Bang Pi'i, Jawara Beken Betawi Yang Jadi Menteri (Part 4)

 

Api Dendam Bang Imam Syafi'i

Setibanya di Batavia ia menemui Wan Kadir lalu berangkat lagi menuju Senen. Pi'i mendapati suasana kawasan Senen telah banyak berubah. Di pasar, terdapat wajah baru para centeng bergelang bahar dengan golok terselip di pinggang. Beda dengan dulu, kali ini nampak aktivitas para centeng lebih terkoordinir. Upeti harian dari para pedagang disetor kepada centeng yang tersebar di banyak sudut pasar. Melalui berbagai informasi Pi'i mengetahui bahwa saat itu kawasan Senen seluruhnya telah dikuasai oleh seorang jago berkepandaian tinggi bernama Muhayyar. Dari informasi itu pula Pi'i tahu bahwa sebenarnya Muhayyar merupakan anak buah Ayyub, yang tak lain adalah pembunuh ayah kandungnya, Ayahnya tewas dengan kepala terpenggal saat di atas getek beberapa belas tahun silam. Dengan demikian sejak kematian Bang Mughni, ayah Pi'i, kekuasaan Ayyub telah berlangsung selama belasan tahun di Pasar Senen.

Bisa jadi ini adalah maksud Wan Kadir memanggilnya pulang balik ke Jakarta. Semacam menyelesaikan sebuah misi, fokusnya bukan misi balas dendam, tapi lebih kepada mengatasi keamanan di Senen bahkan seluruh wilayah Batavia yang kondisinya sudah semakin semrawut. Wan Kadir seperti mengisyaratkan ada sebuah peristiwa besar yang akan berlaku di Batavia. Dan dirinya harus berada di sana saat peristiwa itu terjadi.

Perkara pertama yang harus diselesaikan, adalah kawasan Pasar Senen. Muhayyar yang menjadi target utama. Jika Muhayyar jatuh maka otomatis kekuasaan Ayyub di seluruh penjuru kawasan Senen akan ikut rubuh. Tak beberapa lama kemudian, sebelum petang menghilang  Pi'i melangkah tenang menuju kawasan Pasar Senen, tujuannya mencari Muhayyar lalu menantangnya berduel. Siapa yang menang, maka ia yang berhak mengusai wilayah Senen.

Terperangah juga Muhayyar tiba-tiba ditantang duel oleh sosok yang namanya tak pernah terdengar dan wujudnya baru kali pertama ia lihat. Orang-orang yang berada di sana, terutama para prianya seketika membuat lingkaran manusia memagari kedua orang yang saling berhadapan itu. Ini akan menjadi sebuah laga duel paling bersejarah yang pernah terjadi di kawasan Senen. Muhayyar pun baru mengetahui siapa Pi'i setelah Pi'i memberitahukan siapa dirinya. Muhayyar berkomentar, Pi'i menantangnya duel karena hendak membalaskan dendam kematian ayahnya yang telah dibunuh Ayyub, bos Muhayyar. Tapi komentar Muhayyar dibalas Pi'i dengan senyuman hampa. Lalu hanya dalam hitungan menit kedua orang itu sudah saling berjibaku sengit dengan mengandalkan kemahiran ilmu bela dirinya masing-masing. Suara bentakan terdengar menggeledek sahut-sahutan. Para penonton berdecak kagum melihat aksi keduanya berkelahi. Sejak di awal pertarungan, Pi'i beberapa kali mampu menembus pertahanan Muhayyar dan berhasil menyarangkan pukulannya di beberapa bagian tubuh Muhayyar. Sekilas nampak Muhayyar masih bisa bertahan, tapi sebenarnya ia mengalami cedera dalam cukup parah. Rasa malu membuatnya ia harus terus tetap bertahan, namun sepertinya Pi'i tidak ingin berlama-lama membuang waktu, akhirnya Pi'i loloskan serangan pamungkasnya ke bagian tengah tubuh Muhayyar hingga Muhayyar langsung terpental melayang lalu ambruk.     

Hari itu resmi sudah Pi'i menjadi penguasa tunggal kawasan Pasar Senen. Namun sejujurnya ia merasa belum puas walaupun sudah mengalahkan Muhayyar. Di hatinya masih ada kobaran api dendam. Ia bertekad melanjutkan niatnya untuk menemui Ayyub, pembunuh ayahnya. Namun nampaknya Wan Kadir masih belum menunjukkan izin atau isyarat apapun. Kabarnya, beberapa tahun belakangan Ayyub tengah menderita sakit berkepanjangan cukup parah yang pada akhirnya mengakibatkan ia harus menemui ajalnya. Namun ada yang menyebut Ayyub sudah lebih dulu wafat sebelum peristiwa pertarungan Muhayyar dan Pi'i. Tetapi yang pasti hari itu kisah Ayyub sang Penjagal ayahnya sekaligus kekuasannya di kawasan Pasar Senen telah berakhir selamanya.

You May Also Like

0 comments