Tragedi Tewasnya Buaya Siluman Di Condet (Part 2- Tamat)

Makam buaya siluman di condet
Makam Buaya Siluman di Pinggir Sungai Balekambang
 

Nenek itu akhirnya berangkat bersama-sama utusan Ki Nyamuk ke lokasi kejadian. Di perjalanan nenek itu terus menutupi kedua tangannya dengan kain semacam selendang. Sementara utusan Ki Nyamuk sempat bergidik berkali-kali karena tadi mereka sempat menyaksikan sendiri bagaimana kedua tangan nenek tersebut memiliki selaput di setiap ruas jarinya. Jelas sudah, kedua tangan nenek itu lebih mirip tangan buaya dari pada tangan manusia. Jika tidak melihat dengan mata kepala sendiri niscaya mereka tidak akan pernah percaya. Sesampainya di lokasi, suasana haru terjadi. Disaksikan tatapan mata banyak manusia, saat nenek dan buaya tersebut bertemu, keduanya sama-sama menangis. Mereka berdua juga sempat berbicara singkat.

Setelah dua batang tombak di tubuh buaya tersebut dicabuti. Buaya dibawa pulang ke wilayah Balekambang. Salah seorang dari rombongan Ki Nyamuk membawa pulang buaya dengan cara menggendongnya di punggung dengan ekor panjangnya yang terseret-seret. Di kediaman Ki Nyamuk, buaya itu dirawat. Luka-lukanya langsung diobati. Lalu diletakkan di dalam sebuah bak berukuran besar yang dibuat mendadak. Karena tak memiliki nama, Ki Nyamuk memberinya nama Tukijem. Niatnya, jika besok Tukijem masih sanggup bertahan hidup ia akan melepaskannya di sungai Balekambang.

Semalaman suntuk sejumlah warga setempat ikut begadang menunggui dan menjaga Tukijem. Keesokan pagi ternyata Tukijem masih hidup. Ki Nyamuk langsung mengatur pelepasannya ke sungai Balekambang. Lokasinya di kawasan Pangkalan Buaya. Warga setempat kembali penuh berkumpul di bantaran sungai untuk menyaksikan proses pelepasannya. Saat Ki Nyamuk melepasnya ke sungai, buaya Tukijem melakukan hal aneh yang membuat warga terperanjat. Tak berapa lama di lepas ke sungai Tukijem terlihat bisa menoleh cukup lama ke arah belakang hingga dua kali. Nampaknya ia baru saja berkomunikasi dengan Ki Nyamuk. Benar saja, akhirnya Ki Nyamuk memberitahu bahwa buaya Tukijem tidak mau berada di situ karena baru saja Tukijem dijahati oleh buaya putih dan buaya buntung penghuni Pangkalan Buaya. Tukijem nampak ketakutan. Lalu ia bergerak memutar kembali menghampiri Ki Nyamuk dan kembali di letakkan di bak buatan.

Itu menjadi moment terakhir Tukijem, karena tak berselang lama setelah itu ia tak mampu lagi bertahan hidup. Tukijem mati di Balekambang. Ki Nyamuk pula yang mengurus jenazahnya hingga menguburkannya di bantaran sungai Balekambang, berdekatan dengan Pangkalan Buaya dengan batu nisan tak bernama. Lokasi makam buaya tepat berada di belakang DKM (Dapur Kayu Manis). Berjarak sekitar 3 meter dari dinding belakang DKM. Tak jauh dari pohon kapuk. Beberapa kali banjir datang menerjang membuat makam terus tergerus hingga membuat gundukan makam jadi rata.

Terlepas percaya atau tidak pada kisah ini namun bagaimanapun juga makam buaya siluman di bekas Pangakalan Buaya adalah situs sejarah yang perlu dilestarikan. Dengan situs para regenerasi bisa belajar sejarah para pendahulunya dan bisa mengetahui apa saja yang pernah terjadi di wilayahnya. 



You May Also Like

0 comments