Dulu, Ngomong Elo-Gue Bisa Ditampar Orang Tua

Panggilan elo gue itu kasar
 

Masyarakat Nusantara mengenal sebuah prinsip pepatah, 'Tong Kosong Nyaring Bunyinya'. Sebuah prinsip yang mengajarkan lebih baik memilih tidak angkat suara dari pada salah dalam bertutur kata. Pandai memilih kalimat saat berbicara merupakan salah satu kecerdasan intelektual. Karena itu tidak setiap orang bisa melakukannya, tapi semua orang bisa melakukannya jika diajari dan mempelajarinya.

Di era millenial soal tata krama bahasa sepertinya bukan lagi urusan prioritas. Tidak terkecuali di masyarakat Betawi. Walaupun belum tergolong parah tapi kesantunan budaya dalam etika bicaranya secara perlahan terus tergerus arus globalisasi. Padahal dahulu, para orang tua di Betawi cukup ketat mengawal tumbuh kembang putra-putrinya. Nyaris tidak pernah luput mereka perhatikan dengan seksama apa saja kalimat yang meluncur dari mulut anak-anaknya. Jika ada kalimat salah saat bertutur kata maka mereka akan langsung bertindak. Bisa jadi memarahi atau bahkan memukulnya anaknya.

Masih pada tahun 1970, di Betawi, panggilan Elo-Gue belum seberapa merata digunakan masyarakat. Bahkan kalimat Elo-Gue itu hampir haram disebut di dalam rumah, karena sebutan itu sangat teramat kasar. Terutama bagi anak-anak atau mereka yang belum dewasa. Pemberlakukan ini lebih dikhususkan bagi para adik dan kakaknya. Apabila tetap menggunakan kalimat Elo-Gue ataupun istilah sejenis itu di dalam rumah sengaja ataupun tidak, mulut akan segera merasakan panasnya tamparan tangan orang tua. Nampak terlihat ekstrim, tapi sebenarnya itu hakikat sebuah pendidikan berbudi bahasa santun yang berlaku di Betawi.

Dalam kesehariannya bersosialisasi, masyarakat Betawi membahasakan dirinya Aye atau aya, yang artinya saya. Jika lawan bicaranya sebaya, biasanya mereka memanggil nama saja. Tapi jika berbeda usia, mereka yang lebih muda mengawali panggilan dengan; Bang, Babe, Baba buat lelaki, atau Mpok dan Nyak buat perempuan. Meski warga Betawi sesekali terkesan serampangan saat berbicara namun sesungguhnya mereka memiliki budaya berbudi bahasa yang tertanam begitu kuat semenjak kanak-kanak.


You May Also Like

0 comments