Petaka Jatuhnya Hercules Berpenumpang Ratusan TNI AU Di Condet
Foto : Kliping Koran Kompas |
Jakarta pada 5 Oktober 1991. Cuaca ibukota siang itu tak begitu terik. Usai menghadiri HUT TNI ke 46 yang di selenggarakan di Parkir Timur Senayan, Jakarta, sebanyak empat peleton Pasukan Khas (Paskhas) TNI-AU bertolak menuju Landasan Udara (Lanud) Halim Perdanakusumah. Rencananya hari itu juga mereka akan berangkat menuju Bandung dengan menggunakan pesawat Hercules C 130 dengan nomor ekor A 1324. Pesawat ini pula yang sebelumnya mengantar keberangkatan mereka dari Bandung menuju Jakarta.
Sejak awal kondisi pesawat dinyatakan layak terbang. Sekitar pukul 14.00 WIB, rombongan yang berjumlah 123 personel Pasukan Khas (Paskhas) TNI-AU berikut 12 awak pun sudah berada di dalam pesawat. Di dalam kabin, obrolan ringan dan sedikit senda gurau menghiasi komunikasi sesama TNI. Mereka semua dalam posisi siap take off. Tepat pada pukul 15.00 WIB, dari landasan pacu Bandara Halim Perdanakusumah pesawat buatan Amerika itu pun lepas landas ke udara.
Beberapa detik usai take off pesawat berbobot 35 ribu ton itu terus bergerak mendaki untuk mencapai stabilitas ketinggiannya. Landasan pacu bandara perlahan terlihat semakin menjauh. Menit pertama berlalu dengan aman. Memasuki menit kedua, titik posisi sudah berada di atas pemukiman penduduk wilayah Cililitan dan segera memasuki kawasan Condet. Namun mendadak mesin pesawat tidak berfungsi, sementara ketinggian pesawat masih belum maksimal. Kondisi ini segera disadari semua penumpang. Meski para penumpangnya adalah jagoan kawasan udara, namun menghadapi kondisi jatuh saat berada dalam pesawat tanpa adanya persiapan membuat kepanikan tetap saja melanda.
Bertepatan kordinat pesawat memasuki wilayah Batu Ampar perlahan moncong pesawat mulai menukik ke bawah. Beberapa detik kemudian kondisi di dalam kabin kacau balau. Para penumpang jatuh saling tindih dan bertumpukan. Saat itu hanya teriakan takbir yang terdengar riuh membahana. Tak ada lagi yang bisa dilakukan dan tidak ada juga persiapan. Daratan teramat dekat. Semua pasrah menerima takdir. Pesawat jatuh keras menghantam gedung Balai Latihan Kerja (BLK) Depnaker di wilayah Batu Ampar. Sedikitnya 4 ledakan dahsyat terdengar beruntun. Lidah api berkobar-kobar membungkus badan pesawat yang hancur bertebaran.
Serempak berbagai instansi terkait diterjunkan untuk mengevakuasi jenazah seluruh korban, tidak terkecuali satuan dari Angkatan Udara. Lebih dari 30 petugas TNI AU diterjunkan untuk mengurusnya. Tak ada yang tersisa dari peristiwa tersebut kecuali mesin pesawat. Pihak TNI-AU secara resmi menyatakan bahwa seluruh penumpang pesawat dinyatakan gugur. Bahkan dua orang petugas Satpam yang tengah bekerja di BLK Depnaker turut menjadi korban tewas. Keesokan harinya seluruh korban kecelakaan pesawat Hercules C 130 dimakamkan di Pemakaman Taman Bahagia, Pondok Aren, Tangerang.
Dampak atas peristiwa tersebut pemerintah menggelontorkan uang sebesar 1,5 milyar untuk biaya perbaikan BLK yang sempat luluh lantak. Lalu Presiden Soeharto melalui dua yayasan yang dipimpinnya memberikan bea siswa penuh kepada anak-anak yang ditinggalkan para korban. Yang mengejutkan, belakangan diketahui ada seorang prajurit bernama Pratu Bambang Subandi yang ternyata lolos dari maut saat peristiwa jatuhnya pesawat Hercules C 130 tersebut. Ini bukan konspirasi. Hanya agar kehidupannya tenang, prajurit tersebut yang meminta sendiri agar saat itu informasi terkait dirinya untuk sementara dirahasiakan hingga ia siap muncul ke publik.
0 comments