Taliban Didandani, Mungkinkah Taliban Gabung Jadi Penguasa Tatanan Dunia Baru ?

 

New World Order Taliban


Afghanistan, negeri yang banyak diramaikan oleh gerakan militan ini sekali lagi telah menghebohkan dunia. Taliban, kelompok militan oposisi secara tiba-tiba berhasil melumpuhkan pemerintahan Ashraf Gani sebagai rezim berkuasa di Afghanistan.

Geografis Afghanistan terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah, berbatasan dengan Iran, Tajikistan, Turkmnistan, Uzbekistan, Pakistan, dan Cina. Merupakan negara berpenduduk sekitar 32 juta jiwa dengan mayoritas penduduknya pemeluk Muslim Ahlussunnah Wal Jama'ah.

Afghanistan bukan bagian negara Timur Tengah. Penduduknya terdiri dari berbagai etnis, yaitu Pashtun, Tajik, Uzbek, dan Hazara. Sementara bahasa sehari-hari yang digunakan penduduknya juga bukan bahasa Arab, tapi bahasa Pashtun.

Kemunculan kelompok Taliban dimulai sekitar tahun 1994. Mereka datang sebagian dari kalangan santri. Kemunculannya lebih diartikan sebagai gerakan protes kepada para Mujahid Afghanistan yang kebanyakan tidak peduli pada rakyat dan sibuk saling bentrok berebut kekuasaan.

Gerakan kelompok Taliban pun mulai membesar dan semakin meluas ke seluruh Afghanistan. Hingga pada tahun 1996, di luar dugaan, kelompok Taliban berhasil memegang tampuk pemerintahan di Afghanistan hingga tahun 2001.

Sebenarnya Taliban sendiri berasal dari kelompok induk Mujahidin yang turut serta melakukan perlawanan kepada pasukan Uni Soviet atau yang sekarang dikenal dengan Rusia. Sejak tahun 1979 hingga tahun 1989 Uni Soviet melakukan invasi militer besar-besaran ke Afghanistan.

Invasi tersebut terjadi atas permintaan rezim komunis Afghanistan sendiri untuk memerangi Mujahidin di negaranya. Perlawanan Mujahidin pada rezim Komunis Afghanistan dan Uni Soviet berlangsung selama 10 tahun dengan taktik serangan bergerilya.

Setelah 10 tahun, peperangan tersebut dimenangkan telak oleh kelompok Mujahidin. Ini menjadi sebuah kekalahan memalukan bagi Uni Soviet. Dengan terpaksa seluruh pasukan beserta armada artileri Uni Soviet atau Rusia harus angkat kaki meninggalkan bumi Afghanistan.

Tapi sebenarnya kemenangan Mujahidin atas Rusia tidak sendirian. Di belakang kelompok Mujahidin ada Amerika, Inggris, Pakistan, dan bahkan Cina yang turut membantu Mujahidin mengusir Uni Soviet dari tanah Afghanistan.

Mujahidin merupakan kelompok besar yang semula berasal dari gabungan kelompok-kelompok kecil di Afghanistan. Setelah Uni Soviet mundur dari Afghanistan, Mujahidin terpecah dan mulai terlibat aksi kontak senjata diantara mereka.

Mujahidin sukses gemilang mengalahkan Rusia, tapi itu belum termasuk kekalahan Muhammad Najibullah, Presiden rezim komunis yang masih berkuasa di Afghanistan. Najibullah masih sanggup bertahan karena memanfaatkan perpecahan di tubuh Mujahidin.

Meski terpecah tapi Mujahidin masih terus melakukan perlawanan hingga berhasil membuat rezim Najibullah jatuh dan menyerahkan kekuasaannya pada Mujahidin di tahun 1992. Lalu Mujahidin mendirikan pemerintahan baru di bawah pimpinan Sibghatullah Mojaddedi, tak lama, kepemimpinan Sibghatullah tergantikan oleh Burhanuddin Rabbani.

Di tahun 1996, kelompok Taliban berhasil menggulingkan pemerintahan Burhanuddin Rabbani, lalu merubah nama sistem pemerintahannya, dari Daulat Islami Afghanistan menjadi Emirat Islam Afghanistan. Taliban juga mengejar dan menghukum mati mantan Presiden Najibullah dengan menggantungnya di tiang lalu lintas.

Taliban memang berbeda, saat memegang kendali pemerintahan, Afghanistan menjadi satu-satunya negara di dunia yang berpenduduk mayoritas Muslim Ahlussunnah Wal Jama'ah yang menerapkan syariat Islam. Namun saat menjadi penguasa, Taliban nyata masih sangat kaku. Dalam penerapan syariahnya juga tidak elastis. Kondisi tersebut pun membuat tidak nyaman masyarakat dan menimbulkan banyak kontra.

Sejak berkuasa, warga Afghanistan yang meninggalkan negaranya tidak berhenti, bahkan jumlahnya semakin meningkat. Permasalahannya tidak hanya faktor ekonomi. Tapi diketahui Taliban juga tidak memperlakukan rakyat Afghanistan secara humanis. Ekonomi semakin tidak stabil. Selain itu, Taliban terindikasi banyak melakukan serangkaian aksi tangan besi dan pelanggaran HAM pada warga Afghanistan sendiri.

Peristiwa serangan World Trade Center (WTC) di New York pada 11 September 2001 menjadi tahun akhir masa kekuasaan Taliban. Amerika menuding Al-Qaeda yang dipimpin Osama bin Laden sebagai dalang utama serangan World Trade Center. Amerika juga menuding pemerintah Taliban melindungi Osama dan kelompoknya Al-Qaeda yang diyakini bermarkas di Afghanistan.

Sekira satu bulan setelah serangan World Trade Center, militer Amerika, Inggris, dan Jerman sebagai negara sekutu segera menginvasi Afghanistan. Tepatnya di bulan Oktober 2001. Disebut sebagai invasi militer yang tidak berlangsung lama. Hanya butuh waktu dua bulan bagi Amerika dan sekutunya untuk menggulingkan pemerintah berkuasa Taliban.

Dan yang di luar dugaan, di barisan negara sekutu yang menggempur Taliban, ternyata ada Iran yang berkontribusi besar atas kejatuhan Taliban. Iran ungkapkan fakta bahwa telah terjalin sebuah kerjasama terselubung antara Amerika dan Iran untuk menumbangkan Taliban. Iran menyebut, tanpa Iran, Amerika tidak akan berhasil menumbangkan Taliban.

Ini menjadi semakin membingungkan. Iran yang digembar gembor bermusuhan abadi dengan Amerika, justru menjalin ikatan kerjasama dengan Amerika, untuk kelompok yang mereka jadikan musuh bersama. Puluhan ribu jiwa muslim Afghanistan dan Taliban tewas dalam aksi gempuran tersebut.

Terlepas dari apa yang melatarbelakangi Iran memusuhi Taliban, Afghanistan pun kembali berubah nama, dari  Emirat Islam Afghanistan menjadi Republik Islam Afghanistan, sementara Hamid Karzai dipilih sementara sebagai Presiden transisi.

Pada Pemilu bulan Oktober 2014, Hamid Karzai terpilih kembali menjadi Presiden Republik Islam Afghanistan pertama yang dipilih secara demokratis.

Di bawah kepemimpinan Karzai, hubungan diplomatik antara Republik Islam Afghanistan dan Republik Islam Iran pun semakin erat. Sementara penganut Syiah di Afghanistan lebih leluasa beraktivitas dan populasinya juga semakin meningkat.

Meski demikian, usai kalah dari Amerika, gerakan pemberontakan Taliban terus berlanjut di berbagai wilayah dan kota, meski dalam skala kecil. Kontak senjata dan aksi bom bunuh diri masih mewarnai hari-hari di Afghanistan. Sejauh itu, militer pemerintah Afghanistan masih dapat mengatasinya.

Pada tahun 2014, Ashraf Gani memenangkan Pemilihan Presiden di Afghanistan menggantikan Hamid Karzai. Tapi memasuki pertengahan tahun 2021 menjadi tahun terakhir bagi kekuasaan Ashraf Gani. Amerika yang telah beroperasi di Afghanistan selama 20 tahun memutuskan untuk mundur dari gelanggang kekisruhan di Afganistan dan mulai menarik mundur pasukan militernya secara bertahap.

Kerugian mooril dan materiil sangat banyak yang membuat Amerika tak lagi melanjutkan operasi keamanan di Afghanistan. Dalam sehari, tidak kurang 4 triliun rupiah yang harus dikeluarkan Amerika untuk menunjang biaya operasional militernya. Harapan Amerika, rakyat Afghanistan harus mampu menjaga keamanannya secara mandiri.

Di bulai Mei, Amerika dan sekutu mulai menarik pasukan. Namun belum lagi tuntas penarikan pasukan militer, kelompok Taliban tiba-tiba melakukan serangkaian aksinya kembali dengan mulai mencaplok beberapa kota di Afghanistan. Aksi invasi Taliban kali ini begitu sangat cepat. Dalam hitungan hari, Taliban telah menguasai sebagian besar wilayah Afghanistan, bahkan pada 14 Agustus 2021, Taliban sudah berada di gerbang ibukota Kabul.

Pada 15 Agustus 2021, Presiden Ashraf Gani secara mengejutkan ucapkan permintaan maaf pada rakyatnya karena akan menyerah pada Taliban. Ia ingin lagi melanjutkan peperangan yang mengakibatkan pertumpahan darah lebih fatal. Ashraf Gani pun segera pergi meninggalkan Afghanistan menuju Tajikistan dengan tumpukan uang.

Di hari yang sama tanpa perlawanan berarti dari militer Afghanistan, kelompok Taliban mulai menembus kota Kabul. Hari itu, pemerintahan Ashraf Gani yang sah pun runtuh. Lalu Taliban mendeklarasikan Emirat Islam Afghanistan sebagai nama dan sistem negara Afghanistan yang baru.

Afghanistan memang punya cerita panjang perjalanan negerinya. Sampai di penghujungnya, Taliban yang kini telah menguasai Afghanistan telah melakukan sejumlah manuver politik baru di negerinya. Tapi manuver politiknya malah menyisakan kebingungan dan sejumlah tanda tanya. 

Mengapa aksi pemberontakan massif ini secara kebetulan bersamaan dengan penarikan pasukan Amerika dari Afghanistan. Fakta ini menimbulkan banyak pertanyaan, terutama dari rakyat Afghanistan. Menyiratkan adanya negosiasi terselubung antara Amerika, pemerintah Afghanistan, dan Taliban.

Kecurigaan ini didukung pula oleh proses penggulingan pemerintah sah Afghanistan yang dilakukan Taliban yang kali ini dilakukan nyaris tanpa pertumpahan darah. Di semua kota yang dicaplok Taliban, tentara pemerintah Afghanistan dengan mudahnya menyerah kepada Taliban, bahkan sebelum terjadinya kontak senjata.

Meski demikian, pada dunia, Taliban telah mengumumkan secara resmi, bahwa Taliban jilid II saat ini sudah bertransformasi. Mereka berjanji akan menjadi pemerintahan yang lebih terbuka dan longgar mengenai banyak hal, terutama dalam penerapan hukum syariat.

Manuver politik terbaru Taliban yang paling mencengangkan adalah pernyataan akan merangkul negara Cina. Suhail Shahen, Juru Bicara Taliban mengatakan, setelah menguasai Afghanistan, negara pertama yang akan dirangkul Taliban adalah Cina.

Selama ini tak terhitung biaya, tenaga dan waktu yang dikorbankan Taliban untuk memperjuangkan kelompoknya. Perjuangan ini juga mengakibatkan begitu banyak darah yang tertumpah, baik dari kalangan Taliban sendiri, maupun dari kalangan non Taliban.

Bukan sekedar Taliban bersinergi dengan negara beridelogi partai komunis saja yang membuat dunia Islam terkejut, tapi Cina punya skandal kekejaman atas umat Islam di Uyghur yang masih terus berlanjut. Lalu sebagai kelompok yang mengatasnamakan Islam dan dikenal dengan Islam garis keras, Taliban justru bermesraan dengan Cina. Ini menjadi lebih buruk dibanding kemesraan antara United Arab Emirates dengan Israel.

Taliban beralasan, Cina dibutuhkan untuk proyek investasi. Saat ini Afganistan butuh pembangunan infrastruktural negerinya akibat perang saudara berkepanjangan. Tetapi bukankah selama ini Cina diketahui tidak mudah melakukan investasi di negara lain tanpa memperoleh keuntungan yang berlipat.

Cina memiliki agenda cloning negara. Semua negara yang terafiliasi dengan Cina harus menerima resiko dikirimnya ribuan Tenaga Kerja Cina ke negeri tersebut. Selain itu, Cina juga akan mengirimkan tentara dan warganya ke negara cloningannya untuk mulai berdomisili seperti di Angola, Uganda, Nigeria, Kenya, Ethopia, Sudan, Zambia, Madagaskar, Afrika Selatan, Ghana, Senegal, Tibet, Sri Lanka, atau bahkan Indonesia.

Sepertinya memang sulit jika warga Cina yang berideologi komunis akan hidup bersama-sama warga berpopulasi 99% Muslim di sebuah negara Islam seperti Afghanistan Taliban yang menerapkan undang-undang dan hukum syariah ketat.

Di negeri asalnya, warga Cina hidup dengan cara kebebasan yang banyak berbeda dengan kebanyakan negara lain di dunia. Tentu nantinya Hukum syariah akan menjadi hal yang memberatkan bagi warga Cina. Tentu mereka berkeberatan menutup aurat, apalagi mengenakan hijab.

Namun sejauh ini diprediksi tidak akan ada permasalahan syariah di sana. Pemerintah komunis Cina sudah lebih dulu menekan Taliban agar tidak lagi menggunakan sistem syariah ketat seperti sebelumnya. Taliban ke depan harus lebih humanis dan moderat. Dan luar biasanya, semua syarat Cina itu untuk sementara telah disetujui oleh Taliban.

Namun terlepas dari itu semua Taliban diharapkan mengerti konsekwensi dan resiko apapun yang akan dilakukannya. Kiranya Taliban juga tidak melakukan kebijakan dan hal-hal yang dapat merugikan umat Islam, baik di Afghanistan, maupun di seluruh dunia.

Pernyataan bahwa Taliban jilid II berbeda dengan sebelumnya menjadi angin segar bagi dunia. Ada banyak harapan dari Umat Islam di seluruh dunia agar Taliban tidak lagi seperti dulu. Bersikap bijak. Hindari pertumpahan darah manusia dan melangkah lebih lunak dan humanis.

Selain itu, ada pula harapan dari kaum Muslim bahwa sinergi antara Taliban dengan pemerintah Komunis Cina sudah sepatutnya tidak terlaksana. Ada darah dan air mata kaum Muslim Uyghur yang masih mengalir di sana. Sesungguhnya mudhorot yang diperoleh jauh lebih banyak dari pada manfaatnya.

Jika memang Afganistan membutuhkan investor infrastruktural dan pengelolaan ekonomi negara, rasanya Taliban bisa menemukan banyak negara lain yang sanggup melakukannya, terutama negara berpopulasi Muslim.

 


You May Also Like

0 comments