Bang Pi'i, Jawara Beken Betawi Yang Jadi Menteri (Part 6)

 

Kelompok Jawara dan preman batavia berjuang melawan Belanda

Sejak kecil Bang Pi'i sudah tertarik dengan ilmu bela diri. Perawakannya tidak tinggi besar, tapi susunan tulangnya kuat dengan persendiannya yang kokoh. Hatinya baik dan jiwanya bersih. Ia terlahir dari keluarga baik-baik. Itu sebabnya mengapa Wan Kadir mau mengangkatnya menjadi murid. Tidak pernah sekalipun ia mencuri, mencopet, apalagi menjambret. Meski ia dan keluarganya hidup dalam kondisi kekurangan ekonomi tapi ia pantang mengambil sesuatu yang bukan haknya. Haram baginya melakukan perbuatan itu. Tidak ada kaitan pula antara Bang Pi'i dengan seluruh aksi kriminal yang terjadi di wilayah Senen, termasuk di seluruh Batavia. Justru Bang Pi'i berperan aktif mendisiplinkan para preman dan para kriminal jalanan.

Melalui pendekatan persuasif, Bang Pi'i sukses membuat ratusan bahkan ribuan preman tobat lalu kembali menjalani hidup baik-baik. Para preman dan para kriminal menghormati Bang Pi'i bukan karena kesaktian bela dirinya semata, tapi juga karena ilmu agamanya. Bang Pi'i itu Mu'allim atau sekarang lebih dikenal dengan sebutan Ustadz. Ia sudah menjadi anak gemblengan Wan Kadir sejak masih kanak-kanak. Paham betul ia mana yang disebut haram dan mana yang disebut halal, atau mana yang di antara keduanya.

Semasa berkelana menyisir pulau Jawa, ia juga banyak bertemu para Kyai untuk menuntut ilmu agama. Sepulangnya dari berkelana ia masih terus melanjutkan studi agamanya kepada Habib Ali Al-Habsyi di kawasan Kwitang, Habib Salim bin Jindan di daerah Otista, Habib Ali Al-Atthas di kawasan Bungur, dan beberapa lainnya lagi. Seringkali dalam beberapa kesempatan, disebabkan suasana politik yang panas disebabkan agresi Belanda ataupun Jepang, Bang Pi'i selalu hadir mempertaruhkan nyawa untuk menjadi bodyguard para tokoh Ulama agar proses dakwah sekaligus keselamatan tokoh Ulama tersebut terjamin dan berjalan lancar.

Para kriminal jalanan dan preman yang tobat diajarinya mengaji dan mengenal agama lebih cakap. Hubungan sosialnya dengan masyarakat juga patut diacungi jempol. Tangannya ringan untuk membantu sesama. Bahkan tidak sedikit orang yang pernah ia beri bantuan modal untuk berdagang atau membuka usaha. Sementara kiriman berupa bahan pangan, buah, atau uang yang ia peroleh dari orang-orang itu bukan upeti, tetapi bingkisan atau hadiah karena rasa suka. Semua orang Cina pemilik toko dan para pemilik usaha di kawasan Senen menghormati sekaligus menyukai Bang Pi'i. Selama ada Bang Pi'i usaha mereka justru aman. Suasana jadi kondusif dan terkendali. Tak heran jika sedang berada di kawasan Senen, nampak foto bang Pi'i dipajang di hampir semua toko, rumah, dan tempat usaha.

Sesungguhnya sejak awal sudah sedemikian kentara, bahwa apa yang dilakukan Bang Pi'i di kawasan Senen itu sebenarnya adalah sebuah upaya penggalangan massa besar yang dilakukannya selama bertahun-tahun dan kondisi itu sudah diskenariokan jauh-jauh hari. Ternyata yang dikuatirkan pihak Belanda benar-benar terjadi. Setelah Belanda melakukan agresi militer lagi di Batavia pada September 1945, seketika gabungan besar para jawara dan para preman yang berada di bawah komandonya ia giring lalu membentuk organisasi bernama OPI (Organisasi Pejuang Indonesia). Misinya, berjuang mati-matian merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah. Pengaruh Bang Pi'i nyatanya bukan hanya di kalangan Jawara dan kriminal jalanan saja, tapi juga semakin meluas dan mempengaruhi para pelajar, remaja, serta kelompok tentara rakyat..

You May Also Like

0 comments