termasuk di seluruh Batavia. Justru
Bang Pi'i berperan aktif mendisiplinkan para preman dan para kriminal jalanan. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Melalui
pendekatan persuasif, Bang Pi'i sukses membuat ratusan bahkan ribuan preman
tobat lalu kembali menjalani hidup baik-baik. Para preman dan para kriminal
menghormati Bang Pi'i bukan karena kesaktian bela dirinya semata, tapi juga
karena ilmu agamanya. Bang Pi'i itu Mu'allim atau sekarang lebih dikenal dengan
sebutan Ustadz. Ia sudah menjadi anak gemblengan Wan Kadir sejak masih
kanak-kanak. Paham betul ia mana yang disebut haram dan mana yang disebut
halal, atau mana yang di antara keduanya.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Semasa
berkelana menyisir pulau Jawa, ia juga banyak bertemu para Kyai untuk menuntut
ilmu agama. Sepulangnya dari berkelana ia masih terus melanjutkan studi
agamanya kepada Habib Ali Al-Habsyi di kawasan Kwitang, Habib Salim bin Jindan di
daerah Otista, Habib Ali Al-Atthas di kawasan Bungur, dan beberapa lainnya
lagi. Seringkali dalam beberapa kesempatan, disebabkan suasana politik yang
panas disebabkan agresi Belanda ataupun Jepang, Bang Pi'i selalu hadir mempertaruhkan
nyawa untuk menjadi bodyguard para tokoh Ulama agar proses dakwah sekaligus
keselamatan tokoh Ulama tersebut terjamin dan berjalan lancar.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Para
kriminal jalanan dan preman yang tobat diajarinya mengaji dan mengenal agama
lebih cakap. Hubungan sosialnya dengan masyarakat juga patut diacungi jempol. Tangannya
ringan untuk membantu sesama. Bahkan tidak sedikit orang yang pernah ia beri
bantuan modal untuk berdagang atau membuka usaha. Sementara kiriman berupa
bahan pangan, buah, atau uang yang ia peroleh dari orang-orang itu bukan upeti,
tetapi bingkisan atau hadiah karena rasa suka. Semua orang Cina pemilik toko
dan para pemilik usaha di kawasan Senen menghormati sekaligus menyukai Bang
Pi'i. Selama ada Bang Pi'i usaha mereka justru aman. Suasana jadi kondusif dan
terkendali. Tak heran jika sedang berada di kawasan Senen, nampak foto bang
Pi'i dipajang di hampir semua toko, rumah, dan tempat usaha.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;"><span style="font-size: 12pt;">Sesungguhnya
sejak awal sudah sedemikian kentara, bahwa apa yang dilakukan Bang Pi'i di
kawasan Senen itu sebenarnya adalah sebuah upaya penggalangan massa besar yang
dilakukannya selama bertahun-tahun dan kondisi itu sudah diskenariokan
jauh-jauh hari. Ternyata yang dikuatirkan pihak Belanda benar-benar terjadi. Setelah
Belanda melakukan agresi militer lagi di Batavia pada September 1945, seketika
gabungan besar para jawara dan para preman yang berada di bawah komandonya ia giring
lalu membentuk organisasi bernama OPI (Organisasi Pejuang Indonesia). Misinya,
berjuang mati-matian merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah. Pengaruh
Bang Pi'i nyatanya bukan hanya di kalangan Jawara dan kriminal jalanan saja,
tapi juga semakin meluas dan mempengaruhi para pelajar, remaja, serta kelompok
tentara rakyat.</span>. <o:p></o:p></span></span></p><span style="font-family: helvetica;"><div style="text-align: justify;"><i><a href="https://ibnu-umar-junior.blogspot.com/2021/07/bang-pii-jawara-beken-betawi-yang-jadi_19.html">Bersambung Part 7</a></i></div></span><p></p>Ibnu Umar Juniorhttp://www.blogger.com/profile/04942908109301520011noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1161991304461094641.post-8484591060763846402021-07-18T20:15:00.011-07:002021-07-25T21:35:18.760-07:00Bang Pi'i, Jawara Beken Betawi Yang Jadi Menteri (Part 5)<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIuJtg3IUmuyp9JMtWckcwWcofS-Io5JXOr3PB5CQFD4pT2EPeJX-dMNMd9ip6PwwiJluIvXxMAVZJGSIkFAXd3UxcWYaAcbU7JUCkqsUKq1l9yyAZt0B-TjwPmKjcXYxc_LCf7HkzPDw/s600/Bang+Pi%2527i+jawara.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="ilmu silat tingkat tinggi bang Pi'i" border="0" data-original-height="400" data-original-width="600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIuJtg3IUmuyp9JMtWckcwWcofS-Io5JXOr3PB5CQFD4pT2EPeJX-dMNMd9ip6PwwiJluIvXxMAVZJGSIkFAXd3UxcWYaAcbU7JUCkqsUKq1l9yyAZt0B-TjwPmKjcXYxc_LCf7HkzPDw/w640-h426/Bang+Pi%2527i+jawara.jpg" title="Bang Pi'i santri yang membuat tobat banyak para kriminal" width="640" /></a></div><br /><p></p><p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Pi'i tengah
menggoreskan nama besarnya di lembaran sejarah Batavia. Pertarungannya di area
publik kawasan Pasar Senen tempo hari membuat nama lelaki gemblengan Wan Kadir
itu seketika berkibar-kibar. Itu adalah sebuah aksi penaklukan menentukan di
titik sentral. Saat itu menguasai Senen sama saja menguasai seluruh Batavia. Yang
juga sama artinya dengan menaklukkan seluruh jawara di tanah Betawi. Pi'i sejak
kanak-kanak memiliki banyak anak buah, tapi setelah aksi kemenangan duelnya
dengan Muhayyar membuat semakin banyak lagi yang ingin bergabung menjadi anak
buahnya. Mereka datang dari berbagai kalangan, mulai dari jawara, pedagang,
pengusaha, hingga para pelaku kriminal jalanan. Pi'i berubah menjadi sosok yang
dihormati dan disegani. Orang-orang mulai sungkan untuk memanggil langsung
namanya. Ia baru menginjak masa remaja. Dengan usianya yang masih tergolong
muda orang-orang sudah memanggilnya dengan sebutan Bang Pi'i. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Cerita ihwal
dunia jawara saat itu, Bang Pi'i jawara paling beken se-Batavia. Di waktu
senggang, di tengah keramaian kawasan Senen ia sempat beberapa kali unjuk
kebolehan. Ditebarnya tinggi-tinggi ke atas beberapa buah kelapa, ia tetap berdiri
santai, kedua matanya menatap ke depan, lalu buah-buah kelapa itu meluncur
deras ke bawah. Sesaat setengah jengkal buah-buah kelapa itu hampir menimpa
kepalanya lalu tanpa melihat ke arah buah-buah kelapa itu tiba-tiba goloknya
sudah keluar dari sarung dan berkelebatan secepat kilat mencacah seluruh buah
kelapa menjadi potongan kecil-kecil tanpa tersisa. Semua penonton leletkan
lidah menyaksikan atraksi tersebut. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Menjadi
jawara papan atas di era penjajahan jelas tidak mudah. Bukan hanya mengandalkan
ketinggian dan kecepatan ilmu silat luar, keahlian permainan golok atau
kekuatan tenaga dalam saja. Tapi selain setiap titik di tubuhnya harus kebal
senjata tajam, kulit tubuhnya juga harus mampu menahan terjangan pelor kumpeni.
Masih belum termasuk jawara papan atas jika belum sampai pada titik ini. Dan lebih
dari pada yang dibayangkan, gelar jawara itu baru layak disandangkan jika ia
mengerti ilmu agama. Maka jaman dulu, hampir tidak ada anak Betawi yang
kecilnya tidak mengaji. Semua jawara Betawi itu mengerti ilmu agama. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Kepopuleran sebuah
nama jawara juga sudah cukup mengundang para jawara papan atas turun gunung buat
menjajal ilmu. Belum lagi konfrontasi dengan aparat pemerintah Hindia Belanda
yang selalu mencurigai sepak terjang para jawara yang biasanya pro perjuangan
pribumi. Hal ini membuat kondisi para jawara bisa menjadi rumit. Dalam
riwayatnya, Bang Pi'i seringkali dicari para jawara papan atas yang memutuskan turun
gunung karena mendengar ihwal Bang Pi'i. Mereka datang dari Kemayoran, Pekojan,
Condet, Manggarai, Depok, Bogor, Tangerang, atau Bekasi. Jika kebetulan Bang
Pi'i tidak sedang berada di kawasan Senen, para jawara akan menunggunya hingga
ia datang. Sejauh ini Bang Pi'i mampu menghadapi para jawara tersebut, kecuali
dua orang jawara sakti. Bang Pi'i akan berpikir seribu kali untuk bertarung
dengan keduanya. Jika ada kesempatan sejarahnya akan dikisahkan di lain waktu.<o:p></o:p></span></span></p><span style="font-family: helvetica;"><div style="text-align: justify;"><i><a href="https://ibnu-umar-junior.blogspot.com/2021/07/bang-pii-jawara-beken-betawi-yang-jadi_56.html">Bersambung Part 6</a></i></div></span><p></p>Ibnu Umar Juniorhttp://www.blogger.com/profile/04942908109301520011noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1161991304461094641.post-73862992753335416522021-07-18T04:08:00.007-07:002021-07-25T21:36:39.586-07:00Bang Pi'i, Jawara Beken Betawi Yang Jadi Menteri (Part 4)<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNZNwqGZuieC566pTzYlg8F3TB5eYAphItjz3wFqzu2PnhUgNLGkLfHlWY_QWqXrS-VMohhyphenhyphenmDBZvm-gWCcwzhcEnXcPjPFTCyDc4hNcCf1oiwTooOhhC6ldXm55VHusUgIEt51RbqdFI/s600/Bang+Pi%2527i+jawara.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Api Dendam Bang Imam Syafi'i" border="0" data-original-height="400" data-original-width="600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNZNwqGZuieC566pTzYlg8F3TB5eYAphItjz3wFqzu2PnhUgNLGkLfHlWY_QWqXrS-VMohhyphenhyphenmDBZvm-gWCcwzhcEnXcPjPFTCyDc4hNcCf1oiwTooOhhC6ldXm55VHusUgIEt51RbqdFI/w640-h426/Bang+Pi%2527i+jawara.jpg" title="Bang Pi'i Penguasa Pasar Senen" width="640" /></a></div><br /><p></p><p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Setibanya di
Batavia ia menemui Wan Kadir lalu berangkat lagi menuju Senen. Pi'i mendapati suasana
kawasan Senen telah banyak berubah. Di pasar, terdapat wajah baru para centeng
bergelang bahar dengan golok terselip di pinggang. Beda dengan dulu, kali ini
nampak aktivitas para centeng lebih terkoordinir. Upeti harian dari para
pedagang disetor kepada centeng yang tersebar di banyak sudut pasar. Melalui
berbagai informasi Pi'i mengetahui bahwa saat itu kawasan Senen seluruhnya
telah dikuasai oleh seorang jago berkepandaian tinggi bernama Muhayyar. Dari
informasi itu pula Pi'i tahu bahwa sebenarnya Muhayyar merupakan anak buah
Ayyub, yang tak lain adalah pembunuh ayah kandungnya, Ayahnya tewas dengan kepala
terpenggal saat di atas getek beberapa belas tahun silam. Dengan demikian sejak
kematian Bang Mughni, ayah Pi'i, kekuasaan Ayyub telah berlangsung selama
belasan tahun di Pasar Senen.<o:p></o:p></span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Bisa jadi
ini adalah maksud Wan Kadir memanggilnya pulang balik ke Jakarta. Semacam menyelesaikan
sebuah misi, fokusnya bukan misi balas dendam, tapi lebih kepada mengatasi keamanan
di Senen bahkan seluruh wilayah Batavia yang kondisinya sudah semakin semrawut.
Wan Kadir seperti mengisyaratkan ada sebuah peristiwa besar yang akan berlaku
di Batavia. Dan dirinya harus berada di sana saat peristiwa itu terjadi.<o:p></o:p></span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Perkara
pertama yang harus diselesaikan, adalah kawasan Pasar Senen. Muhayyar yang
menjadi target utama. Jika Muhayyar jatuh maka otomatis kekuasaan Ayyub di
seluruh penjuru kawasan Senen akan ikut rubuh. Tak beberapa lama kemudian,
sebelum petang menghilang Pi'i melangkah
tenang menuju kawasan Pasar Senen, tujuannya mencari Muhayyar lalu menantangnya
berduel. Siapa yang menang, maka ia yang berhak mengusai wilayah Senen. <o:p></o:p></span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Terperangah
juga Muhayyar tiba-tiba ditantang duel oleh sosok yang namanya tak pernah
terdengar dan wujudnya baru kali pertama ia lihat. Orang-orang yang berada di
sana, terutama para prianya seketika membuat lingkaran manusia memagari kedua
orang yang saling berhadapan itu. Ini akan menjadi sebuah laga duel paling bersejarah
yang pernah terjadi di kawasan Senen. Muhayyar pun baru mengetahui siapa Pi'i setelah
Pi'i memberitahukan siapa dirinya. Muhayyar berkomentar, Pi'i menantangnya duel
karena hendak membalaskan dendam kematian ayahnya yang telah dibunuh Ayyub, bos
Muhayyar. Tapi komentar Muhayyar dibalas Pi'i dengan senyuman hampa. Lalu hanya
dalam hitungan menit kedua orang itu sudah saling berjibaku sengit dengan mengandalkan
kemahiran ilmu bela dirinya masing-masing. Suara bentakan terdengar menggeledek
sahut-sahutan. Para penonton berdecak kagum melihat aksi keduanya berkelahi. Sejak
di awal pertarungan, Pi'i beberapa kali mampu menembus pertahanan Muhayyar dan
berhasil menyarangkan pukulannya di beberapa bagian tubuh Muhayyar. Sekilas nampak
Muhayyar masih bisa bertahan, tapi sebenarnya ia mengalami cedera dalam cukup
parah. Rasa malu membuatnya ia harus terus tetap bertahan, namun sepertinya Pi'i
tidak ingin berlama-lama membuang waktu, akhirnya Pi'i loloskan serangan
pamungkasnya ke bagian tengah tubuh Muhayyar hingga Muhayyar langsung terpental
melayang lalu ambruk. <o:p></o:p></span></span></p><p class="MsoNormal">
</p><p class="MsoNormal"></p><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica; font-size: 12pt;">Hari itu
resmi sudah Pi'i menjadi penguasa tunggal kawasan Pasar Senen. Namun sejujurnya
ia merasa belum puas walaupun sudah mengalahkan Muhayyar. Di hatinya masih ada kobaran
api dendam. Ia bertekad melanjutkan niatnya untuk menemui Ayyub, pembunuh
ayahnya. Namun nampaknya Wan Kadir masih belum menunjukkan izin atau isyarat
apapun. Kabarnya, beberapa tahun belakangan Ayyub tengah menderita sakit berkepanjangan
cukup parah yang pada akhirnya mengakibatkan ia harus menemui ajalnya. Namun
ada yang menyebut Ayyub sudah lebih dulu wafat sebelum peristiwa pertarungan
Muhayyar dan Pi'i. Tetapi yang pasti hari itu kisah Ayyub sang Penjagal ayahnya sekaligus kekuasannya di kawasan Pasar Senen telah berakhir selamanya.</span></div><span style="line-height: 115%;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;"><br /></span></div><span style="font-family: helvetica; font-size: 12pt;"><div style="text-align: justify;"><i style="font-size: 12pt;"><a href="https://ibnu-umar-junior.blogspot.com/2021/07/bang-pii-jawara-beken-betawi-yang-jadi_34.html" target="">Bersambung Part 5</a></i></div></span><o:p style="font-size: 12pt;"></o:p></span><p></p><p></p>Ibnu Umar Juniorhttp://www.blogger.com/profile/04942908109301520011noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1161991304461094641.post-40536161604575927262021-07-17T21:22:00.012-07:002021-07-25T21:37:11.620-07:00Bang Pi'i, Jawara Beken Betawi Yang Jadi Menteri (Part 3)<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuFk9hIJ0FTeFnLHvB0mVqjuYGitmTomRJw8VGSVV4PpFYgYSEol908PyXTLYjf77xynFDUkxaJ2ZQCHXgWTjq7g1Mq9BfGq6u1UXcxt_QAOYmTB_OfE2YueKn4RSjME36vA2EDOd9Wwg/s600/Bang+Pi%2527i+jawara.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Bang Pi'i Koordinator Jawara Se Batavia" border="0" data-original-height="400" data-original-width="600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuFk9hIJ0FTeFnLHvB0mVqjuYGitmTomRJw8VGSVV4PpFYgYSEol908PyXTLYjf77xynFDUkxaJ2ZQCHXgWTjq7g1Mq9BfGq6u1UXcxt_QAOYmTB_OfE2YueKn4RSjME36vA2EDOd9Wwg/w640-h426/Bang+Pi%2527i+jawara.jpg" title="Jagoan Betawi Pasar Senen" width="640" /></a></div><p><br /></p><p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Penjara
menjadi babak kehidupan baru bagi Pi'i. Suasana di dalam sel nyatanya tak
berbeda jauh dengan kondisi keras di luar sana. Siapa yang jago dia yang
menang. Siapa yang kuat dia yang bertahan. Rupanya ada juga jagoan penguasa di
penjara anak tersebut. Perawakannya tinggi besar, tubuhnya kekar tegap, kulitnya
sawo matang mengelam, suaranya meninggi setiap kali bicara. Tidak ada satupun
tahanan yang berani padanya. Tak segan-segan jagoan bocah itu melakukan
tindakan kekerasan bagi siapa saja yang menentang keinginannya. Tak terkecuali
pada Pi'i, tahanan baru yang memang empuk buat diplonco. Jika dibandingkan
fisik keduanya, jelas tubuh Pi'i jauh lebih kecil dan lebih pendek. Keduanya nampak
sudah berhadapan satu sama lain. Semua yang melihat ketegangan itu akan mengira
sebuah duel yang tidak sebanding. Hanya dalam beberapa gebrakan saja dipastikan
Pi'i akan babak belur dihantam si jagoan dengan tulang patah serta remuk di
beberapa bagian. Faktanya, sejurus kemudian si jagoan yang justru terjerembab
dan terkapar tak berdaya. Beberapa tahanan dan sipir turut membantu mengangkat
tubuh si jagoan dari lantai untuk kemudian diobati dan dirawat.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Peristiwa
pertarungan itu berlangsung singkat, namun cukup menjadi topik pembicaraan
hangat di antara para tahanan dan sipir selama berminggu-minggu. Bukan hanya terkejut
karena kekalahan si penguasa sel yang memiliki badan besar, tapi gaya bertarung
Pi'i yang menjadi sorotan. Tubuhnya secepat kilat melesat ke depan lalu
tiba-tiba beberapa pukulan keras yang saking cepatnya nyaris tidak terlihat
mata sudah mendarat telak di beberapa bagian tubuh si Jagoan. Sejak hari itu,
Pi'i menjadi sosok baru yang paling ditakuti seluruh penghuni penjara, bahkan
aksinya itu terdengar hingga ke kawasan Senen.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Tahun 1935 merupakan
tahun kebebasan Pi'i setelah beberapa tahun mendekam di penjara. Ia kembali ke
Senen, tempat di mana keluarganya berada. Teman-temannya menyambut kedatangan
Pi'i dengan suka cita. Usai melepas rindu di Senen, ia segera berangkat menuju
Kebon Nanas untuk menemui Tuan Sayyid Kadir, sosok penting yang telah ia anggap
sebagai guru sekaligus orang tua. Pertemuan itu hanya diwarnai sedikit obrolan,
karena sejatinya tidak ada perbincangan panjang saat berkesempatan menemui Wan
Kadir. Hanya sesekali bicara, itupun sekedar obrolan singkat. Wan Kadir diketahui
sebagai sosok yang tidak banyak bicara tapi meski begitu Pi'i kembali merasakan
getaran energi bergelombang halus saat berada di dekat Wan Kadir. Ada aura dan kekuatan
yang menyentuh kalbu, jiwa, lalu kemudian fisiknya. Pi'i mendapat perintah langsung
dari Wan Kadir untuk berkelana menimba ilmu dan pengalaman di luar sana. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Setelah keluar
dari penjara Pi'i memang jarang berada di rumah. Sesuai perintah Wan Kadir ia
pergi merantau ke sejumlah daerah yang dikenal sebagai daerah tempat
orang-orang jago berada. Daerah Banten utamanya. Puas berkenalan dengan para tokoh
jago Banten, ia terus menyisir pulau Jawa hingga ke ujung Timurnya. Lombok dan
Bali juga tak luput dijajalnya. Ia sempat pula berlayar ke Kalimantan dan
bertemu para tokoh sakti suku Dayak. Sejujurnya tidak ada yang dilakukan Pi'i
dari beberapa tahun perjalanan kelilingnya itu kecuali menjajal para tokoh
sakti sekaligus belajar dari para tokoh sakti. Dan memang demikian yang selalu
dilakukan para jawara saat itu. Di tengah pengembaraannya, Pi'i dipinggil
pulang ke Batavia oleh Wan Kadir.</span></span></p><p></p><p style="text-align: justify;"><i><span style="font-family: helvetica;"><a href="https://ibnu-umar-junior.blogspot.com/2021/07/bang-pii-jawara-beken-betawi-yang-jadi_18.html" target="">Bersambung Part 4</a></span></i></p>Ibnu Umar Juniorhttp://www.blogger.com/profile/04942908109301520011noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1161991304461094641.post-61061962968161210912021-07-17T05:21:00.007-07:002021-07-25T21:37:50.588-07:00Bang Pi'i Jawara Beken Betawi Yang Jadi Menteri (Part 2)<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWOiw7jBdDHRL50s73ESnQmi7U_Z3S329IZXMn7MZehCvdZrW4P4rBEh7APToI42nnXHNjzyVMc4-0zn2DQaose-MLM44pun-OTnVBi8MGMArACQxGWgI-_LD1Vsyk0wV20fDzBSFH0dg/s600/Bang+Pi%2527i+jawara.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="400" data-original-width="600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWOiw7jBdDHRL50s73ESnQmi7U_Z3S329IZXMn7MZehCvdZrW4P4rBEh7APToI42nnXHNjzyVMc4-0zn2DQaose-MLM44pun-OTnVBi8MGMArACQxGWgI-_LD1Vsyk0wV20fDzBSFH0dg/w640-h426/Bang+Pi%2527i+jawara.jpg" width="640" /></a></div><br /><br /><p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Mughni tewas
terhormat. Tapi argo perhitungan masih terus berjalan. Ada sisa cerita yang
belum khatam. Diam-diam keluarga Mughni membahas masalah Syafi'i dengan utusan
Wan Kadir. Sekira setahun setelah kematian Mughni keputusan pun dicapai. Syafi'i
alias Pi'i ditarik ke Kebon Nanas untuk digembleng langsung oleh Wan Kadir. <o:p></o:p></span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Kawasan
Senen memang begitu hitam. Harus ada yang bersih untuk memutihkan. Selain
prilaku terpuji dan gerakan amar ma'ruf nahi mungkar yang ditanamkan Wan Kadir,
Pi'i juga merasakan ada pasokan energi kasat mata saat dirinya berada di
kediaman Wan Kadir. Hari demi hari usia Pi'i semakin bertambah. Ia merasakan
nafasnya semakin lega dan gerakan tubuhnya menjadi lebih ringan dibanding
sebelumnya. Inilah salah satu dari sekian banyak kehebatan yang dimiliki Wan
Kadir. Mampu melakukan transfer ilmu kepada orang yang ia ridhoi tanpa harus bersusah
payah mengeluarkan keringat. Lebih dari pada itu, Wan Kadir mengajarkan padanya
sebuah arti kelembutan, sebagai Muslim bagaimana seharusnya mengasihi manusia,
khususnya yang seakidah seagama. Hanya beberapa tahun berada di bawah gemblengannya,
Wan Kadir melepas pulang Pi'i ke kediaman keluarganya di Senen. Meski demikian,
setiap ada kesempatan, Pi'i pastikan untuk mengunjungi Wan Kadir, sekedar untuk
bersimpuh takzim. <o:p></o:p></span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Pi'i
menghabiskan masa transisi keremajannya di Senen. Lalu ada aroma derita
menyeruak di sana. Tak hanya pada keluarganya, panorama kemiskinan ia lihat di sekelilingnya.
Kelaparan masyarakat terlihat nyata. Hatinya bergetar hebat lalu elastis melembut.
Ia dengan segera mengorganisir teman-temannya agar bersama-sama mencari dan
mengumpulkan bahan pangan yang halal untuk dimakan. Upaya yang dilakukan Pi'i
tidak sia-sia. Hasil kerja gotong royong itu membuahkan hasil. Urusan makan Ibu
dan adik-adik Pi'i aman. Sebagian sisa bahan pangan dibagikan kepada
teman-temannya yang lain dan sejumlah masyarakat Senen. <o:p></o:p></span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Senen saat
itu merupakah wilayah perniagaan favorit. Ratusan ribu Gulden berputar di kawasan
itu setiap harinya. Persaingan kekuasaan dan penaklukan wilayah di Senen oleh
para jago terjadi begitu sengit. Aksi Pi'i yang seringkali mengumpulkan bahan
pangan di wilayah Senen tersandung hukum. Aksi itu oleh hukum pemerintah
Belanda disebut sebagai aksi kriminal, semacam kelompok preman yang meminta
upeti keamanan kepada para pedagang dan warga. Pi'i bersikeras, ia memang
mengkoordinir teman-temannya untuk menguasai keamanan wilayah Senen. Bahan
pangan itu juga memang diperoleh dengan jalan meminta, tapi orang-orang
memberikannya secara ikhlas. Tapi seperti biasa, hukum penguasa lebih menang.
Pi'i dijebloskan ke penjara anak di Tangerang. Tuduhannya pencurian !!</span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;"><i><a href="https://ibnu-umar-junior.blogspot.com/2021/07/bang-pii-jawara-beken-betawi-yang-jadi_73.html" target="">bersambung part 3</a></i></span></span></p><p></p><div style="text-align: justify;"><br /></div>
<div style="text-align: justify;"><br /></div><p></p>Ibnu Umar Juniorhttp://www.blogger.com/profile/04942908109301520011noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1161991304461094641.post-41864286310489822802021-07-17T05:18:00.011-07:002021-07-25T21:38:25.758-07:00Bang Pi'i, Jawara Beken Betawi Yang Jadi Menteri (Part 1)<p> </p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPDJgd9umAtszFSfTn4HF3ivSH5rhFxf_y_fZ0aqeMjuGaQNCBodwSd3rqvqXuI7OSJoYLLAv83FolxBATqmdqRx5_V726s_Fbw96fgWBpt6soZ8aXPd6VeI0-Z06uSoWD8318vP3iD8g/s600/Bang+Pi%2527i+copy.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Jawara Populer Betawi Abad 19" border="0" data-original-height="400" data-original-width="600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPDJgd9umAtszFSfTn4HF3ivSH5rhFxf_y_fZ0aqeMjuGaQNCBodwSd3rqvqXuI7OSJoYLLAv83FolxBATqmdqRx5_V726s_Fbw96fgWBpt6soZ8aXPd6VeI0-Z06uSoWD8318vP3iD8g/w640-h426/Bang+Pi%2527i+copy.jpg" title="Bang Pi'i Jawara Betawi Yang Jadi Menteri" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"></td></tr></tbody></table><br /><p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Di awal abad
19, sebagai wilayah pusat aktivitas Hindia Belanda yang berlokasi di pesisir
pantai, begitu banyak para aktor sejarah yang sudah berseliweran mewarnai jagat
panggung Batavia. Bang Pi'i, salah satunya. Di kawasan Pasar Senen, tahun 1935
nama satu ini mendadak muncul lalu mulai merekah. Aksi pertarungan bebasnya di publik mulai banyak menjadi sorotan. Menghasilkan buah bibir di banyak
kalangan. Usianya baru menginjak 16 tahun, tapi keahlian bela diri silatnya
mengundang decak kagum. Didukung keberanian, Pi'i terus menorehkan sejarah
perjalanan kisah hidupnya di antara nama beken para jawara Djakarta.<o:p></o:p></span></span></p><p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Terlahir
bernama Imam Syafi'i. Ia telah menjadi yatim sejak usianya belum genap 5 tahun.
Ayah kandungnya, Bang Mughni, seorang jawara kawasan Senen berkepandaian tinggi.
Ia beraliran putih. Ia tewas dibunuh Ayub, adik seperguruannya sendiri karena faktor
kedengkian, iri hati, dan pengkhianatan. Peristiwa ini cukup mengejutkan dunia
jawara Betawi. Karena apa yang dilakukan adik seperguruan Mughni itu bukan aksi
umumnya para jawara. Mughni tewas bukan karena duel berhadap-hadapan, tapi
diserang mendadak dari belakang oleh Ayub saat keduanya tengah naik
getek di sungai Ciliwung. Ini jelas aksi culas dan pengecut yang telah membuat
aib dunia persilatan Batavia. <o:p></o:p></span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Beranjak sedikit
ke arah Timur di wilayah Kebon Nanas, seorang tokoh jawara berkharisma yang
memiliki kepandaian bela diri luar biasa mengetahui peristiwa ini hanya dari
dalam kamarnya. Beliau adalah Tuan Sayyid Abdul Qadir. Orang banyak mengenalnya dengan sebutan Wan Kadir. Popularitas namanya memang tidak
sementereng Pitung atau Ji'ih, tapi ilmu pusat intisari bumi yang dimilikinya
membuatnya sulit tertandingi oleh siapapun di jagat Batavia. Wan Kadir dikenal
tidak suka pamer. Meski begitu, menyebut namanya saja sudah cukup membuat lutut
jawara paling jago di seantero Batavia gemetaran. Ia pro keadilan dan anti
kezaliman. Musuh utamanya adalah para kumpeni Netherland dan mereka yang melakukan
dan mendukung aksi kemungkaran dan kezaliman.<o:p></o:p></span></span></p><p class="MsoNormal">
</p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;">Mughni nampaknya
mengenal Wan kadir. Sejurus dua jurus ilmu sempat pula ia pelajari dari Wan
Kadir. Dan itu sebabnya mengapa kepandaian bela diri Mughni tiba-tiba mampu melesat
jauh dibanding Ayub. Jelas sulit bagi adik seperguruannya untuk
merubuhkan Mughni meski mengerahkan semua ilmu yang ada hingga pada saat
melakukan perjalanan berdua terbersit pikiran pengecut untuk membokong Mughni
dari belakang. Jika tidak begitu, Ayub tidak akan pernah bisa menyaingi popularitas
dan kebekenan Mughni seumur hidupnya.</span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: helvetica;"><a href="https://ibnu-umar-junior.blogspot.com/2021/07/bang-pii-jawara-beken-betawi-yang-jadi_17.html" target=""><i>bersambung part 2</i></a></span></span></p><p style="text-align: justify;"><br /></p>Ibnu Umar Juniorhttp://www.blogger.com/profile/04942908109301520011noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1161991304461094641.post-47165361818318478542021-01-03T05:56:00.004-08:002021-07-25T21:39:08.496-07:00Pitung, Sejarah Pahlawan Betawi Yang Dihitamkan<p style="text-align: justify;"> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOWDumPhfOEbOes3e1D-OTERDwpTI7-YJBKNgCzHkEH5ArJjZcx9PeI7lUk7sOv6ibU_Xugb_m4nCKMt1X0m7gkY6GBbEKYhePMcwbYDApla7-HuBRWsgDn4Csqdl3S2KnykdRrBO95Y4/s560/pitung.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="400" data-original-width="560" height="458" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOWDumPhfOEbOes3e1D-OTERDwpTI7-YJBKNgCzHkEH5ArJjZcx9PeI7lUk7sOv6ibU_Xugb_m4nCKMt1X0m7gkY6GBbEKYhePMcwbYDApla7-HuBRWsgDn4Csqdl3S2KnykdRrBO95Y4/w640-h458/pitung.jpg" width="640" /></a></div><p></p><div style="text-align: justify;"><span style="color: #333333; font-family: verdana; font-size: 12px;"><br /></span></div><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: verdana; font-size: 12px;"><div style="text-align: justify;">Di bumi Sunda Kelapa nama Pitoeng atau Pitung merupakan nama dari sosok yang tak akan pernah dilupakan warga Betawi. Pitung dikenal sebagai kriminal sekaligus pahlawan. Pitung juga telah diingat sejarah selama ratusan tahun. Pitung seperti yang diceritakan para sejarawan lokal adalah Robin Hood Betawi yang tidak memiliki kerjaan kecuali merampok harta orang-orang kaya, yaitu mereka para lintah darat, kumpeni, dan orang-orang Cina yang bersekongkol dengan Belanda. Kemudian hasil rampokan tersebut oleh Pitung dibagi-bagikan kepada penduduk kampung yang miskin.</div></span><p></p><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span face="Verdana, sans-serif">Diceritakan oleh banyak sejarawan Netherland, bahwa Pitung melakukan aksi kriminalnya tidak sendirian. Ada sejumlah sahabat yang setia disampingnya, sebut saja Ji’ih dan Somad. Aksi kriminal Pitung dan kawan-kawannya dari hari ke hari semakin berani. Dan akibatnya, Pemerintah Hindia Belanda mengumumkan secara resmi penangkapan Pitung, bandit yang menurut kubu Wihelmina paling berbahaya di Betawi.</span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span face="Verdana, sans-serif">Sederet cerita yang banyak beredar di luaran tentang Pitung dan kawan-kawannya tidak semuanya benar. Justru cerita-cerita itu banyak mengandung kesan tendensiusme dan sentimen berlebihan. Pitung bukan seperti yang diceritakan para sejarawan Hindia Belanda yang banyak menyunat cerita demi kepentingan hegemonial penjajah. Para sejarawan berambut pirang itu akan menulis cerita sesuai kebijakan Netherland atau kalau tidak, mereka akan berhadapan dengan kemurkaan Raja Willem atau putrinya, Wihelmina.</span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span face="Verdana, sans-serif">Pitung itu asli anak Betawi. Lahir sekitar tahun 1860 di Kampung Rawa Belong. Nama aslinya bukan Pitung, tapi Soleh. Ada juga yang bilang Solehun. Dari kecil Solehun sudah terlihat cerdas. Pitung juga pintar dalam berbagai hal. Ayahnya, Bang Piung dan ibunya, Mpok Pinah, melepas Solehun saat usia putranya 8 tahun untuk ‘nyantri’ di tempat Ustadz Naipin, seorang tokoh masyarakat setempat yang banyak mengerti urusan agama.</span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span face="Verdana, sans-serif">Ustadz Naipin bukan saja sosok sederhana yang banyak mengerti tentang agama, tapi dikenal juga sebagai tokoh yang menguasai ilmu silat. Selain itu, guru ngaji ini juga dikenal memiliki ilmu kedigjayaan pamungkas, ilmu yang paling diburu jawara Betawi papan atas saat itu. Belasan orang anak menjadi santri di tempatnya, termasuk Solehun (Pitung), Dji’ih, Mamat, dan Dulrahman.</span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span face="Verdana, sans-serif">Untuk menghidupi keluarga dan belasan santrinya, Ustadz Naipin tidak pernah kesulitan karena ia adalah salah satu bandar kambing cukup tersohor di Rawa Belong. Kambingnya berjumlah puluhan ekor. Di waktu senggang, Solehun dan teman-temannya membantu mencari rumput dan dedaunan untuk membersihkan kandang dan memberi makan kambing.</span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span face="Verdana, sans-serif">Setiap hari, tidak sedikit pembeli mendatangi rumah Ustadz Naipin untuk membeli kambing. Meski beberapa hari sekali Solehun juga membantu menjualkan kambing-kambing tersebut ke pasar-pasar di beberapa tempat di Betawi seperti di pasar Rawabelong, Pekojan, dan Tenabang. Selain itu, menyembelih kambing juga merupakan salah satu rutinitas Solehun, karena banyak juga para pelanggan yang membeli daging kambing secara kiloan.</span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span face="Verdana, sans-serif">Aktifitas Solehun dalam membantu penjualan kambing Ustadz Naipin membuat Solehun mulai banyak berinteraksi dengan masyarakat. Prilaku Solehun yang santun dan ringan tangan untuk membantu banyak orang rupanya banyak disuka khalayak. Dari situ pula Solehun mulai dikenal penduduk kampung untuk mendengar keluhan mereka atas tindakan kesewenang-wenangan kolonial terhadap penduduk. Mereka juga bercerita bagaimana para centeng-centeng tuan tanah secara keji melakukan tindak pemerasan yang dilakukan secara membabi buta.</span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span face="Verdana, sans-serif">Para tuan tanah sengaja memberi pinjaman mudah kepada penduduk dengan bunga yang berkali lipat. Borekhnya hewan, tanah, hasil bumi, atau bahkan rumah. Para tuan tanah baik dari kalangan pribumi maupun orang-orang Cina tak segan-segan menyita borekh jika penduduk kampung tak mampu membayar. Tidak ada satupun warga kampung yang berani melawan. Centeng-centeng tuan tanah terkenal ringan tangan. Dan mereka kebal hukum karena pemerintah kolonial membekingi aksi para tuan tanah.</span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span face="Verdana, sans-serif">Cerita-cerita itu membuat darah muda Solehun mendidih. Solehun yang saat itu telah berusia sekitar 19 tahun tidak bisa lagi berpangku tangan dan mulai berpikir untuk melakukan sesuatu. Bersama kawan-kawan santrinya Solehun bertekad membantu penderitaan penduduk kampung. Ilmu silat yang dimiliki Solehun dan kawan-kawan yang cukup mumpuni perolehan dari Ustadz Naipin akan menjadi modal memberantas kelaliman para penindas rakyat.</span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span face="Verdana, sans-serif">Solehun, Dji’ih dan beberapa santri Ustadz Naipin yang lain mulai melakukan sejumlah aksi heroik. Mereka bulatkan tekad membantu rakyat. Mereka nekat menghadang marsose, opas, dan centeng-centeng kaki tangan tuan tanah yang selalu menggunakan kekuatan tangan besi pada para penduduk.</span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white;"><div style="color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;">Di tengah jalan kampung atau di jalan setapak kebon-kebon yang sepi, Solehun cs menghadang kompolotan marsose, opas, dan centeng yang langsung petantang petenteng doak-doakan (teriak-teriak) sambil mengacung-acungkan golok ke arah Solehun dan teman-temannya.</div><span face="Verdana, sans-serif"><div style="text-align: justify;"><span style="color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px;"><br /></span></div><span style="color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px;"><div style="text-align: justify;">Namun layaknya seorang santri yang santun, Solehun meminta mereka untuk mengurungkan niat untuk menindas rakyat kecil dan menyarankan kembali ke posnya. Solehun secara baik-baik juga akan meminta seluruh barang-barang berharga dan uang yang sempat dirampas oleh mereka dikembalikan pada pemiliknya. Seringkali permintaan Solehun cs itu berujung dengan pertarungan hebat antara kedua belah pihak dengan kekalahan di pihak musuh.</div></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span face="Verdana, sans-serif">Komplotan kaki tangan tuan tanah terkapar tak berdaya ‘digaplokin’ kelompok Solehun, sementara. barang-barang berharga dan uang milik orang kampung yang sempat dirampas centeng dan opas dikembalikan Solehun kepada pemiliknya.</span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span face="Verdana, sans-serif">“Maapin aye, ude jatohin tangan ame abang, kirim salam ame Heyna, bilang dari Pitung,” begitu kata Solehun tiap kali usai ‘nabokin’ centeng dan opas tangan kaki kolonial itu.</span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span face="Verdana, sans-serif">Pitung yang tak lain adalah Solehun mulai mempopulerkan dirinya dengan nama Pitung. Nama baru itu sengaja ia ciptakan untuk melindungi asal-usulnya, keluarganya, dan sekaligus mengelabui Belanda serta para centeng dan jawara bayaran yang tak pernah berhenti mencarinya hingga ke pelosok kampung. </span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white;"><div style="color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;">Dalam keadaan babak belur mereka kembali pada tuan tanah majikannya itu dan melaporkan jika mereka telah dicegat di tengah jalan oleh gerombolan pemuda kampung berkepandaian silat tinggi. Barang-barang berharga yang telah mereka rampas dari penduduk kampung itu ikut raib dirampok. </div><span face="Verdana, sans-serif"><div style="text-align: justify;"><span style="color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px;"><br /></span></div><span style="color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px;"><div style="text-align: justify;"><span face="Verdana, sans-serif">Solehun memang punya nyali. Ia tak pernah gentar mengambil balik harta rampasan penduduk langsung di kediaman si tuan tanah meskipun rumah itu dipenuhi para centeng dan jawara papan atas. </span><span face="Verdana, sans-serif">Namun dibalik semua itu, dalam beberapa bulan terakhir, aksi heroik kelompok santri Ustad Naipin rupanya telah menggegerkan dunia persilatan Betawi. Diikuti oleh penduduk kampung yang mulai berani mengibarkan bendera perlawanan terhadap kolonial dan kaki tangan mereka. Sayangnya, nama Pitung tidak sebagus di kampung, karena pemerintah kolonial terlanjur mengenal citra pahlawan rakyat kecil itu sebagai perampok kelas kampung, sesuai laporan yang diterima pemerintah Hindia Belanda dari kaki tangannya selama ini.</span></div></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span face="Verdana, sans-serif">Setumpuk aduan kelakuan Pitung sudah terlalu banyak di meja Schout Heyne. Semua laporan menyudutkan Pitung. Mulai dari perampokan, pengeroyokan, kerusuhan, pemberontakan, hingga pembunuhan. Hanya dua hal yang harus dilakukan Heyne. Menangkap Pitung hidup-hidup atau membuatnya mati dengan peluru.</span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span face="Verdana, sans-serif">Meski Heyna telah mengerahkan sebagian besar kekuatan personil opas dan militer di Batavia, namun upaya penangkapan Pitung memakan waktu sangat lama, bahkan bertahun-tahun, hingga pada suatu ketika dengan segala kelicikan kompeni Pitung berhasil ditangkap. Pitung tidak sendiri, ada Dji’ih juga yang ikut tertangkap.</span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span face="Verdana, sans-serif">Heyna mengira telah berhasil membekuk aksi Pitung cs. Heyna dengan yakin mulai mempersiapkan proses pengadilan dan hukuman bagi Pitung dan Dji’ih. Mungkin hukumannya adalah bui seumur hidup, atau mungkin juga hukuman gantung. Pitung tahu persis apa yang bakal menimpanya. Tapi Pitung tenang, karena esok harinya ia dan Dji’ih berhasil melarikan diri dari bui.</span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span face="Verdana, sans-serif">Heyna pun meningkatkan pencarian Pitung cs. Ribuan marsose di seluruh distrik Batavia diterjunkan, sementara ratusan jawara berkepandaian tinggi juga disebar hingga ke wilayah Banten untuk meringkus Pitung. Sekitar 200 Gulden akan diberikan pemerintah kolonial kepada siapa saja yang memberikan informasi keberadaan Pitung.</span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span face="Verdana, sans-serif">Setiap kali ada laporan keberadaan Pitung dari warga pengkhianat bangsa, Heyna terpaksa kerap memberikan sejumlah uang sebagai upah, tapi Heyna selalu terkecoh, karena Pitung cs sudah lebih dulu menghilang sebelum Heyna dan pasukannya datang. Kondisi ini terus berlanjut selama bertahun-tahun. Konon, proyek pencarian Pitung telah menguras dana pemerintah kolonial hingga ratusan juta Gulden.</span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span face="Verdana, sans-serif">Memasuki tahun 1892 kehidupan Pitung mulai berubah setelah sahabat karibnya, Dji’ih berhasil ditangkap Heyna dan belum diketahui nasibnya. Kondisi kejiwaan Pitung yang shock usai kehilangan Dji’ih semakin diperparah dengan berita kematian Aisyah, istri yang beberapa bulan baru dinikahinya akibat perlakuan tak bermoral anak buah Heyna. </span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span face="Verdana, sans-serif"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span face="Verdana, sans-serif">Sekitar tahun 1893, bersama ratusan marsose, opas, dan jawara bayaran Heyna mengepung Pitung yang tengah sendirian di hutan karet yang terletak tak jauh dari Kampung Bali Matraman. Heyna berhasil membunuh Pitung dengan belasan peluru. Pitung pun rebah ke tanah diiringi dengan kalimat Takbir dan Tauhid yang menjadi kalimat terakhir di penghujung nafasnya. </span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span face="Verdana, sans-serif"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span face="Verdana, sans-serif">Jenazah Pitung dimakamkan di sekitar Kampung Rawa Belong, (sekarang daerah Kebayoran Lama). Kematian Pitung membuat seluruh rakyat Betawi menangis pilu. Pahlawan rakyat itu telah wafat sebab difitnah hanya untuk membela rakyat dan bangsa dari kezaliman tuan tanah dan penindasan pemerintah Hindia Belanda.</span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><br /></div>Ibnu Umar Juniorhttp://www.blogger.com/profile/04942908109301520011noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1161991304461094641.post-19596487803852054752013-08-03T01:59:00.005-07:002021-07-25T21:40:02.490-07:00Pager, Alat Komunikasi Paling Ngetren Tahun 90-an<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFfzcZO5we2sHeCsVTTQAHfo9BWryNFTtDe2CeB39gv6p2Vwxwa5EgXzj7_Xt2PYs1nl17Wtgk0R33KRWi2krvIxzNKv7gpikjmsex1oj1A-FnxvMje977kUicWI8iRZjUNHi03zPSIec/s1600/pager.gif" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="494" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFfzcZO5we2sHeCsVTTQAHfo9BWryNFTtDe2CeB39gv6p2Vwxwa5EgXzj7_Xt2PYs1nl17Wtgk0R33KRWi2krvIxzNKv7gpikjmsex1oj1A-FnxvMje977kUicWI8iRZjUNHi03zPSIec/w640-h494/pager.gif" width="640" /></a></div>
<br /><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Antara tahun 1994-1995 muncul sebuah alat komunikasi paling canggih di tanah air. Pager namanya. Begitu muncul, pager langsung diserbu banyak kalangan pebisnis dan pelaku profesional. Kalau sudah menyelipkan pager disabuk pinggang, perasaan seketika jadi bertambah gagah. Decak kagum dan pandangan melongo keheranan orang-orang saat memandangi pager menjadi sebuah keasyikan tersendiri bagi pengguna pager saat itu.</span></div><span style="font-family: verdana;"><div style="text-align: justify;"><br /></div>
<div style="text-align: justify;">Di Jakarta saja saat itu pengguna pager bisa dihitung dengan jari. Bayangkan, begitu asingnya benda komunikasi itu hingga pejabat sekelas lurah saja belum tentu memilikinya. Padahal 1 unit harga pager cuma berkisar 350 ribu perak. Jelas minimnya pengguna pager bukan disebabkan oleh harganya, tapi memang kebanyakan masyarakat Indonesia saat itu masih gaptek alias gagap teknologi. Penyebab lainnya adalah masyarakat Indonesia cenderung terbiasa menggunakan sebuah peralatan teknologi setelah banyak orang lebih dulu menggunakannya.</div>
<div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Alat komunikasi pager ini berfungsi hanya untuk membaca pesan dari penghubung. Sistem kerja pager hampir mirip dengan cara kerja SMS (Short Message Service). Si penghubung terlebih dahulu harus menghubungi operator pager dengen menyebut ID pager yang akan dituju. Kemudian operator akan menyampaikan pesan melalui teks ke pesawat pager tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Memasuki tahun 1997 pengguna pager terus meningkat. Penggunanya bukan lagi pengusaha dan pebisnis profesional, tapi anak-anak muda di ibukota dan kota besar lainnya di Indonesia. Masa kejayaan pager mulai sirna ditahun 1999 seiring dengan masuknya telekomunikasi telepon seluler.</div>
<div style="text-align: justify;"><br /></div>
<div style="text-align: justify;"><br /></div>
<div style="text-align: justify;"><br /></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div>
Ibnu Umar Juniorhttp://www.blogger.com/profile/04942908109301520011noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1161991304461094641.post-40067682196718269162013-06-01T07:36:00.005-07:002021-07-25T21:41:53.864-07:00Jin Bisa Disuruh Belanja<div class="MsoBodyText2"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Dalam kaitannya dengan karomah, terdapat beberapa hal
yang hampir mirip dengannya. Dunia ilusi mengenalnya dengan istilah </span><i style="font-family: verdana;">sulap</i><span style="font-family: verdana;">,
di mana sudah menjadi rahasia umum sulap hanyalah sebuah permainan “badut” yang
sarat dengan trik. Sementara dunia klenik dan mistis mengenalnya dengan </span><i style="font-family: verdana;">kekuatan
alam ghaib</i><span style="font-family: verdana;">. Adakalanya terjadi kerancuan makna, kekuatan alam ghaib sering dianggap
sebagai keramat. Kendati definisi makna antara keramat dan kekuatan alam ghaib hampir
sama, namun pada dasarnya terdapat jurang perbedaan yang sangat bertolak
belakang. </span></div>
<span style="font-family: verdana;"><div style="text-align: justify;"><br /></div>
<span lang="IN"><div style="text-align: justify;">Keramat turun secara tegak lurus (vertikal) dari Allah pada hamba
yang dicintai-Nya. Sementara kekuatan alam ghaib merupakan dominasi kekuatan
makhluk Allah seperti jin atau iblis yang datang secara mendatar (horizontal). Sudah
sepantasnya keheranan tak perlu terjadi karena hal-hal aneh yang dilakukan
orang-orang musyrik atau orang-orang yang tidak mengenal Tuhan (atheis). Mereka
orang-orang Musyrik dan orang-orang atheis mengadakan persekongkolan dengan
iblis untuk mereguk dahaga ambisi yang terkungkung dalam lingkaran obsesi. Sekiranya
kaum Muslimin mau sedikit lelah meneliti hal ini niscaya tak akan ada yang
didapat kecuali kekuatan sihir yang benar-benar nyata.</div></span></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;">“<i>Dan mereka (orang-orang Musyrik) menjadikan jin
sekutu bagi Allah. Padahal Allah lah yang menciptakan jin-jin itu</i>” (<b><i>Al-
An’am : 100</i></b>). <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;">Apa manfaat yang dapat diperoleh dari persekongkolan itu?
tiada sedikitpun yang dapat diambil manfaatnya. Persekongkolan itu hanya
meninggalkan noda syirik yang tak akan pernah bisa dihapus. Sungguh Allah lebih
berhak dari apapun dan yang Maha memiliki segala kemampuan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;">“<i>Malaikat-malaikat itu menjawab : Maha Suci Engkau.
Engkaulah Pelindung kami, bukanlah mereka (jin). Bahkan mereka telah menyembah jin.
Kebanyakan mereka menyembah jin itu</i>” (<b><i>Q.S. Saba : 41</i></b>).<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyText2"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div>
<span style="font-family: verdana;"><div style="text-align: justify;"><br /></div>
</span></div>
<div class="MsoBodyText2">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgp3b1wp_ImtzFgKs4DlAoCbXB4QECUCSk6c3tuevJZmV6tR6Ke-_4odfVE38Tu57fOMpHuyg1XJwA7jo3D-SEBL3cBa3nB56XG_tT_LbeEAfOsx4pPPgAf8HoE_qYb_zLPmN588xdfci0/s1600/45064bd37f778b29f81fa04e992b7433.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgp3b1wp_ImtzFgKs4DlAoCbXB4QECUCSk6c3tuevJZmV6tR6Ke-_4odfVE38Tu57fOMpHuyg1XJwA7jo3D-SEBL3cBa3nB56XG_tT_LbeEAfOsx4pPPgAf8HoE_qYb_zLPmN588xdfci0/s320/45064bd37f778b29f81fa04e992b7433.jpg" width="320" /></span></a></div>
<span lang="IN"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Dunia alam ghaib mengenal jin sebagai mediator untuk
menembus ruang atau hal-hal yang tidak terjangkau manusia. Daya pikir jin-jin itu
lemah serta mudah sekali diperintah. Kesempatan ini buru-buru dipergunakan manusia
untuk memetik keuntungan dari para jin itu. Eksploitasi jin begitu digandrungi,
bukan hanya sekarang, dahulu pun di Betawi praktek jin</span><i style="font-family: verdana;">-gate</i><span style="font-family: verdana;"> sudah
menjadi trend orang-orang berkepandaian tinggi. Mereka adalah para jawara papan
atas Betawi dengan gelang bahar hitam di pergelangan tangan dan bergolok di
pinggang yang hobinya suka mengoleksi jin lokal dan mancanegara. Jadi, semakin
tinggi ilmu batin seseorang semakin banyak jin yang dapat dipengaruhi. </span></div></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;">Ada
beberapa cerita konyol jin yang saya tahu. Seorang kawan saya yang tinggal di
kawasan sebelah barat Jakarta dikenal memiliki ratusan jin. Saking banyaknya ia
memiliki jin, orang-orang menambahi kata “jin” pada nama belakangnya. Setiap
malam Jumat, jangan harap dapat bertemu dengannya. Ia tidak mau diganggu. Istrinya
paham betul apa yang biasa dilakukan suaminya. Karena untuk melewati malam yang
satu itu kawan saya harus ekstra sibuk memberi makan jin-jinnya dengan <i>wirid</i>.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;">“Gimana makhluk-makhluk itu bisa kenyang friend kalau seminggu
sekali hanya dikasih makan wirid...!” kata saya penuh heran. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;"><span lang="IN">Kawan saya hanya tersenyum kecil. Dia bilang, usia saya
masih seumur jagung, ia menyarankan agar saya perlu banyak belajar tentang
kultur budaya jin karena banyak kebiasaan dan pola hidup jin yang saya tidak
ketahui. Apa yang saya ketahui tentang jin saat ini belum ada satu persennya. Katanya
lagi dengan nada bicaranya yang terkesan menyudutkan. Ugh, <i>nyelekit</i>
sekali kawan saya ini kalau bicara. Saya hanya bisa mendongkol dalam hati. Kawan
saya berkata benar. </span>Diam-diam saya mengakui meski usianya baru memasuki kepala
lima, tapi untuk masalah jin-<i>gate</i>, dia jauh lebih pakar dibanding <i>mbah-mbah</i>
atau <i>aki-aki </i>yang namanya sering terpampang di berbagai media. Bahkan almarhum
kakek saya pun yang semasa hidupnya oleh para jawara Betawi dijuluki <i>lubi </i>(luar
biasa) belum tentu bisa menandingi kehebatan kawan saya dalam perkara jin.</span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;"><br /></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;">Sesaat saya merasa seperti orang bodoh. Jauh di lubuk
hati, sebenarnya saya merasa iba pada kawan saya ini. Sungguh saya mengira
hidup bersama ratusan jin dalam satu atap adalah hal yang membanggakan bagi
komunitas jin-<i>gate.</i> Ternyata tidak. Istri kawan saya itulah yang justru
pertama kali unjukkan ketidakbetahannya tinggal seatap dengan jin. Setiap hari
tak ada yang dilakukannya kecuali teriak-teriak tak karuan. Ia sering digoda
jin-jin suaminya, apalagi saat suaminya sedang tak berada di rumah. Jin-jin itu
hobi sekali meletakkan buah durian dan permen di belakang istri kawan saya terutama
ketika ia sedang mengepel lantai rumah. Ujung-ujungnya, suaminya mengeluh, uang
yang berada di dompetnya sering hilang. Istrinya tak mau kalah pula, dengan
nada mendengus ia protes, uang belanjanya yang ia letakkan dalam lemari juga sering
raib entah ke mana. Belakangan baru diketahui, ternyata uang mereka selama ini
telah dicuri jin-jin peliharaan suaminya untuk membeli durian dan permen. </span></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;">Awalnya
saya tidak percaya mendengar cerita mereka, saya pikir cerita ini tak lebih
dari bualan murahan. Namun setelah saya dipertemukan dengan seorang yang pernah
membeli jam tangan ‘jarak jauh’, di mana transaksi yang terjadi bukan lintas
antar kampung, tapi ‘lintas negara’. Spontan seketika itu juga ketidakpercayaan
saya luntur.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;">Orang itu bercerita pada saya, betapa dia sangat menyesal
tidak sempat membeli jam tangan di sebuah toko jam sewaktu berkunjung ke sebuah
negara Uni Emirat Arab. Jam tangan itu begitu bagus untuk dilingkarkan di
pergelangan tangannya. Namun sayang, keinginannya tak kesampaian karena
kesibukannya yang padat dan masa visanya yang terbatas. </span></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText2"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Di Indonesia, di rumah
kawan saya, ia bercerita mengenai jam tangan cantik itu, tak lupa ia beritahu pula
harganya. Dengan entengnya kawan saya menyuruh orang itu menulis jumlah harga
jam tangan itu pada selembar cek. Setelah menulis jumlah harga, kawan saya mengambil
cek itu, lalu kawan saya beranjak masuk ke sebuah kamar yang terletak di sudut
ruangan. Kamar itu begitu gelap. Nampaknya sengaja tak diberi penerangan. Tak
beberapa lama terdengar suara gemuruh, seperti bunyi benda jatuh di atas
langit-langit. Beberapa saat kemudian kawan saya muncul. Di tangannya sudah ada
sebuah kotak jam dengan deretan tulisan aksara arab pada beberapa bagian
sisinya. Di hadapan orang itu kawan saya membuka kotak jam. Aha, sebuah jam
tangan cantik yang sempat ditaksir orang itu dikeluarkan dari dalam kotak.
Kedua mata orang itu seketika terbelalak. Kawan saya juga memberikan secarik
kwitansi pembelian jam lengkap dengan stempel tokonya.</span></div>
<span lang="IN"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;">Kelihatannya orang itu masih belum percaya juga, saat itu
juga melalui telepon dan berbicara bahasa arab orang itu langsung menghubungi
toko tempat jam tangan itu dibeli. Pembicaraan via telepon itu diputus setelah
penjaga toko jam nun jauh di negeri unta mengakui bahwa baru saja ia kedatangan
seorang pria yang membeli jam dengan jenis dan jumlah harga yang sama persis
dengan jam yang ada di hadapannya berikut harganya yang tertera jelas di kwitansi
pembelian.</span></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;"> <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;">Begitu juga dengan beberapa saksi mata yang pernah
membeli bensin di tengah hutan <i>Alas Roban</i>, di tengah malam yang pekat,
dan dalam keadaan mobil yang tengah berjalan. Keras kepala para penumpang mobil
untuk mengisi bensin di pom bensin berikutnya lumer sudah. Jarak tempuh menuju
pom bensin berikutnya masih teramat jauh sementara persediaan bensin kian
menipis. Semua yang ada di dalam mobil kelabakan, takut mobil yang mereka naiki
mogok di tengah hutan yang terkenal angker itu. Kawan saya itu tenang-tenang
saja. Sambil meledek mereka yang tadi keras kepala kawan saya menyuruh <i>patungan</i>
(mengumpulkan uang) untuk membeli bensin. </span></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;">“Becanda lo, mana ada yang jual bensin
eceran di tengah utan begini!” kata salah satu penumpang. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;">Lalu enak saja ia memasukkan uang hasil <i>patungan</i> itu ke
dalam saku bajunya. Ia memberi isyarat agar para penumpang yang lain
memperhatikan amper bensin di speedometer. Jarum amper bensin yang tadi berada
di garis E perlahan bergerak naik dengan sendirinya. Semua yang ada di situ
termasuk supir melengak keheranan. Suasana seketika berubah menjadi hiruk pikuk
gembira.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyText2">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigdVNWSDCfyGXdN4ehz0fLPNgCjiSJ6FnNkV021FtCxRv3hEq2skCBG0fuxMANqBJA3VB6B15PrA39h-aMZcVC8mpIW86HQJPifSJp_ZrWhVFkB33UqZBvnRpT4hAWItS9bv4LVyU9Xmo/s1600/jin-islam-dan-jin-kafir.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigdVNWSDCfyGXdN4ehz0fLPNgCjiSJ6FnNkV021FtCxRv3hEq2skCBG0fuxMANqBJA3VB6B15PrA39h-aMZcVC8mpIW86HQJPifSJp_ZrWhVFkB33UqZBvnRpT4hAWItS9bv4LVyU9Xmo/s1600/jin-islam-dan-jin-kafir.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em; text-align: justify;"><br /></a><span lang="IN"><div style="font-family: verdana; text-align: justify;"><br /></div></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;">“Gile bener, tengah malam begini, di tengah utan, kita
masih bisa ngisi bensin...!” teriak salah seorang penumpang penuh kegembiraan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText2"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Dalam beberapa kesempatan kawan saya hanya berpesan, jika
bertamu ke rumahnya dan berbincang-bincang dengannya, perhatikan belahan di
atas bibirnya. Jika belahan bibirnya ada berarti orang itu adalah dirinya. Jika
sebaliknya, tak diragukan lagi, orang itu adalah jin yang sedang menyamar
sebagai dirinya.</span></div>
<span lang="IN"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;"><o:p></o:p></span></span></div>
<span lang="IN"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">“Pantesan, gue tanya
soal bisnis, lo sering kagak tau..!”sungut salah seorang yang sering tertipu
oleh penyamaran jin kawan saya.</span></div><span face="Trebuchet MS, sans-serif" style="font-family: verdana;"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div></span></span>Ibnu Umar Juniorhttp://www.blogger.com/profile/04942908109301520011noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1161991304461094641.post-41557956456162666582013-05-31T19:40:00.005-07:002021-07-17T17:45:04.489-07:00Condet, Dalam Kenangan<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN">Lokasi ataupun tempat, entah itu pemukiman
penduduk ataupun lokasi finansial terkadang sering mempengaruhi penilaian
orang. Semakin elit lokasi semakin bergengsi pula lokasi tersebut. Di abad
18-an, oleh bangsa Eropa Batavia pernah dijuluki </span><i><span lang="IN">Queen of The East</span></i><span lang="IN"> (ratu
dari timur). Penyebabnya karena Batavia memiliki beberapa kawasan elit yang
memikat seperti </span><i><span lang="IN">Weltevreden</span></i><span lang="IN">, </span><i><span lang="IN">Noorwidjk</span></i><span lang="IN">, dan </span><i><span lang="IN">Riswijdk</span></i><span lang="IN">. Kawasan ini tak ubahnya Amsterdam atau
kota-kota di Eropa, lengkap dengan kanal-kanal berair jernih. Tangan </span><i><span lang="IN">Daendels</span></i><span lang="IN">,
Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia yang biasa dilumuri darah para inlander
itu sesungguhnya terlalu kasar untuk menjadi seorang designer tata kota. Meskipun
begitu harus diakui, ia sanggup merubah Batavia menjadi indah. Karenanya sejumlah
petinggi Belanda dan saudagar-saudagar Eropa sangat </span><i><span lang="IN">betah</span></i><span lang="IN"> tinggal di Batavia.
<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN">Pada awal abad 20, kawasan Menteng, Tebet, atau
Gudang Peluru menyusul popularitas </span><i><span lang="IN">Queen of the East</span></i><span lang="IN"> menjadi kawasan pemukiman ter-elit di ibukota. Seolah
sedang mengulang masa-masa </span><i><span lang="IN">Queen Of The East</span></i><span lang="IN"> Batavia di masa lalu, kalangan pejabat, mantan
pejabat, artis, atau pengusaha berebut memilih sejumlah kawasan tersebut untuk
lokasi domisili. Maklum, </span><span lang="IN">kawasan-kawasan pemukiman elit
itu begitu nyaman untuk ditinggali, khususnya bagi mereka yang ingin </span><i><span lang="IN">enjoy</span></i><span lang="IN"> setelah berjibaku dengan padatnya kesibukan sehari-hari yang
melelahkan. Kendati di akhir pekan mereka yang menetap di kawasan-kawasan itu tak
jarang menghabiskan </span><i><span lang="IN">weekend</span></i><span lang="IN"> nya untuk sekedar rileks di
antara tebalnya kabut, dinginnya cuaca, serta hijaunya permadani kebun teh di
kawasan puncak Jawa Barat. </span><span lang="IN"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN">Tahun-tahun berikutnya kawasan Kemang, Pondok Indah, dan Permata Hijau
yang terletak di selatan Jakarta memproklamirkan diri sebagai kawasan pemukiman
paling elit yang pernah ada di metropolitan, menenggelamkan pamor sejumlah
kawasan elit sebelumnya. Siapapun yang tinggal di situ secara tak langsung
telah menjelaskan status sosialnya, setidaknya
anjing-anjing “herder Jerman” dan security berbadan tegap yang siaga nongkrong
di mulut gerbang rumah-rumah di sana sudah bisa menjelaskan bahwa siapapun
tidak bisa masuk sembarangan ke rumah-rumah itu. Mungkin suatu saat nanti kita
akan menemui kawasan-kawasan elit yang lebih hebat lagi. Saat itu ialah ketika
anak cucu kita tidak lagi menemukan jenis bangunan di ibukota ini kecuali </span><i><span lang="IN">real estate</span></i><span lang="IN"> dan gedung-gedung perkantoran. Saat di mana tak ada tempat lagi bagi
orang-orang miskin termasuk masyarakat asli Betawi untuk dapat tinggal di ibukota
karena derap pembangunan memaksa mereka menyingkir ke daerah-daerah pinggiran,
bahkan lebih pinggir lagi.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif">Kawasan bisnis Segi Tiga Emas, kawasan Gajah Mada, atau kawasan jalan
Merdeka pada zaman orba disebut-sebut juga sebagai kawasan bisnis paling elit
di metropolitan. Gedung-gedung pencakar langit berdiri di mana-mana dengan
congkaknya. Sekilas nampak seperti hutan belantara beton dengan kaca-kaca yang
menyilaukan mata. Di mana pada jam-jam sibuk, ruas-ruas jalan di kawasan ini
selalu dipadati kendaraan bermotor. Tentunya dengan polusi yang dapat
menyebabkan berbagai penyakit. Di malam hari, berbagai kawasan tadi berubah
menjadi cantik. Lampu-lampu jutaan watt berwarna-warni menghiasi setiap tempat.
Billboard-billboard berukuran raksasa terpancang indah di sudut-sudut jalan
seolah memamerkan kekuatan perusahaan yang tengah diiklankan. Di beberapa sudut
kawasan x, di pinggir-pinggir jalan, ada wanita-wanita muda berpakaian seronok
dengan senyum yang hampir tak pernah lepas dari bibirnya sambil pandangi
mobil-mobil mewah yang berseliweran. Dari balik tatapan mata mereka ada harap
dan penantian, semoga ada transaksi “bantal” malam itu. Aktivitas siang yang
“melelahkan” telah berganti menjadi aktivitas malam yang penuh dengan
kegemerlapan fana “meletihkan”.</span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif"> <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif">Jakarta, yang menurut para turis asing adalah kota segala ada, memang demikianlah
adanya. Semua nampak mewah, semua terlihat mempesona. Bagi orang-orang desa, berita
tentang Jakarta seperti sebuah brosur penuh dengan janji-janji muluk. Kota
megapolitan urutan lima besar Asia itu terlalu indah untuk tidak dikunjungi. Namun
tidak semua wajah ibukota dihiasi gedung-gedung bertingkat, tidak semuanya
berbau megapolitan. Bila kita mau menengok daerah-daerah lain di Jakarta,
mencoba untuk beranjak ke arah timur, jangan kaget, kita akan menemukan
beberapa kawasan yang berbeda dengan kawasan yang telah disebutkan tadi, bahkan
kawasan ini jauh dari sebutan elit. Salah satunya adalah kawasan Kramat Jati
dengan daerah Condet-nya yang selanjutnya akan menjadi fokus pembahasan dalam
buku ini. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif">Belumlah lama berlalu, saya perkirakan sekitar 20 atau 30 tahun
sebelumnya, orang-orang masih menyebut daerah Condet sebagai daerah Jakarta
pinggiran atau Jakarta udik. Sederet lagi julukan-julukan yang tidak enak di
telinga terlalu sering saya dengar untuk daerah ini. Condet dulu seperti dongeng
bawang putih, dianaktirikan dan diperlakukan semena-mena. Tidak ada orang yang
sudi melirik daerah yang waktu itu enak untuk dijadikan objek cemoohan ini. Condet
sesungguhnya terlalu manis untuk dikasari, mereka orang-orang yang tinggal di
luar Condet begitu tega mengatakan, ingat Condet ingat tempat jin buang anak! Daerah
itu kampungan! Orang-orangnya norak! Yang tinggal di sana cuma orang-orang
Betawi pedalaman yang bodoh! Ah, keterlaluan sekali orang-orang itu menilai
Condet. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN">Mengapa Condet disebut Jakarta pinggiran? Secara geografis, lokasi ini
berdekatan dengan daerah Lubang Buaya, Lenteng Agung, ataupun Cibubur di mana
seluruh daerah tersebut memang berada di perbatasan-perbatasan kotamadya Jawa
Barat. Daerah Lubang Buaya misalnya, berbatasan dengan wilayah Pondok Gede,
kotamadya Bekasi. Daerah Lenteng Agung, berbatasan dengan wilayah Kotamadya
Depok, sementara daerah Cibubur, berbatasan dengan wilayah Gunung Putri,
Kotamadya Bogor. Sebab itu Condet disebut daerah pinggiran. Dengan begitu,
beberapa daerah perbatasan itu juga menjadi pintu gerbang </span><i><span lang="IN">keluar-masuk</span></i><span lang="IN"> dari atau ke ibukota. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif">Seandainya saja mereka yang sinis pada Condet tahu seperti apa alam
daerah itu dulu, dan seandainya saja mereka tahu bahwa kawasan Condet (20 atau
30 tahun lalu) adalah kawasan flora dan fauna serta situs-situs sejarah
satu-satunya yang masih tersisa di ibukota, seandainya mereka tahu itu pastinya
mereka tidak akan sesinis itu.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN">Kawasan Condet 20 atau 30 tahun lalu belum seramai sekarang. Belum
banyak tangan-tangan jahil yang menjamahnya. Kondisi alamnya pun masih nampak
asri dan indah. Kawasan yang masih banyak dikelilingi rimbunnya pepohonan
sebesar dua kali pelukan tangan manusia. Sementara daerah yang berdekatan
dengan Condet seperti </span><i><span lang="IN">Tjawang</span></i><span lang="IN">, </span><i><span lang="IN">Mesteer Cornelis, </span></i><span lang="IN">dan </span><i><span lang="IN">Matraman</span></i><span lang="IN">, pembangunannya sudah jauh
lebih maju. Selain itu, turut pula mempengaruhi penilaian orang pada daerah Condet
adalah perbedaan dialek daerah tersebut dengan daerah-daerah lain di Jakarta. </span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN">Penduduk di kawasan Kramat Jati dan Condet rata-rata menggunakan dialek Betawi
pinggiran yang kasar. Survey menunjukkan memang ada penduduk asli Jakarta
(Betawi) yang menggunakan dialek Betawi kasar, seperti penduduk di daerah
pinggiran Jakarta Selatan, Timur, Utara, dan Barat. Orang-orang Betawi kota
menyebut bahasa masyarakat Betawi di wilayah timur “Betawi ora”. Sedangkan
penduduk Betawi lainnya, tidak menggunakan dialek seperti itu. Kebanyakan mereka
menggunakan dialek Betawi halus. Dialek itu lebih dikenal dengan dialek Betawi </span><i><span lang="IN">melayu tinggi</span></i><span lang="IN">. Dan barangkali karena alasan ini mereka merasa lebih pantas disebut
orang Betawi dibanding mereka yang menggunakan bahasa Betawi ora. Bahkan
masyarakat Betawi kota itu kerap menyebut kampung Condet dengan julukan-julukan
berbau ejekan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif">Kramat Jati, merupakan sebuah
Kecamatan yang berada di wilayah Kotamadya Jakarta Timur. Daerah ini bisa
dibilang sangat luas karena mencakup 7 Kelurahan yang terdiri dari; Kelurahan <i>Cawang</i>, Kelurahan <i>Kramat
Jati</i>, Kelurahan <i>Cililitan</i>, Kelurahan <i>Balekambang</i>, Kelurahan <i>Batu
Ampar</i>, Kelurahan <i>Kampung Tengah</i>, serta Kelurahan <i>Kampung Dukuh</i>.</span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWP1ITLbfF9PSIjxgYFJBBASAOfTbFLF5sQhwRdYz93L3nFND5Aai5j021gx89hvcYubF5Rdfo6GjD5ZvWD2ZzggJAP2mrkNh981j3Gmn2T2NilI3MmhiqlIH9ugSGuTe9MdiaXSiQ39w/s1600/201725.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWP1ITLbfF9PSIjxgYFJBBASAOfTbFLF5sQhwRdYz93L3nFND5Aai5j021gx89hvcYubF5Rdfo6GjD5ZvWD2ZzggJAP2mrkNh981j3Gmn2T2NilI3MmhiqlIH9ugSGuTe9MdiaXSiQ39w/s1600/201725.jpg" /></a></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif">Pada dekade 1900-an, daerah Kramat Jati lebih dikenal
dengan nama <i>Tjililitan </i>atau <i>Djati lama</i>. Dulu di sana pernah ada
sebuah pasar tradisional rakyat. Orang-orang menyebutnya pasar <i>Djati Lama</i>.
Lokasi pasar yang berdekatan dengan <i>Lapangan Udara Tjililitan</i> dan <i>Bulak
Kapal. </i>(sebelum banyak pergantian nama-nama tempat, Bandara Halim Perdana
Kusumah disebut <i>Lapangan Udara Tjililitan</i> dan Cililitan Besar disebut <i>Bulak
Kapal</i>) hingga membuat pasar<i> Djati Lama</i> menjadi daerah yang cukup
strategis untuk berniaga. Tak jelas mulai kapan pasar itu ada, namun setiap hari dari berbagai pelosok daerah,
para pedagang berdatangan untuk berjualan di pasar Djati Lama<i>. </i>Dalam
beberapa dekade pasar<i> Djati Lama </i>pun menjadi salah satu pusat pasar
tradisional di timur Batavia. Di pasar itu hiruk pikuk perniagaan jelas
terlihat. Banyak yang membuka warung kelontong di sana, tapi mereka bukan
orang-orang Cina yang terkenal cakap memanfaatkan situasi untuk berjualan, mereka
yang membuka warung-warung kelontong adalah orang-orang pribumi yang lebih
senang mendapat pembeli <i>meneer-meneer</i> Belanda atau istri-istri mereka, karena
rata-rata pembeli berambut pirang itu jarang sekali menawar. Di pasar itu berbagai
macam jenis barang lengkap dijajakan, mulai dari beras, gula, ikan, sayur
mayur, daging, pakaian, buah-buahan, alat-alat rumah tangga, alat-alat
pertanian, ataupun obat-obatan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN">Lokasi pasar </span><i><span lang="IN">Djati Lama</span></i><span lang="IN"> waktu itu berada
persis di perempatan Cililitan, letak yang sangat strategis untuk sebuah pasar
tradisional. Para pedagang cerdik sekali memanfaatkan kestrategisan lokasi ini.
Nuansa kestrategisan kawasan itu dapat dilihat hingga sekarang. Sebuah pusat grosir
berdiri megah enam tingkat tepat di tengah-tengah keramaian Cililitan. Sejak
pusat grosir bernama PGC (Pusat Grosir Cililitan) itu diresmikan beberapa tahun
lalu, sejumlah pusat perbelanjaan yang berada di sekitarnya mau tidak mau jadi
“minder”. Keberadaan gedung PGC telah merebut banyak hati ibu-ibu dan remaja
putri untuk menjadi pelanggan setia PGC. Dan pusat-pusat perbelanjaan lainnya
masih tetap berjalan, namun jelas manajemennya tersengal-sengal. Pusat Grosir
Cililitan tak ubahnya raksasa mal yang siap melumat mal-mal di sekelilingnya. Keuntungan
dari PGC yang dapat dipetik hanya keberadaan terminal yang tepat berada di
sampingnya. Terminal itu adalah terminal angkutan umum yang hanya melayani
trayek dalam kota. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdv_9kibbigPTdB9Jgq-i_F35PCc6kQqC1X0B3AHG6A9tJY1kNz5EJk9rGlcxlwBekIywyYdZuIV59up6SGypXWFmsrXbkIcxHwv38E_gM46u68J9QamXkgBtj98gzQfgUnKz8Sq1jW-w/s1600/pgc.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdv_9kibbigPTdB9Jgq-i_F35PCc6kQqC1X0B3AHG6A9tJY1kNz5EJk9rGlcxlwBekIywyYdZuIV59up6SGypXWFmsrXbkIcxHwv38E_gM46u68J9QamXkgBtj98gzQfgUnKz8Sq1jW-w/s320/pgc.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif">Terminal dalam kota yang terdapat di samping pusat grosir sekarang pada
era 80-an pernah difungsikan sebagai terminal bus antar kota. Melayani trayek
Bogor, Bandung, Cirebon, Cikampek, Garut, Tasikmalaya, Kuningan, dan sejumlah
kota lain di Jawa Barat serta sebagian kota di Jawa Tengah. Seperti kebanyakan
terminal bus antar kota, terminal Cililitan adalah terminal hidup yang beroperasi
non stop 24 jam. Di siang hari, ruas jalan Dewi Sartika (depan terminal) seringkali
diwarnai kemacetan karena terhambat bus-bus yang setiap saat keluar-masuk
terminal. Sekarang, setelah bus-bus trayek antar kota tidak beroperasi lagi di
sana–setelah pemerintah memindahkan bus-bus bertrayek antar kota itu ke
terminal kampung rambutan, kemacetan bukannya berkurang malah semakin
menjadi-jadi, terutama pada waktu pagi dan sore. Hal ini disebabkan oleh jumlah
kendaraan roda dua dan empat di Jakarta yang belakangan semakin meningkat.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN">Kawasan Cililitan sekitar dua puluh tahun yang lalu masih dikuasai para
preman berkulit legam yang biasa mangkal di terminal, kalau bicara biasanya
selalu bernada tinggi dan sembarangan. Mereka, para preman itu tidak
sungkan-sungkan berbuat kriminal di tempat-tempat ramai atau bahkan di hadapan
para penumpang bus. Kalau mereka sudah </span><i><span lang="IN">ribut</span></i><span lang="IN">, minta ampun, mereka suka teriak-teriak, berlarian dan main keroyokan
persis tawuran anak-anak SMU. Menjelang tengah malam, mereka berkumpul di
sudut-sudut terminal, bernyanyi atau berjudi sambil menikmati minuman keras.
Sering mereka tertawa dan berbicara keras-keras di siang hari. </span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtFnXofjFbdrFr3eV90avCKVwnP9VGcT0h5Li9xj9mGMeU0s28gcsdPOligfzU3FiDn98Ri5QcYkRmK6JD7i7IB3Uhz6vlW_Zji_aWqi6jw5GkM21zjyjhioAWOb5S4y8hsVSlkYb637Y/s1600/perkasa002.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="216" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtFnXofjFbdrFr3eV90avCKVwnP9VGcT0h5Li9xj9mGMeU0s28gcsdPOligfzU3FiDn98Ri5QcYkRmK6JD7i7IB3Uhz6vlW_Zji_aWqi6jw5GkM21zjyjhioAWOb5S4y8hsVSlkYb637Y/s320/perkasa002.jpg" width="320" /></a><span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN">Aksi onar mereka
terus berlanjut hingga tengah malam, sepertinya sengaja untuk memancing
keributan. Kondisi ini semakin diperparah oleh tindakan kriminal yang kerap
mereka lakukan. Bukan hal aneh jika setiap hari di terminal Cililitan ada saja
yang kecopetan atau kejambretan. Pantas, selepas maghrib banyak orang yang
lebih senang menunda kepergiannya ke luar kota dari pada harus masuk ke sarang
preman (sebutan untuk terminal Cililitan). Meski ketika itu, </span><i><span lang="IN">petrus</span></i><span lang="IN"> (penembakan misterius) sedang ramai-ramainya, namun angka kriminalitas
di kawasan ini tetap saja tinggi, seolah preman-preman itu nekat menantang
pelor-pelor para </span><i><span lang="IN">sniper</span></i><span lang="IN">. Banyak yang bilang, terminal
Cililitan adalah terminal paling rawan se-Jakarta. Namun sejak pemerintah
memindahkan terminal bus luar kota ke Kampung Rambutan, grafik kriminalitas perlahan
menurun dan para preman itu pun beramai-ramai mulai meningalkan terminal
Cililitan untuk mencari lokasi baru.</span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN">Baik sekarang maupun dulu, dari atau ke pasar Djati Lama dapat ditempuh
dengan sangat mudah karena meski lokasi daerah ini terletak di pinggiran namun
kestrategisannya tak kalah dengan daerah-daerah lainnya di ibukota.
Geografisnya saat itu ialah; di sebelah utara pasar Djati Lama terletak </span><i><span lang="IN">Pelabuhan Sunda
Kelapa</span></i><span lang="IN">, di sebelah selatannya terletak kota </span><i><span lang="IN">Buitenzorgh</span></i><span lang="IN"> (Bogor)</span><i><span lang="IN">,</span></i><span lang="IN"> Jawa Barat. Kemudian di
sebelah barat, terletak pasar </span><i><span lang="IN">Cornelis Mesteer </span></i><span lang="IN">Jatinegara, lalu di sebelah timurnya, terletak kota </span><i><span lang="IN">Bekasi,</span></i><span lang="IN"> Jawa Barat. Mereka Belanda penjajah itu yang sengaja membuatnya
menjadi strategis dengan membuat ruas jalan lurus-lurus menuju beberapa kota
dan sejumlah kawasan tadi.</span><span lang="IN"> </span><span lang="IN"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN">Keberadaan pasar Djati Lama ketika itu terlalu ngetrend bagi penduduk
yang tinggal di timur Batavia. Penduduk menganggap pasar itu lebih dari sekedar
tempat jual beli. Pergi ke pasar Djati Lama bagi para ibu-ibu dan gadis-gadis
remaja layaknya berpergian ke tempat-tempat rekreasi. Di pasar itu mereka
berbelanja dengan riangnya sambil jalan-jalan menikmati keramaian. Hanya dengan
begitu nampak mereka sudah terhibur sekali. Sementara lengak-lenggok
gadis-gadis </span><i><span lang="IN">londo</span></i><span lang="IN"> yang juga sedang berbelanja di
sana tidak begitu saja dilewatkan para pria mata keranjang baik dari kalangan
pribumi maupun dari kalangan komunitas </span><i><span lang="IN">pirang</span></i><span lang="IN"> sendiri. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN">Di sekitar pasar Djati Lama, banyak andong yang mangkal berbaris di
sisi-sisi jalan. Suara ringkikan kudanya terkadang memekakkan telinga, tapi kusir-kusir pribumi itu tetap saja tidak terbangun.
Angin semilir dan cuaca nan sejuk telah melelapkan mereka dalam mimpi indah di
atas andongnya masing-masing sambil mengeluarkan suara dengkur tak beraturan. Kebiasaan
seperti ini adalah hal yang </span><i><span lang="IN">saban sari</span></i><span lang="IN"> mereka lakukan
sembari menunggu penumpang. Kebanyakan dari kusir-kusir itu adalah orang-orang
Sunda dan Bekasi. Tidak tahu sudah berapa kali kuda-kuda mereka “buang air
besar” sembarangan. Dan nampaknya mereka kusir-kusir itu tidak peduli dengan
kondisi sekitarnya yang demikian. Kotoran kuda yang berserakan di situ sudah menjadi
pemandangan sehari-hari di pasar Djati Lama. Baunya begitu menyengat hidung, tapi
seperti halnya para kusir kuda, masyarakat sudah terbiasa dan tidak merasa
terganggu dengan keadaan itu. Maka lengkap sudah alasan mengapa pasar Djati
Lama dinobatkan sebagai salah satu pusat niaga tradisional.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN"><br /></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9N0Lk3TFW3hQtIOEQSZgFFrKvDFFoC7d2uDR4d7fkdCr4VOzNh0PnDHjwm1MGsOYM9Og_3w5fT7MJDUzQFChUa_LIyZVUjVCxF7u5b5RTv7wtYD5RTf03pMHGl-BQ61zK1-Xzg6_17rE/s1600/AC31FA052FBD4A95B4773B3A98E5D49B.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="243" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9N0Lk3TFW3hQtIOEQSZgFFrKvDFFoC7d2uDR4d7fkdCr4VOzNh0PnDHjwm1MGsOYM9Og_3w5fT7MJDUzQFChUa_LIyZVUjVCxF7u5b5RTv7wtYD5RTf03pMHGl-BQ61zK1-Xzg6_17rE/s320/AC31FA052FBD4A95B4773B3A98E5D49B.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN">Sekian lama kegiatan jual beli berlangsung di pasar Djati Lama dengan
aman. Beberapa puluh tahun lalu suasana aman itu seketika lenyap manakala
terjadi peristiwa hujan bom dan peluru yang dimuntahkan dari pesawat-pesawat
Jepang, tepatnya pada tahun 1942. Peristiwa itu telah membuat seisi pasar
berubah menjadi debu dan kabut mesiu. Jepang dengan pesawat-pesawat tempurnya
membombardir </span><i><span lang="IN">Tjililitan</span></i><span lang="IN"> tanpa kenal
ampun. Jepang berharap dengan melumpuhkan titik militer Belanda yang berada di </span><i><span lang="IN">Lapangan Udara
Tjililitan</span></i><span lang="IN"> (Halim Perdana Kusuma) akan
membuat mereka semakin cepat merebut Indonesia dari tangan Belanda. </span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN">Sepekan setelah
peristiwa itu para pedagang baru berani kembali berjualan di pasar, tapi letak
pasar Djati Lama bergeser sedikit dari tempatnya semula. Selanjutnya laju
pembangunan yang demikian pesat pada akhirnya memaksa pasar tersebut harus kembali
bergeser lebih jauh. Pada tahun 1974, atas Intruksi Presiden (Inpres),
pemerintah mengalokasikan pasar Djati Lama ke daerah </span><i><span lang="IN">Djati Baru</span></i><span lang="IN">, yang berjarak tidak jauh dengan pasar Djati lama (sekarang pasar
Inpres Kramat Jati). Pasar Inpres yang memiliki luas keseluruhan 14,7 hektar
itu dikenal sangat buruk dalam hal ketertiban dan kebersihan. Jangan heran jika
kalangan ekonomi menengah ke atas tidak berselera untuk mengunjunginya. Sejak
diresmikan, kondisi pasar tersebut dari hari ke hari semakin semrawut. Selain
suasananya yang terkesan jorok, pasar yang setiap malam selalu ramai dengan
para pedagang hewan laut itu berubah menjadi area berbau bangkai setiap pagi
hari. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
</div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><span lang="IN">Entah bagaimana asal muasal orang-orang menyebut daerah tersebut dengan
nama pasar </span><i><span lang="IN">Djati Lama</span></i><span lang="IN"> atau pasar </span><i><span lang="IN">Djati Baru</span></i></span><span lang="IN"><span face="Trebuchet MS, sans-serif">. Tidak begitu jelas, namun nama-nama itu memang telah ada sejak dahulu
kala. Konon, daerah tersebut (Djati Lama dan Djati Baru) dulunya adalah hutan
belantara yang pernah ditumbuhi oleh lebatnya pepohonan jati. Sisa-sisa cerita
itu masih dapat dilihat dengan keberadaan beberapa pohon jati di sekitar daerah
tersebut yang tumbuh menjulang tinggi dan berdiameter dua kali pelukan tangan
orang dewasa. Sayangnya, kesemua pohon-pohon jati itu telah ditebang beberapa
tahun lalu tanpa alasan yang jelas atau barangkali karena dianggap mengganggu
keindahan kota. </span><span style="font-family: Book Antiqua;"><o:p></o:p></span></span></div>
Ibnu Umar Juniorhttp://www.blogger.com/profile/04942908109301520011noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1161991304461094641.post-23838031187616039642013-05-28T08:35:00.010-07:002021-07-28T10:02:05.422-07:00Wan Ali, Godfather Tanah Betawi<div style="text-align: justify;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif">Ada satu nama di wilayah Kebon Nanas Jakarta Timur yang sangat disegani pada era tahun 1950-an. Wan Ali namanya. Orangnya gagah, tubuhnya tinggi besar, berdada bidang, berkulit putih bersih dengan wajahnya yang rupawan. Ia lebih memilih kuda berwarna putih sebagai tunggangannya sehari-hari. Kalau sedang menunggang kuda salah-salah orang bisa mengira ia adalah orang Belanda yang tengah patroli keliling kampung.</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span face="Trebuchet MS, sans-serif"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif">Pemerintah RI tidak mengenalnya sebagai pahlawan, namun semua jawara Betawi yang hidup sejaman dengannya tahu kalau Wan Ali secara terang-terangan telah seringkali melakukan serangkaian perlawanan kepada pemerintah Belanda dan Jepang, sama seperti yang dilakukan para pahlawan lain. Bedanya, pemerintah Belanda dan Jepang tidak terlalu berani ambil resiko berhadapan dengan orang satu ini. Dan satu lagi, Wan Ali secara prinsip berseberangan dengan para jawara beraliran hitam. <br /><br />Dunia Betawi saat itu mengenal Wan Ali sebagai pribadi yang pro jawara aliran putih dan berseberangan dengan aliran hitam. Meski sejarah secara akurat bercerita bahwa Wan Ali selama hidupnya nyaris tidak pernah melakukan kekerasan fisik baik terhadap jawara aliran hitam maupun terhadap para penjajah. Namun b</span><span face="'Trebuchet MS', sans-serif">erurusan sama Wan Ali bisa berabe. Bisa jadi tambah tidak karuan. Bukan masalah takut atau berani, tapi lebih kepada beban moral dari rasa malu untuk melakukan tindak kejahatan. </span><span face="'Trebuchet MS', sans-serif">Tidak adanya benturan berarti dengan pihak penjajah disebabkan oleh aktifitas keseharian Wan Ali yang memang jarang bersentuhan dengan bule-bule kulit putih itu. Dan entah kenapa pemerintah penjajah lebih memilih mendiamkan gerakan ekstrimis yang dilakukan Wan Ali dan pura-pura tidak tahu dari pada harus berhadapan langsung dengan Jantung Kekuatan Tiada Tanding..!! </span><br />
<span face="'Trebuchet MS', sans-serif"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif">Ternyata Wan Ali memiliki trik sendiri yang tidak dimiliki orang kebanyakan untuk menaklukkan penjajah Jepang dan Belanda. Wan Ali menguasai sebuah ilmu 'sumber intisari bumi' hingga dirinya sanggup menaklukkan manusia, jin, atau siapapun yang diinginkan. Pada sebuah kondisi Wan Ali bukan saja mampu menaklukkan seabreg-abreg jawara yang bertebaran se-Batavia tapi sanggup pula menduduki beberapa wilayah penting yang menjadi pusat kekuatan militer penjajah di Betawi tanpa ada yang berani mengganggu gugat seperti wilayah Meester Cornelis, Senen, Kwitang, Kebon Coklat, Kebon Nanas, dan Bekasi. Centeng-centeng yang menjadi kaki tangan Belanda dan tuan tanah akhirnya secara utuh mengakui ke-godfather-annya seorang Wan Ali yang sangat dikenal sebagai sosok dermawan, relijius, berjiwa sosial dan patriot.</span><br />
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><br /></span>
<span face="Trebuchet MS, sans-serif">Wan Ali dalam hidupnya memang dikenal sebagai Jawara nomor wahid yang seringkali membantu banyak orang. Siapapun yang membutuhkan uluran tangannya akan dibantu tanpa pandang bulu. Untuk yang tidak mampu Wan Ali biasa membantunya dengan uang, pakaian, dan makanan. Sementara untuk kalangan yang mampu Wan Ali membantunya dengan petuah dan bantuan-bantuan lainnya sesuai yang dibutuhkan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhblXQzkvcPqJ9Y-XpVFLrejXljKB09hUDwWNXXECFppxioDofz05C9OJaAN0wEtOsr8xKNYtDLsoeyposzE-Zs3Fpmiy0cMWELPIs6rmw0ta5-KA1r2VuMnwwD8UBGP7qn-CUWmFk_M8c/s1600/Wan+Ali.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="496" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhblXQzkvcPqJ9Y-XpVFLrejXljKB09hUDwWNXXECFppxioDofz05C9OJaAN0wEtOsr8xKNYtDLsoeyposzE-Zs3Fpmiy0cMWELPIs6rmw0ta5-KA1r2VuMnwwD8UBGP7qn-CUWmFk_M8c/s640/Wan+Ali.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif">Banyak kalangan Ulama dan Kiyai mengenal baik kepribadian Wan Ali bahkan sangat menghormatinya. Intimidasi SARA yang dilakukan pemerintah Jepang terhadap aktifis reliji islam perlahan sudah jarang terjadi karena Wan Ali secara tiba-tiba muncul untuk membela, bukan setengah-setengah, tapi membela secara mati-matian. Kepada para penjajah Wan Ali hanya mengenal 2 kata, membela bangsa ini dan membela agamanya. Keberaniannya dalam membela agama dan bangsa diambang batas nekat. Orang lain masih ada rasa takut mati tapi Wan Ali seolah tidak pernah dilahirkan dengan rasa takut. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><br />Di usia senjanya, Wan Ali tidak pernah berhenti disambangi banyak tamu yang datang dari mana saja untuk meminta tuntunan hidup atau mengharapkan petuah dan saran dari masalah-masalah yang mereka hadapi. Dan setelah bertemu dengan Wan Ali masalah mereka pun selesai. Entah amalan apa yang dimiliki Wan Ali hingga mampu melakukan hal-hal yang jarang bisa dilakukan orang kebanyakan. Jika kemampuan yang dimiliki Wan Ali bertujuan untuk menggaet pembesar negeri nyatanya Wan Ali justru tidak pernah mau kenal dengan mereka dan tidak menerima sedikitpun pemberian dari mereka. Hidup Wan Ali bersahaja. Tidak rumah mewah, tidak pula mobil mewah. Adanya cuma motor Honda CB 90. Itupun dipakai salah seorang putra Wan Ali, dan sesekali digunakan untuk mengantar Wan Ali jika ada keperluan. </span><br />
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><br /></span>
<span face="Trebuchet MS, sans-serif">Wan Ali juga memiliki becak dengan tukang kayuhnya yang setia bernama Sikin. Setiap pagi dan sore, nyaris tidak pernah absen Wan Ali selalu sempatkan diri berkeliling kampung membagi-bagikan uang kepada siapa saja yang ditemuinya, terutama anak-anak kecil. Dirumahnya, di Pasar Sawo, Kebon Nanas, Wan Ali memiliki beberapa buah lemari yang penuh berisi seprei dan sarung. Hampir setiap hari Wan Ali membagi-bagikan uang, sarung dan seprei kepada banyak orang. Jika persediaan sarung dan seprei habis maka Wan Ali akan memerintahkan orang terdekatnya untuk membelinya dan memenuhi lemarinya kembali dengan seprei dan sarung untuk stok persediaan. Di setiap hari Jumat Wan Ali akan mengadakan acara jamuan makan dengan undangan banyak orang untuk mencicipi jamuan makan yang disediakan Wan Ali secara gratis.</span><br />
<span face="Trebuchet MS, sans-serif"><br /></span>
<span face="Trebuchet MS, sans-serif">Wan Ali wafat di bulan Mei 1997. Ribuan orang dari segala lapisan masyarakat datang untuk melayat. Jalan-jalan di Kebon Nanas sesak dipenuhi lautan manusia. </span><span face="'Trebuchet MS', sans-serif">Derai air mata membanjir dan tangisan meledak riuh, menandakan rasa kehilangan dan kesedihan serta duka mendalam...</span><br />
<span face="'Trebuchet MS', sans-serif"><br /></span>
<span face="'Trebuchet MS', sans-serif"><br /></span></div>
Ibnu Umar Juniorhttp://www.blogger.com/profile/04942908109301520011noreply@blogger.com1