Selamatkan Jakarta Agar Tidak Tenggelam

Jakarta Diprediksi Tenggelam
Foto : Metro Sindo
 

Kondisi wilayah daratan Jakarta yang semakin rendah rupanya sudah dipantau negeri adidaya Amerika Serikat. Pada 27 Juli 2021, melalui Presidennya, Joe Biden sempat menyinggung kondisi pertanahan ibukota Indonesia yang semakin lama semakin rendah secara bertahap. Bahkan Biden memprediksikan Jakarta akan tenggelam dalam waktu 10 tahun ke depan.

Bicara soal daratan Jakarta yang berpotensi tenggelam, Singapura justru berkondisikan sebaliknya. Wilayah daratan negeri yang berukuran sangat kecil itu tidak pernah terancam tenggelam dan kehilangan luas daratannya. Justru area daratannya menjadi semakin semakin bertambah. Pada tahun 1965 luas daratan negerinya hanya 581 km², tapi lihat di tahun 2015, wilayah daratannya sudah bertambah 138 km². Dengan demikian luas daratan Singapura menjadi 719 km².

Singapura tak hanya mampu menjaga kestabilan luas daratannya, tapi juga mampu menambahnya. Lautan dirubahnya menjadi daratan dengan sistem reklamasi besar-besaran. Upaya reklamasi ini mulai dilakukan Singapura sejak permulaan abad 19 dan terus menerus dilakukan hingga saat ini. Rencananya pada tahun 2030 luas daratannya akan terus ditambah hingga 57 km² lagi.

Proyek tersebut disebut sebagai proyek berkebutuhan material pasir terbanyak di dunia. Singapura rogoh banyak sekali kocek kas negaranya untuk membeli pasir dari negara-negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam, dan Kamboja. Sementara Indonesia sendiri mengeruk habis-habisan pasirnya untuk dijual ke Singapura hingga mendudukkan Indonesia menjadi negara sebagai pemasok pasir terbesar bagi Singapura. Hal ini membuat Indonesia mengalami kekurangan cadangan pasir yang akhirnya membuat harga pasir dalam negeri mengalami kenaikan.

Kekurangan cadangan pasir juga dialami Malaysia. Pada tahun 1997 pemerintah Malaysia menyetop ekspor pasir ke Singapura. Indonesia baru mengikuti langkah Malaysia 10 tahun kemudian, yaitu pada tahun 2007. Itu pun disebabkan sengketa pulau. Selanjutnya Vietnam dan Kamboja menyusul pelarangan ekspor pasir ke Singapura beberapa tahun kemudian.

Apapun kendala dan resiko yang ditemui Singapura tidak ambil peduli. Demi kesejahteraan negerinya apapun dilakukan dan berapa pun biayanya pasti dicairkan. Proyek reklamasinya terus berlanjut. Dan ternyata Singapura masih menerima kiriman pasir hasil penyelundupan dari negara-negara tetangga, termasuk Indonesia. Hingga pada tahun 2010 Singapura sudah mengimpor 15 juta ton pasir hasil selundupan dari berbagai negara.

Belajar dari Singapura, Beberapa wilayah di Jakarta Utara mulai dipersolek dengan reklamasi sejak jaman Presiden Soeharto melalui Keppres Nomor 52 tahun 1995. Setelah itu proyek reklamasi sempat lama tidak direalisasikan dan baru mulai dilaksanakan pada tahun 2012 hingga tahun 2017. Namun sayangnya, fungsi reklamasi yang dikerjakan tidak seperti yang diharapkan. Reklamasi dibangun hanya untuk kepentingan bisnis tertentu. sementara wilayah-wilayah di pesisir Jakarta yang terancam tenggelam justru tidak tersentuh proyek.

Utamanya reklamasi itu difungsikan untuk kepentingan pemukiman masyarakat Jakarta. Setidaknya Pemprov DKI Jakarta dapat mengupayakan pembuatan tanggul beton di sepanjang pemukiman penduduk berdataran rendah yang terancam tenggelam.


You May Also Like

0 comments