Setibanya di
Batavia ia menemui Wan Kadir lalu berangkat lagi menuju Senen. Pi'i mendapati suasana
kawasan Senen telah banyak berubah. Di pasar, terdapat wajah baru para centeng
bergelang bahar dengan golok terselip di pinggang. Beda dengan dulu, kali ini
nampak aktivitas para centeng lebih terkoordinir. Upeti harian dari para
pedagang disetor kepada centeng yang tersebar di banyak sudut pasar. Melalui
berbagai informasi Pi'i mengetahui bahwa saat itu kawasan Senen seluruhnya
telah dikuasai oleh seorang jago berkepandaian tinggi bernama Muhayyar. Dari
informasi itu pula Pi'i tahu bahwa sebenarnya Muhayyar merupakan anak buah
Ayyub, yang tak lain adalah pembunuh ayah kandungnya, Ayahnya tewas dengan kepala
terpenggal saat di atas getek beberapa belas tahun silam. Dengan demikian sejak
kematian Bang Mughni, ayah Pi'i, kekuasaan Ayyub telah berlangsung selama
belasan tahun di Pasar Senen.
Bisa jadi
ini adalah maksud Wan Kadir memanggilnya pulang balik ke Jakarta. Semacam menyelesaikan
sebuah misi, fokusnya bukan misi balas dendam, tapi lebih kepada mengatasi keamanan
di Senen bahkan seluruh wilayah Batavia yang kondisinya sudah semakin semrawut.
Wan Kadir seperti mengisyaratkan ada sebuah peristiwa besar yang akan berlaku
di Batavia. Dan dirinya harus berada di sana saat peristiwa itu terjadi.
Perkara
pertama yang harus diselesaikan, adalah kawasan Pasar Senen. Muhayyar yang
menjadi target utama. Jika Muhayyar jatuh maka otomatis kekuasaan Ayyub di
seluruh penjuru kawasan Senen akan ikut rubuh. Tak beberapa lama kemudian,
sebelum petang menghilang Pi'i melangkah
tenang menuju kawasan Pasar Senen, tujuannya mencari Muhayyar lalu menantangnya
berduel. Siapa yang menang, maka ia yang berhak mengusai wilayah Senen.
Terperangah
juga Muhayyar tiba-tiba ditantang duel oleh sosok yang namanya tak pernah
terdengar dan wujudnya baru kali pertama ia lihat. Orang-orang yang berada di
sana, terutama para prianya seketika membuat lingkaran manusia memagari kedua
orang yang saling berhadapan itu. Ini akan menjadi sebuah laga duel paling bersejarah
yang pernah terjadi di kawasan Senen. Muhayyar pun baru mengetahui siapa Pi'i setelah
Pi'i memberitahukan siapa dirinya. Muhayyar berkomentar, Pi'i menantangnya duel
karena hendak membalaskan dendam kematian ayahnya yang telah dibunuh Ayyub, bos
Muhayyar. Tapi komentar Muhayyar dibalas Pi'i dengan senyuman hampa. Lalu hanya
dalam hitungan menit kedua orang itu sudah saling berjibaku sengit dengan mengandalkan
kemahiran ilmu bela dirinya masing-masing. Suara bentakan terdengar menggeledek
sahut-sahutan. Para penonton berdecak kagum melihat aksi keduanya berkelahi. Sejak
di awal pertarungan, Pi'i beberapa kali mampu menembus pertahanan Muhayyar dan
berhasil menyarangkan pukulannya di beberapa bagian tubuh Muhayyar. Sekilas nampak
Muhayyar masih bisa bertahan, tapi sebenarnya ia mengalami cedera dalam cukup
parah. Rasa malu membuatnya ia harus terus tetap bertahan, namun sepertinya Pi'i
tidak ingin berlama-lama membuang waktu, akhirnya Pi'i loloskan serangan
pamungkasnya ke bagian tengah tubuh Muhayyar hingga Muhayyar langsung terpental
melayang lalu ambruk.